Senyum Tersirat

493 87 0
                                    

Keesokan hari. Luna sudah rapi; lengkap dengan seragam dan juga atribut lainnya. Saat ini dia sedang menyantap nasi goreng buatan Papanya --Papa Jae.

"Pah, Luna berangkat naik bus ya. Kalau Papa buru-buru nggak apa-apa duluan aja," kata Luna setelah meneguk air mineral.

"Nggak, kamu bareng kakak aja," sahut Jay yang baru tiba di ruang makan.

Luna meletakkan sendoknya di atas piring. "Kakak... aku nggak mau. Naik bus aja!" jawabnya cepat.

Papa Jae mengerutkan dahinya. "Kenapa dek? Kamu sama Jay satu sekolah. Selain efisien, kamu juga lebih aman sayang."

Terlihat Luna menggelengkan kepalanya pelan. "Luna cuma nggak mau jadi pusat perhatian di sekolah Pah. Pasti penggemar kak Jay banyak," sahutnya.

"Adek, lagian Jake udah tau 'kan? Otomatis murid lain juga akan tau nantinya."

"Nggak, kalau Luna bilang ke kak Jake buat jangan sebarin itu ke yang lain." Luna menjeda ucapannya.

Lalu berteriak karena baru menyadarinya. "Aaaah, iya kak aduh gimana ya. Lagian kok kak Jake bisa tau sih kak?" protes Luna sebal.

Jay menggedikkan bahunya. "Mana kakak tau. Mungkin pernah lihat kamu saat dia main ke rumah?"

Menginterupsi, Papa Jae berkata, "adek pergi ke sekolah sama kakak ya. Papa mau berangkat sekarang, baik-baik di rumah. Minggu depan Papa pulang."

Papa Jae menghadap ke arah Jay yang tengah berdiri di dekat lemari es --kulkas. "Jagain adeknya ya. Papa titip dia sama kamu."

"Siap Pah! Laksanakan! Hati-hati Pah, jaga kesehatan," sahut Jay.

Luna berdiri dan mengampiri Papanya. "Pah, seminggu? Lama banget..." Dia memeluk Papa Jae.

"Aduuuh adek, Papa jadi ragu mau pergi nih. Papa ada proyek di Kalimantan, tinggal sedikit lagi. Janji, setelah ini Papa akan ajak kamu sama kakakmu jalan-jalan. Kita liburan bareng lagi."

"Iya Pah, maaf ya Luna manja. Ya udah hati-hati ya Pah. Luna sayang Papa," sahut Luna setelah melepaskan pelukannya. Membuat Papa Jae tersenyum lembut.

Papa Jae mengusak surai hitam Luna pelan. "Kamu juga jaga diri ya, nurut sama kakakmu. Udah sana lanjut sarapannya, Papa pergi," ucapnya.

Selepas sang Papa pergi, Luna sedikit melamun sambil menopang dagunya dengan satu tangan.

"Adek, ayo berangkat. Itu dibawa gitarnya jangan lupa," ujar Jay sambil menyambar kunci motor yang ada di atas meja makan.

Luna terkesiap dan beranjak dari duduknya. "Iya kak, tunggu."

Sedang, di sisi lain. Terlihat Sunghoon tengah menyiapkan makanan kesukaan Mamanya. Lalu dia menulis sebuah noted di kertas kecil dan di letakkan di pinggir mangkuk.

"Selamat pagi Mah, Sunghoon sayang Mama," gumamnya. Lalu menyambar tas yang ada di kursi, dan keluar ruangan setelah menoleh sebentar ke arah ranjang yang ada di lantai VIP itu.

***

Banyak siswa/i yang berlalu-lalang di koridor gedung kelas XI. Mereka semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang sekadar mengobrol atau bergosip ria. Juga, ada yang menonton para siswa --sedang bermain basket di lapangan.

Kecuali, cowok yang sedang berjalan sambil menundukkan kepalanya. Sesekali dia mengembuskan napasnya seperti kelelahan. Mungkin tak ada yang menyadarinya karena kebisingan di pagi hari sebelum bel masuk berbunyi.

Cowok itu adalah Sunghoon. Dia seperti sedang banyak pikiran, terlihat dari raut wajahnya. Tapi, ketika ada yang menyapanya --seketika berubah menjadi sebuah senyuman. Seakan tak terjadi apa-apa.

"Kak Sunghoon, selamat pagi..."

Sunghoon tersenyum ramah, membuat adik tingkatnya itu memekik kegirangan. Juga, teman-temannya yang melihatnya.

"Kak Sunghoon senyumnya manis banget. Aduuuh berasa dinotis bias!"

"Sunghoon kenapa makin ganteng ya. Saingan gue makin banyak nih!"

"Kak Sunghoon...."

Sunghoon sudah biasa dengan ucapan-ucapan seperti itu. Setidaknya, tanggapan mereka membuatnya sedikit melupakan masalah yang sedang dialaminya.

Dengan tersenyum, membuatku lebih baik. Dan juga... batinnya.

"Bro! Udah ngerjain pr matematika belum? Nyalin ya," ucap Hyuka dari arah belakang. Cowok itu merangkul Sunghoon, dan dibiarkan saja olehnya.

"Hm," sahut Sunghoon singkat. Sudah biasa, sahabat dekatnya --Hyuka Biantara menyalin tugasnya.

Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kelas. Namun, tanpa Sunghoon ketahui, dari seberang sana ada sepasang mata yang mengartikan senyumannya berbeda.

"Kenapa ya? Senyumnya menyiratkan kesedihan. Sebenarnya topeng apa yang sedang dia gunakan?" gumam seseorang itu.

***

With Jake,
©ayspcy, 2k21

Flame Flowers | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang