19.15 WIB
Waktu sudah menunjukkan waktunya makan malam. Tapi, Jay agak malas kalau harus makan sendiri. Jadi, dia berinisiatif menghampiri kamar adiknya dan mengajak cewek itu untuk makan bersama.
"Lun, udah makan malam belum?" tanya Jay dari ambang pintu kamar Luna.
Terusik, Luna yang sedang asyik mendengarkan lagu sambil bersenandung kecil langsung menghentikan kegiatannya itu. "Belum laper kak," sahutnya sekenanya.
"Ayo turun ke ruang makan, kakak juga belum makan. Temenin kakak," pinta Jay sedikit manja.
Kebiasaan! Padahal Luna sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur. "Kakak aja sendiri ya, Luna lagi males makan kak."
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mendarat di pucuk kepala Luna. Setelah dilihat, ternyata Jay tengah tersenyum ke arah Luna sambil mengusap pelan rambutnya.
"Papa 'kan nggak ada. Masa kakak makan sendirian. Kamu kenapa emangnya?" tanya Jay lembut.
Menggeleng samar, Luna benar-benar malas untuk beranjak dari kasur. Ditambah Jay yang sedang mengusap kepalanya pelan, membuat Luna menjadi mengantuk.
"Lunaaa..." panggil Jay. Sudah pasti dia sedang memasang wajah memelasnya. Dan itu salah satu kelemahan Luna.
Luna menghela napas pelan. Lalu beranjak dari posisinya yang sebelumnya --telungkup. Dan menatap Jay dengan senyum terpaksa. "Luna lagi males aja kak. Ya udah, ayo Luna temenin."
"Ayo, nanti kakak buatin susu cokelat. Walaupun nggak makan, tapi minum susu ya," sahut Jay, tersenyum.
Beruntung, Luna memiliki kakak seperti Jay. Perhatian dan kasih sayangnya untuk Luna luar biasa dirasakan olehnya. Dia bisa menjadi Ayah dan Ibu bagi Luna.
Luna beranjak dari kasur, lalu tersenyum cerah. Begitu juga dengan Jay. Luna langsung merangkul lengan kanan Jay. "Ayo, kalau susu coklat Luna mau. Tapi, besok beliin es krim ya kak. Stok di kulkas abis."
"Selalu ada maunya... Ya udah besok pulang bareng kakak, kita beli camilan," sahut Jay sambil mengusak rambut Luna gemas.
"Yeay! Es krim!" seru Luna sambil berjingkrak riang, membuat Jay mau tak mau ikut bergerak karena lengannya yang Luna apit.
Jay tertawa renyah. "Dasar anak kecil!"
"Bodo! Biarin aja," jawab Luna sambil terkekeh.
Jay dan Luna tiba di ruang dapur. Kakaknya itu langsung membuatkan susu untuk Luna. "Kamu jadi ikut ekskul musik kan?"
"Jadi sih kak, tapi Luna masih bingung. Apalagi setelah kakak sama kak Heeseung cerita. Luna makin takut buat berurusan sama kak Sunghoon lagi. Tapi..." Luna menjeda ucapannya.
Jay menyerahkan susu pada Luna. "Tapi apa? Ngomong itu jangan setengah-setengah!"
"Nggak jadi." Luna terkekeh. "Makasih kakak, ya udah sana makan. Nanti Luna tinggalin nih."
"Mainnya anceman." Jay mengerucutkan bibirnya. "Eh tapi Lun, Sunghoon itu nggak jahat sih, cuma orang di sekitarnya aja yang kurang baik."
"Luna juga tau itu kak. Tapi, tetep aja Luna was-was jadinya kalau ketemu kak Sunghoon."
"Oh iya kak, kakak kenal sama kak Sunoo kan? Kok dia imut banget sih kak? Gemesin gitu, pengen Luna jadiin adek!" lanjut Luna sambil menyengir lebar. Sedangkan Jay menyantap mie rebus, maklum Bibi yang biasa mengurus rumah sedang izin.
Jay sampai tersedak mendengar penuturan Luna. "Ya ampun Lun, sampe muncrat kan."
"Kakak jorok banget ih, itu kena Luna 'kan! Baunya jadi pengen." Luna menatap Jay sambil tersenyum manis. "Masakin mie rebus pake telur mata sapi mateng, pake bakso dan sayuran ya kak."
"Tolongnya mana?" Jay menatap sinis Luna sambil mengelap bekas kuah yang muncrat tadi.
Luna mengerucutkan bibirnya. "Kak Jay Maheswara yang tampan paripurna, tolong masakin mie spesial buat Luna ya," ucapnya lalu mengecup singkat pipi Jay. Itu salah satu kunci ketika salah satu dari mereka minta tolong.
"Makan mie kakak aja gimana? Enak lho, spesial pake banget!" Jay menyodorkan tisu bekas mengelap tadi ke Luna.
Luna menghindar lalu tertawa begitu pun Jay. Keduanya menghabiskan malam di dapur dengan obrolan panjang.
***
With Jake,
©ayspcy, 2k21
KAMU SEDANG MEMBACA
Flame Flowers | ENHYPEN ✓
Fanfic[Feat; Soobin TXT] Luna tahu bahwa dirinya tak akan pernah bisa jauh dari bayang-bayang sang kakak. Niat awal ingin menyembunyikan statusnya sebagai adik Jay, tapi terbongkar karena kejadian yang sama. Hal itu tak luput dari perhatian Sunghoon, kaka...