Harry duduk dengan desahan lelah. Hermione duduk tepat di hadapannya di meja perpustakaan, sementara Ron dan Ginny mengapitnya. Ginny di kiri dan Ron di kanan. Dari ekspresi tegas di wajah Hermione, dia mendapat kesan yang berbeda bahwa dia berada di saat yang sulit. 'Biarkan interogasi dimulai,' pikirnya.
"Harry?" tanya Ginny. "Ke mana kamu pergi saat kamu menghilang?"
Harry memandangnya dengan dingin, 'Ah, salvo pembuka.'
"Ya sobat," kata Ron, melihat dari esai mantra yang sedang dia kerjakan. "Kami perlu tahu kalau-kalau terjadi sesuatu."
Harry menutup matanya dengan jijik. "Ini benar-benar bukan urusanmu, tapi jika kamu harus tahu, suatu tempat di mana aku bisa berpikir." Dia menjawab dengan suara sedingin es. "Aku lelah dengan tatapan dan bisikan dan menjadi sangat lelah karena orang-orang bertanya kepadaku tentang perasaanku tentang artikel Twist!" Kemudian bahunya merosot karena kekalahan. "Tidak bisakah aku setidaknya memiliki privasi sendiri?"
"Tapi kami temanmu, Harry. Kamu bisa memberi tahu kami apa saja," pinta Hermione. (Pengen gw ngaplak tuh pala)
"Benarkah?" Harry bertanya tak percaya. "Apakah itu berlaku dua arah? Katakan padaku 'Mione, kapan terakhir kali kamu dan Ron berciuman? Ada rencana untuk segera bercinta?" Dia meliriknya.
Hermione tersedak, berubah menjadi merah padam karena kata-katanya. Nona Pince menyuruh mereka keluar dari mejanya.
Ginny memukul bagian belakang kepala Harry. "Ya, kami adalah temanmu. Dan perhatikan mulutmu Harry!"
"Aduh! Sialan!" Seru Harry, mengusap bagian belakang kepalanya. "Untuk apa itu?"
Ginny menyeringai dan mengangkat bahu. "Sesuatu untuk mengingatkan kamu bahwa kami masih di sini untukmu. Kamu dapat memberi tahu kami apa saja."
Harry mendengus dan kembali ke pekerjaan rumahnya, mengabaikan teman-temannya. "Yeah, benar. Apa saja. Sama seperti kalian yang banyak memberitahuku."
"Jadi?" Hermione menuntut, berjuang untuk mengontrol rona wajahnya.
Harry mendongak. "Ketika kamu melihat jalan mu jelas untuk menjawab semua pertanyaan ku, aku akan berpikir untuk menjawab pertanyaan mu. Sampai saat itu, itu bukan urusan mu. Kamu bukan ibu ku. Kamj sama sekali tidak berhubungan dengan ku. Aku tidak perlu memberitahumu apa-apa, kecuali aku mau, dan aku tidak. Teman saling menghormati privasi satu sama lain dan kita semua tahu aku tidak punya apa-apa, berkat bekas luka berdarah ini." Ketiga temannya duduk dalam diam karena terkejut.
"Hei Harry!"
"Hei sobat!"
Perhatian Harry segera tertuju pada sepasang kembar identik berkepala merah yang sedang mengejar mereka.
"Ya Forge dan Gred?"
"Bantu kami di sini, sobat ..."
"Ya, menurutmu siapa Oliver Twist itu?"
Harry mengerang, menunduk, tetapi diam-diam bersyukur atas pergantian topik. "Yah, menurutku pribadi dia itu dua orang. Yang satu melakukan penelitian dan yang satu lagi menulis. Tidak mungkin satu orang melakukan semuanya," ucapnya sambil terkekeh dalam hati. Sekarang, setelah Profesor Flitwick membantunya, sebenarnya ada dua orang yang mengerjakan artikel. Yah, semacam itu. Profesor itu telah menjadi sumber informasi dan peluang penelitian.
"Kenapa dia tidak keluar dari lemari?" Ginny bertanya berusaha meredakan ketegangan.
"Yah, dia akan dikeluarkan ..." Kata Fred.
"Benar sekali, Gred." George setuju. "Snape sudah berada di jalur perang. Dia ingin artikelnya dihentikan sekarang. Dia tidak suka sumber hiburan utamanya di bawah pengawasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poisen Pen
FanfictionHarry sudah muak melihat reputasinya dicabik-cabik di Daily Prophet dan memutuskan untuk melakukan sesuatu. Hanya dia yang memutuskan untuk merangkul sisi Slytherinnya untuk memperbaiki masalah. (No pairing) (BUKAN BL/YAOI) Terjemahan Story by Genka...