Tubuhku gemetar kecil saat dia mengangkat dan menekanku ke dinding terdekat. Dan aku tidak punya pilihan lain selain melingkarkan kakiku di pinggangnya, menopang diriku sendiri padanya sehingga dia bisa memegangku hanya dengan satu tangan lalu dia menyandarkan dahinya ke dahiku sambil terengah-engah. "Aku bisa merasakan napasmu di wajahku." Bisiknya pelan, "Aku bisa merasakan tubuhmu memanas di bawahku," Dia bersenandung penuh nafsu sambil mengencangkan cengkeramannya di pinggulku. "Lepaskan aku, aku mohon," ucapku sambil menatap dalam ke matanya. "Maaf, Sayang. Tapi... aku belum selesai denganmu." Bisiknya, "Aku masih ingin mencoba bibirmu yang cantik dan lembut itu... Dan aku ingin menandai lehermu yang indah." Katanya lagi, menatap lurus ke mataku dengan pandangan sayu, "Apakah kau bersedia memberikan semua itu padaku, hm? Atau aku harus mengambilnya dengan paksa, seperti yang kukatakan sebelumnya?" ©Copyright Fadilawliet 2024