Partner Music

339 67 0
                                    

Apa yang harus Luna lakukan, saat ada seseorang menatapnya sendu. Memohon bantuan padanya, padahal orang itu sangat diwaspadai oleh kakaknya sendiri.

"Mau ya, jadi partner gue ikut kompetisi menyanyi itu. Gue cuma mau kerjasama sama lo..."

Sunghoon, sedang membujuk Luna untuk ikut berpartisipasi dalam kompetisi bernyanyi minggu depan di sekolah lain.

Padahal baru kemarin Luna bergabung dengan klub musik di sekolahnya. Tapi, Sunghoon sudah menunjuknya untuk menjadi teman kolaborasi.

Apa kata mereka yang sudah senior diatas Luna? Akankah kejadian dulu waktu Luna sekolah menengah pertama akan terulang kembali? Luna tak mau!

"Tapi kak... Gue nggak bisa. Maaf," jawab Luna lirih sambil menundukkan kepala.

Terlihat dari ujung ekor mata Luna, bahwa teman-teman yang ada di ruangan klub musik mulai berbisik-bisik. Hingga Luna menangkap ucapan yang tak mengenakkan, membuat Luna menjadi serba salah.

"Dia siapa? Berani menolak Sunghoon?"

"Astaga, benar-benar nggak tau diuntung!"

"Hilih, ingin sekali aku memakinya. Benar-benar sok cantik!"

Luna menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan kegugupan yang melandanya tiba-tiba.

Terangkat kepala Luna dan melihat respon Sunghoon. Ternyata dia tengah menatap Luna dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa? Gue kurang baik untuk jadi rekan lo ya? Ya udah nggak apa-apa, gue nggak akan ikut berpartisipasi di acara kompetisi itu," sahut Sunghoon, lalu beralih menatap ke arah lain.

Jujur, Luna merasa tak enak. Terlebih lagi setelah melihat Sunghoon yang seperti kecewa, terlepas dari bisikan tak mengenakkan dari mereka --anggota klub musik yang lain.

Namun, kalau Luna menyetujui permintaannya bagaimana dengan respon Jay bila mengetahui ini? Astaga! Luna benar-benar dilema sekarang.

Luna mengembuskan napas pelan. "Tunggu kak, bisa kasih gue waktu sebentar? Gue akan kasih tau nanti malam, gimana?"

"Serius?" tanya Sunghoon yang langsung berbalik menghadap ke arah Luna dengan senyum cerah di wajah tampannya.

Luna mengangguk dan tersenyum canggung. "Iya kak. Ini juga demi sekolah 'kan? Gue pasti ikut berpartisipasi. Tapi, sebelumnya gue mau izin sama Papa dulu kak."

"Oke nggak apa-apa. Gue tunggu jawaban lo. Jangan lupa kabarin ya nanti malem," sahut Sunghoon yang terlihat senang.

"Baik kak, kalau begitu gue izin keluar ya. Ada kelas setelah ini, gue nggak mau ketinggalan," ucap Luna dan disambut oleh anggukan dari Sunghoon.

Bel istirahat berbunyi, tanda pelajaran matematika telah usai. Terlihat Hana, teman sebangku Luna langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja.

"Lo kenapa Han? Lemes banget," tanya Luna.

Hana menggeleng pelan. "Nggak enak badan aja, Lun. Ah, iya... lo sendirian nggak apa-apa untuk makan siang? Gue mau ke ruang kesehatan aja."

"Ya ampun Hana. Ya udah ayo gue temenin. Makan siang bisa nanti. Ayo." Luna memapah Hana sampai ke ruang UKS.

Ya ampun Hana, suhu tubuhnya sangat panas. Luna menyerahkan teman sebangkunya itu pada Dokter yang ada di ruang kesehatan. "Udah sana Lun, lo makan siang dulu sama Karina. Gue nggak apa-apa. Tidur sebentar juga mendingan nanti."

"Beneran nggak apa-apa gue tinggal?" Luna tidak tega melihat Hana yang begitu pucat. Biasanya dia sangat ramai, tapi sekarang menjadi diam.

Terlihat Hana mengangguk pelan. "Iya. Jangan ngabisin tenaga gue deh Lun buat bujuk lo makan siang. Udah sana ih," sahutnya yang seperti mengusir tapi Luna tahu dia bercanda.

"Oke kalo gitu. Cepet sembuh ya Han. Nanti gue ke sini lagi." Akhirnya Luna meninggalkan Hana yang sudah memejamkan mata karena mengantuk setelah minum obat mungkin.

***

With Jake,
©ayspcy, 2k21

Flame Flowers | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang