Bagian 9

8 1 0
                                    

"wah siapa?" Max lama sekali menjawab dan itu membuatku gemas karena penasaran.

"Pokoknya ada"(terkekeh)

Hih! Siapa sih? Tadi kenapa dia melihatku? Ahh...kenapa malah aku berharap dia menyukaiku"

...

  Max dan Ibunya berpamitan pulang. Tinggal aku dan Mama dirumah.

"Ternyata Max sudah menyukai seseorang. Apa kamu tahu siapa dia?"

"Mana aku tahu" (pergi)

"(Menyusul) kamu kan selama ini sama-sama terus dengan Max. Masa' tidak tahu siapa gadis yang disukai Max"

"Kaila tidak tahu, Ma. Kaila mau belajar dulu" aku menutup pintu kamar dan langsung menuju meja belajar. Mengambil fotoku dengan Max. Foto saat lulusan SMA. Itu foto kami satu-satunya.

"(Gumam) siapa yang kamu suka Max?"

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

5 tahun kemudian....

   Sepeninggal Papaku 5 tahun lalu, hidup keluarga ku berubah drastis. Mamaku memulai bisnis salon memanglah tidak mudah. Roda kehidupan terus berputar. Tapi kini, perekonomian kami sedikit demi sedikit kembali. Berkat kerja keras Mama. Bisnis Mama semakin berkembang, bahkan merambah ke dunia fashion. Semua itu adalah hobi Mama. Aku senang Mama sudah mulai ceria lagi.

   Aku, sudah bekerja sendiri. Aku bekerja sebagai sekretaris di Perusahaan. Sudah memasuki dunia kerja 2 tahun. Setelah lulus kuliah, aku tidak langsung bekerja melainkan membantu Mamaku merintis usahanya.

   Max? Aku sudah jarang berkomunikasi dengannya. Dia sibuk dengan pekerjaannya begitu pun juga denganku. Kami benar-benar berpisah sekarang. Rasanya aneh memang,

   Papaku meninggal karena serangan jantung saat pulang dinas dari luar kota. Dia mengeluh tidak enak badan dan ingin segera tidur karena merasa lelah sekali.

FLASHBACK

"Papa sudah pulang?" Kata Mama lalu mengambil tas kerja Papa. Aku membawakan koper Papa.

"(Melepas dasi) Papa nggak enak badan. Papa mau langsung tidur saja"

"Yasudah Mama siapkan teh hangat"

....

"Kaila!!!" Teriak Mamaku. Aku yang berada dikamarpun bergegas menghampirinya.

"Ada apa Ma?"

"Papamu tidak mau bangun" isak Mamaku. Aku seketika gemetaran.

  Kami membawa Papa ke Rumah Sakit. Mamaku menangis sesenggukan setelah mendengar kabar bahwa Papaku meninggal. Aku mencoba kuat dan menenangkan Mamaku.

   Ibunya Max membantu menenangkan Mamaku. Aku melihat jenazah Papaku untuk yang terakhir kalinya. Aku mencoba berdiri, kaki ku terasa lemas. Aku melihat Max baru saja datang dengan napas tersenggal-senggal. Dia menghampiriku.

"Max...(terisak)" tangisku kembali pecah setelah melihat Max. Dia memelukku erat.

"Sabar ya. Aku yakin kamu kuat. Kamu harus terlihat  kuat meski sulit." Bisiknya.

...

  Pemakaman Papaku sudah selesai. Ibu Max dan Mamaku pulang. Aku masih enggan meninggalkan Papaku sendirian. Rasanya seperti mimpi, baru kemarin aku meneleponnya dan menanyakan keadaannya. Papa bilang, Papa baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang Papa meninggalkan aku dan Mama.

   Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Kematian adalah hal yang paling jauh dari hidup kita, walaupun sebenarnya ia lebih dekat dari segala yang dekat dengan kita.

   Hidup ini seperti buku, cover depan adalah tanggal lahir, cover belakang adalah tanggal kematian. Tiap lembar adalah hari-hari dalam hidup kita. Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput kita, namun yang pasti kita tahu berapa banyak bekal yang kita miliki untuk menghadapNya.

FLASHBCK OFF

  Karena sudah 2 tahun aku bekerja. Aku memberanikan diri untuk meminta ijin Mama agar aku tinggal sendiri dan lebih dekat dengan kantor tentunya.

"Kamu mau ninggalin Mama sendiri?"

"Kaila pengen punya tempat tinggal dekat kantor, Ma. Kan ada bi Inah sama Pak Man. Kaila sudah survei ada apart yang dekat sekali dengan kantor. (Sedikit berbohong) jalan kakipun bisa. Apart itu bagus Ma"

"Ya Mama sedih sendirian. Tapi kasihan kamu juga kalau pulang malam."

"Mama ijinin Kaila?"

"Ya...terpaksa"

"(Memeluk) kaila janji setiap libur, kaila akan pulang kerumah"

....

Hari ini adalah hari kepindahanku. Hanya beberapa barang penting saja yang ku bawa.

Drtt...drrt..

"Halo, Max"

"Maaf ya aku nggak bisa bantu kamu pindahan"

"Nggak papa kok, Max. Aku tahu kamu juga sibuk kerjaan"

"Kamu kirim alamatnya. Nanti pulang kerja aku kesana"

"Iya nanti aku kirim."

"Kalau begitu hati-hati ya"

Tut...

Mikaila Max (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang