"Luna, lain kali kalau ada yang berani sama kamu kayak tadi, jangan diem aja dek! Mana Luna yang pemberani?!" seru Jay setelah melepaskan genggaman tangannya dari adik kandungnya itu.
Jay sengaja membawa Luna ke ruang kesiswaan, karena kebetulan sedang sepi dan hanya ada Jake juga Heeseung yang tengah berdiri di ambang pintu untuk berjaga-jaga agar tak ada yang mendengar.
Melihat Luna diam saja dan malah menundukkan kepalanya. Membuat Jay merasa bersalah telah membentaknya walau tak bermaksud. "Maafin kalau nada bicara kakak tinggi. Kakak cuma nggak mau kamu--"
Jay merasakan pergerakan dari bahu Luna yang bergetar. Ternyata adiknya itu tengah menangis. Dengan gerakan lembut, Jay menarik Luna ke dalam pelukannya.
Usapan pelan di kepala Luna, sudah mewakili setiap kata-kata menenangkan yang biasa Jay berikan pada adiknya itu dikala sedih.
Jake dan Heeseung yang melihat pun hanya saling tatap lalu menggedikkan bahunya. "Kayak orang pacaran aja ya?" celetuk Heeseung.
"Jaga tuh mulut!" sahut Jake, lalu memerhatikan Jay dan Luna yang tengah berpelukan.
Heeseung menyunggingkan senyumnya, lalu menatap ke arah berbeda. Kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari saku seragam dan memotret kakak beradik itu.
Beruntung tidak bersuara saat memotret. Sengaja dia lakukan untuk mengerjai Jay di sosial medianya. Pasalnya kemarin Heeseung sempat di jahili oleh Jay. Dan inilah saatnya Heeseung membalasnya.
Tanpa Jay sadari, perbuatannya malah akan membuat semuanya menjadi rumit. Terutama pada Luna. Apa yang akan terjadi? Tunggu saja setelah dia mengupload foto tersebut.
Beberapa menit kemudian.
"Udah nangisnya? Cuci muka dulu sana, lihat tuh matanya merah," ucap Jay setelah berhasil menenangkan Luna.
Cewek itu mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang ada di ruangan tersebut. Sedangkan Jay menghampiri Heeseung dan Jake.
"Jake, bilangin sama gebetan lo tuh. Jangan berani macem-macem sama adek gue." Jay terlihat marah pada temannya itu.
Heeseung mengangguk mantap. "Lagian, lo aneh banget dah, Jake. Cewek macem dia, lo jadiin gebetan! Kayak nggak ada yang lain aja," sahutnya lalu menengok ke balik dinding. "Kayak dia tuh contohnya."
"Hah? Lo semua kenapa sih? Gua nggak ada apa-apa sama itu cewek. Maklum aja cowok tampan banyak yang ngerebutin!" Jake menatap keduanya lalu mengerutkan dahinya karena bingung.
Sedang Jay mengikuti arah pandang Heeseung. Ternyata ada seseorang di balik dinding tersebut. "Siapa di sana? Keluar!"
Karina; teman Luna yang sedari tadi berada di balik dinding itu akhirnya menampakkan dirinya. "Hai kak, maaf gue nggak bermaksud untuk--"
"Udah sini, nggak apa-apa. Mau ketemu Luna 'kan? Tolong tungguin ya, dia lagi di kamar mandi," sahut Jay yang memotong ucapan Karina.
Kebetulan jam istirahat telah selesai. Di kelas mereka --Jay dan Jake ada penambahan materi untuk ujian minggu depan jadi tak bisa membolos. Sedangkan Heeseung sebenarnya jam kosong, tapi dia dan Jake harus membahas sesuatu perihal pemilihan ketua organisasi nanti.
Karina mengangguk mengerti. "Iya kak."
"Ayo, jangan sampai Pak Kai yang tiba duluan. Bisa diusir kita," ucap Jake.
Jay mengangguk dan merangkul Jake lalu berjalan melewati Karina yang masih diam berdiri di tempatnya. Namun, sebelum itu Heeseung sempat melihat ke arah name tag teman Luna itu dan berkata, "titip Luna ya.. Ka-rina."
"Karina, kamu satu kelas sama Luna?" tanya Heeseung tiba-tiba.
Karina mengangguk. "Iya kak. Kenapa ya?"
"Luna pasti tau nomor ponsel kamu 'kan ya?" lanjutnya bertanya.
Karina mengangguk lagi. "Iya kak."
Tiba-tiba Heeseung tersenyum sangat manis. "Nanti malam kalau ada yang ngechat, itu dari aku ya," ucapnya lalu mengikuti langkah Jay dan Jake yang sudah mulai menjauh.
Meninggalkan Karina yang melongo tak percaya, bahwa kakak kelasnya itu baru saja mengajaknya bicara. Bahkan akan mengirimnya pesan. Haruskah dia senang?
"Rin, kok lo di depan pintu? Kak Jay dan temen-temennya mana?" tanya Luna saat tiba di hadapan Karina.
"A-ah, mereka baru aja balik ke kelasnya." Karina memegang kedua bahu Luna dengan erat, membuat sang empunya sedikit meringis karena kaget. "Lun! Lo tau?"
Menggeleng pelan. "Nggak, gue nggak tau," jawab Luna cepat.
"Ah, lo mah. Dengerin gue dulu ya."
Luna mengangguk menurut.
"Tadi, barusan nih ya... kak Heeseung ngajak gue ngobrol, Lun! Terus dia bilang mau ngechat gue nanti malam! Gue seneng banget!" lanjut Karina yang heboh sendiri.
Membuat Luna menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. Seakan dia telah melupakan kejadian yang baru saja menimpa dirinya. "Gue ikut seneng, kalau lo seneng..."
"Makasih Lunaaa!" jawab Karina antusias. "Eh, iya.. lo mau ke kelas atau ke ruang kesehatan jenguk Hana?"
"Ke kelas juga udah telat 'kan? Ya udah ke ruang kesehatan aja yuk. Siapa tau Hana butuh seseorang 'kan? Sekalian beli makanan buat dia dulu ya," sahut Luna lalu merangkul lengan Karina.
***
With Jake,
©ayspcy, 2k21
KAMU SEDANG MEMBACA
Flame Flowers | ENHYPEN ✓
Fanfiction[Feat; Soobin TXT] Luna tahu bahwa dirinya tak akan pernah bisa jauh dari bayang-bayang sang kakak. Niat awal ingin menyembunyikan statusnya sebagai adik Jay, tapi terbongkar karena kejadian yang sama. Hal itu tak luput dari perhatian Sunghoon, kaka...