Ketua Sementara

634 99 3
                                    

—di SMA ENHA.

Terdengar nyaring ditelinga Luna setiap perkataan yang dilontarkan oleh siswa-siswi anggota organisasi sekolah yang tengah memberikan pengarahan di depan kelas.

Siapa tadi ya, namanya? Kalau tidak salah... Jake Arkana. Iya benar Jake. Dia memperkenalkan dirinya sebagai ketua organisasi. Satu kata yang ada dibenak Luna --tampan.

Tanpa sengaja Luna terus saja memerhatikannya sambil mengulum senyum diam-diam. Hingga lamunan cewek itu terganggu oleh teman baru di sampingnya.

Hana Aprilia; cewek yang sedikit tomboy menurut Luna. Pembawaannya santai, dan asik untuk diajak berkenalan. Tidak, bukan Luna yang memulai, tapi dia yang memperkenalkan dirinya lebih dulu. Dan mengajak Luna untuk duduk berdekatan dengannya.

"Sstt, ganteng banget ya. Ketua organisasi pula," bisiknya.

Luna mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari cowok yang ada di depan kelas itu --Jake.

"Jadi, siapa yang bersedia menjadi ketua untuk kelas ini? Karena masing-masing dari kelas sepuluh akan menampilkan sesuatu untuk acara penutupan masa orientasi besok," tanya Jake.

Tiba-tiba saja tangan kanan Luna terangkat ke atas. Hah? Bagaimana bisa? Saat Luna panik lalu menoleh, terlihat Hana yang menyengir tak berdosa. Dia sengaja mengangkat tangan Luna, nyatanya.

"Iya itu yang angkat tangannya. Kamu mau jadi ketua sementara? Maju ke depan kalau gitu," titah cewek yang berdiri di samping Jake.

Luna tahu, dia sedang jadi tontonan siswa/i lain. Pandangan mereka semua mengarah ke arah cewek itu. Dan terlihat Hana mengangguk lalu mendorong pelan pundak Luna agar beranjak dari kursi.

Astaga, kak Jay tolong gue!

Luna tak kunjung maju ke depan, membuat Jake menatapnya datar. "Maju tinggal maju, susah banget. Mau nggak 'sih? Kalau nggak, ngapain angkat tangan?"

What? Kenapa galak sekali cowok bernama Jake itu. "Ini juga bukan kemauan saya, kak!" Luna mendengus sebal. "Nggak perlu ngegas juga kali," gumamnya, yang didengar oleh Jake.

"Ngomong apa kamu barusan? Maju cepetan!" Ya ampun, Luna ralat omongannya tadi. Nyatanya dibalik wibawanya, Jake galak dan seram. Eh tegas mungkin ya?

"Ya udah 'sih Lun, maju aja. Kita murid baru nggak usah cari masalah," ucap Hana berusaha membujuk Luna agar tak mempermasalahkan hal ini.

Hey, ini juga semua salah lo Hana! Punya teman seperti dia, bahaya juga.

Luna mencebik sambil melirik Jake yang tengah menatapnya tajam. Berbanding terbalik dengan wakil di sampingnya, yang mencoba berkontak mata dengan Luna dan menyuruhnya untuk maju ke depan kelas.

"Buruan itu yang di sana! Ngapain malah bisik-bisik!" tukas Jake.

Tok tok tok.

"Sorry, mengganggu kalian. Jake, dipanggil Bu Sinta."

Ah, ternyata dia. Si pemilik mata bulan sabit. Dan senyum menawan.

Siapa namanya tadi? Oh iya Sunghoon. Tapi, kenapa dia tak memanggil Jake dengan embel-embel kakak? Apa mereka berdua sama-sama kelas XII?

Kak Jay kenal dong ya? Oke, gue akan cari informasi dari kak Jay. Batin Luna.

Terlihat Jake mengangguk. "Iya sebentar." Lalu dia melirik cewek di sampingnya. "Lo duluan, ikut Sunghoon. Siapa tau ada hal penting. Ntar gue nyusul."

"Ya udah. Jangan ngerjain anak orang." Samar-samar Luna mendengar... siapa ya namanya?

Hara. Lah? Hampir sama namanya dengan teman baru di samping Luna itu. Hara dan Hana, oke abaikan.

Saat Luna hendak melihat ke arah pintu, irisnya dengan Sunghoon bertemu. Hingga detik ketiga, Hara menginterupsi si pemilik senyum manis itu --Sunghoon.

"Ayo," ajak Hara.

Terlihat, Sunghoon sempat melontarkan tatapannya ke arah Luna sebelum benar-benar hilang dari pandangannya.

"Kamu, yang pakai behel. Cepetan maju!" Luna tersentak karena interupsi dari Jake.

Dengan berat hati, Luna melangkahkan tungkainya ke depan kelas. "Iya kak, kenapa?" jawabnya malas.

"Kamu jadi ketua acara di kelas ini. Bentuk anggota lainnya sesuai mufakat kelas. Nanti saya minta laporannya!" pinta Jake dengan tegas.

"Juga, pikirkan apa yang akan mau kalian tampilkan. Saya tunggu laporannya nanti pulang sekolah," lanjutnya.

Hhh, ayolah. Luna tidak ingin repot-repot untuk acara seperti ini. Dia lebih suka menjadi penonton saja. Sungguh!

Luna mengembuskan napas pelan dan mengangguk malas. "Hm," jawabnya singkat.

"Ham hem --ham hem! Jawab yang bener!"

Aduh kak Jake, gue suka sama lo kak sejak pandangan pertama tadi. Tapi kenapa kakak galak 'sih? Kan jadi sulit kak. Aduh apa 'sih gue!

Luna mengangguk mantap. "Baik kak!"

"Nah gitu dong. Ya udah kalau gitu, saya permisi. Rundingkan sebelum kalian pulang." Jake merapikan kertas-kertas yang ada di meja guru.

Merasa tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Luna hendak kembali ke kursinya. Tapi siapa sangka, Jake malah mencekal pergelangan tangannya.

"Tunggu sebentar. Gue mau nanya sama lo." Luna menautkan kedua alis matanya. "Lo itu adeknya, Jay ya?"

"Kak, udah 'kan ya? Saya cuma disuruh buat mikirin mau menampilkan apa buat acara besok? Oke kak, saya akan bekerja dengan baik!" jawab Luna sekenanya. Sengaja, agar tak ada yang mendengarnya.

Terlihat Jake mengernyit karena bingung. "Ya udah." Dia pun meninggalkan kelas dan Luna kembali ke kursi.

"Lun, dia ngomong apa tadi? Kok kalian kayak bisik-bisik gitu 'sih? Terus itu Ja-Jay siapa gitu... itu siapa?" cecar Hana ketika Luna tiba di kursinya.

Luna menghela napas kasar. "Nggak tau Han. Capek tau, pengen cepet pulang." Cewek itu menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Hana mendengus sebal. "Gue 'kan cuma mau tau. Ya udah, terus gimana nih? Mau bikin penampilan seperti apa?"

Mendengar pertanyaan Hana, membuat Luna duduk tegap. "Ah, iya... aduh males deh gue, Han!"

"Gue bantuin, tenang aja."

Tuh 'kan. Hana memang sangat asik pembawannya. Untuk ukuran orang yang baru kenal, sulit menemukan teman seperti Hana ini.

Alretta tersenyum tulus pada Hana. "Makasih..."

Hana maju ke depan kelas dan mulai mengadakan voting untuk menentukan tampilan apa yang akan diberikan oleh kelas X-A; kelas unggulan.

***

With Jake,
©ayspcy, 2k21

Flame Flowers | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang