Gitar Yang Hilang

444 87 3
                                    

13:45 WIB.

"Awas, awas... jangan menghalagi."

"Itu coba diletakkan di ujung saja, jangan sampai menghalangi jalan!"

"Coba dicek soundnya, Niki tolong dibantu itu si Jungwon!"

"Ya udah coba lo ulang dibagian itu. Nanti gua coba nada tingginya..."

Kurang lebih seperti itu percakapan yang saling bersahutan di antara mereka --siswa/i yang tengah sibuk mempersiapkan acara penutupan orientasi.

Ya, di sekolah Luna --mereka hanya melakukan masa orientasi satu hari. Itu pun tidak aneh-aneh, hanya seperti pengarahan tentang sekolah, ekskul dan sebagainya.

Ah, iya... omong-omong soal ekskul, Luna tertarik dengan ekskul musik. Kenapa? Pasti tahu dong? Karena Luna, suka bermain alat musik. Apalagi bernyanyi.

Dulu, saat Luna masih di sekolah dasar --minatnya terhadap musik sudah terlihat. Jelas terbukti dari beberapa piala hasil memenangkan berbagai lomba menyanyi atau hanya sekedar bermain alat musik; gitar, piano dan biola --yang terpajang di rak ruang tamu rumahnya.

Kata Papa Jae; Luna menuruni bakat dari Mamanya. Ternyata, Renee mantan penyanyi sebuah girl band bernama apa ya Luna lupa...

Nanti Luna tanyakan pada Papa Jae.

"Lun! Sini!" seru Hana dari ujung panggung sana. Terlihat dia sedang melambai-lambaikan tangannya.

Luna yang sedang diam di tengah lapangan, langsung menghampiri Hana. Ternyata teman-teman kelasnya ada di ujung --samping panggung.

"Maaf ya lama, gue abis dari toilet tadi. Jadi gimana? Kalian udah siap semua?" tanya Luna setibanya di depan mereka.

Salah satu teman sekelas Luna; panggil saja Karina. Karina Nirmalasari nama lengkapnya. Dia selaku sekertaris di kelas. "Udah Rin. Lo sendiri gimana?"

Luna mengangguk mantap. "Gitar gue di mana ya?"

Seingat Luna, dia menitipkannya pada Hana sebelum dia izin ke toilet. Tapi, terlihat Hana tidak menenteng barang apa pun. Lantas di mana gitar kesayangan Luna?

"Astaga, Lun! Gue lupa naronya di mana! Perasaan, ada di meja ini tadi. Iya bener!" jawab Hana dengan panik.

Bagaimana dengan Luna? Astaga, itu gitar kesayangannya! Luna bisa saja lepas kendali kalau sampai gitarnya tidak ditemukan.

Mengamuk, menangis, marah-marah; itu definisi diri Luna saat lepas kontrol. Bayangkan saja, itu gitar kesayangannya dari Papa Jae!

"Hana, di mana gitarnya? Itu gitar kesayangan gue," ujar Luna lirih.

Terlihat Hana seperti menyesal karena tidak menjaga dengan baik barang titipan Luna. Dia memasang wajah memohon. "Maafin gue, Lun. Beneran gue nggak tau. Tadi ada di sini," jawabnya.

Teman-teman Luna yang lain ikut panik dan membantunya mencari gitar kesayangan cewek itu.

"Gitarnya warna apa, Lun?"

Ah, iya karena masih di dalam tas khusus gitar jadi belum ada yang tahu bagaimana bentuk gitar kesayangan Luna itu.

"Gitar gue; warna putih dan senarnya juga putih. Terus ada sticker nama gue di ujungnya."

Karina menunjuk ke arah belakang Luna. Ada apa memangnya? "Itu bukan gitar lo?" tanyanya.

Luna segera menoleh dan benar saja, itu gitar kesayangannya! Astaga akhirnya ketemu! Tapi, tunggu...

Bukankah itu Sunghoon? Luna baru tahu kalau dia kakak kelasnya, kelas XI-A. Informasi ini Luna dapat dari Karina, teman sekelasnya yang sangat up to date.

"Iya Lun! Itu gitar lo! Lagi dipakai sama kak Sunghoon! Astagaaa Lunaaa!" pekik Hana di samping Luna.

Luna tak terlalu mendengarkan ucapan Hana. Karena fokusnya hanya pada subjek yang tengah duduk sambil memangku gitar kesayangannya. Terlihat dari sini, kalau dia sedang bernyanyi karena bibirnya yang bergerak terus.

Jarak mereka cukup jauh. Luna tak bisa mendengar lagu apa yang sedang dinyanyikan cowok itu. Namun, satu yang pasti... Sunghoon terlihat sangat tampan saat memainkan alat musik yang dipetik itu --gitar.

Luna tak sengaja menghampiri Sunghoon. Salahkan saja kakinya yang membawa Luna ke arah cowok itu. Bahkan Luna tak mendengarkan teriakkan teman-temannya, karena nyatanya, Sunghoon sedang mengetes soundnya.

Setibanya Luna di hadapan Sunghoon. Permainan gitarnya terhenti. "Luna? Ada apa?"

"Itu gitar siapa kak?" tanya Luna to the point.

"Ini? Gue minjem dari meja di ujung sana. Kenapa?" jawab Sunghoon sambil menunjuk ke arah kerumunan teman-teman kelas Luna berada.

Benar! Itu gitar kesayangan Luna!

"Kak, maaf itu gitar milik gue. Gue sempat panik, gue kira hilang. Karena itu gitar kesayangan gue..." ucap Luna pelan diakhir kalimat.

Sunghoon beranjak dari duduknya dan langsung memasang wajah tak enak hati. "Astaga, maaf ya nggak bilang dulu sama yang punya. Ini ambil gitar kesayangan lo."

Tersadar, Luna mengedarkan pandangannya. Ternyata dia sedang menjadi tontonan publik. Pasalnya, dia berdiri di depan panggung dan berhadapan dengan siswa most wanted sekarang. Luna hanya bisa mendesah pelan.

Astaga, suka nggak fokus deh!

"Aduh kak, nggak apa-apa kalau lagi dipakai. Gue cuma kaget aja tiba-tiba gitar gue nggak ada. Maaf ya kak. "

Baru saja Luna akan meninggalkan Sunghoon, cowok itu mencekal pergelangan tangan Luna dan berkata, "nggak usah. Lo bisa nyanyi 'kan? Nanti solo? Nyanyi lagu Melukis Senja?"

"Iya kak? Kok tau?"

"Iya, dari laporan yang lo kumpulin kemarin."

Ya ampun. Kenapa Luna jadi gugup begini? Tapi teralihkan menjadi bertanya-tanya saat melihat senyum Sunghoon yang menawan itu.

Dia senyumnya tulus nggak sih?

Astaga, masih saja Luna berpikir seperti itu. Hingga dia tak mendengar ucapan selanjutnya dari Sunghoon. "Gimana?"

Hah? Bagaimana apanya? Luna tak mengerti. "Maksudnya kak?"

"Mau nggak gue iringin pake gitar lo dan lo yang nyanyi."

What? Nyanyi diiringi gitar sama kak Sunghoon? Aduh, menjadi pusat perhatian bukan gue banget.

Tapi, nyatanya apa? Saat ini Luna sudah menjadi pusat perhatian siswa/i yang berkumpul di lapangan untuk menonton murid-murid kekas X tampil.

"Oke, mau ya? Ya udah mulai sekarang aja. Lo X-A 'kan? Dan maju pertama. Jadi, mendingan langsung naik ke atas panggung, ayo," ucap Sunghoon sepihak. "Karena gue suka lo... maksud gue, lagu yang akan lo nyanyikan."

Luna saja belum menyutujuinya. Bagaimana ini? Astaga! Seketika itu juga, Luna menjadi panik.

***

With Jake,
©ayspcy, 2k21

Flame Flowers | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang