Mikaila Pov
Aku dan Pak Adrian tengah makan malam bersama. Tak lupa juga aku membawa tab kerjaku.
"Kenapa tab itu kamu bawa? Kita tidak sedang bekerja."
"Tapi ini memang sudah pekerjaan saya. Setiap dinas keluar, ini harus saya bawa kemana-mana" (Adrian merebut tab itu)
"Aku mau kita makan malam dulu,"
Makanan yang kami pesan sudah datang. Pramusaji itu menuangkan wine.
"Cheers..." kata Pak Adrian seraya mengangkat gelasnya kearahku.
Ting!
Aku meneguk wine itu sampai habis. Saking enaknya. Haha.. maksudku ini pertama kalinya aku menikmati minuman enak ini.
"Hei, kamu harus meminumnya pelan-pelan. Kalau seperti itu, bisa mabuk nanti kamu" katanya seraya memotongkan steak daging, lalu diberikannya kepadaku.
.....
Max keluar kantor dengan beberapa temannya yang lembur. Mereka saling berpamitan. Max mengeluarkan ponselnya. Ia ingin menelepon Mikaila.
Namun, ia ragu untuk menelepon Mikaila. Max menghela napas lalu memasukkan kembali ponselnya disaku celananya.
...Keesokan harinya..
Adrian dan Mikaila berkemas, ceck out dari penginapan itu kemudian mereka menuju lokasi pembangunan hotel baru.
"Alamatnya ini Pak" Mikaila, seraya mengubah navigasi pada mobil Adrian.
Tak lama mereka sampai di lokasi itu. Seorang pria paruh baya mendekati mobil mereka. Mereka berbincang sejenak, lalu pria paruh baya itu mengantar mereka ke lokasinya.
"Tempat ini sangat strategis untuk membangun penginapan. Selain dekat dengan air terjun dan pantai, tempat ini juga dekat dengan stasiun dan pasar raya" jelas si Pria paruh baya itu yang notabennya adalah Tuan Tanah.
"(Mengangguk) baiklah, mari kita lanjutkan kesepakatan ini." Mereka berjabat tangan.
....
Semua urusan di tempat itu sudah selesai. Adrian dan Mikaila beristirahat seraya makan siang.
"Kaila.."
"Ya, Pak"
"Bisakah kamu memanggil saya nama saja? Lagian ini diluar kantor."
"Ng...saya..."
"Kalau diluar pekerjaan kamu memanggil saya Pak, kesannya tua ya. Boleh kamu pangil saya nama atau kakak. Saya hanya ingin lebih akrab dengan kamu, biar tidak canggung "
Justru kalau memanggil namanya saja bikin aku merasa canggung, apalagi panggil kakak. Batin Mikaila.
"(Senyum canggung) baik saya akan usahakan Pak, eh.."
"(Senyum) baiklah, teruskanlah makanmu"
Mikaila kembali melanjutkan makannya, Adrian masih menatap Mikaila.
Diantara banyak bintang, ada satu yang menatapku. Diantara banyak orang, aku menatap bintang itu. Dimana, kapan dan seperti apa kita berdua nanti. Adrian
.....
Mikaila sampai di Apartnya. Ia menekan password pintunya lalu masuk. Ia langsung merebahkan tubuhnya.
"(Mengehela napas) huuuhhh... capeknyaa....padahal tidak menyetir. Besok sudah kembali bekerja. Sekalian nanti mampir ke toko kue ibu Max."
Drt.. drtt..
Kaila mengambil ponselnya.
"Halo, Ma"
"Kaila, apa kamu sudah pulang?"
"Iya, Kaila baru saja sampai"
"Apa kamu sudah makan?"
"Sudah tadi perjalanan pulang bareng Pak Adrian. Kalau Mama sudah makan?"
"Belum, Mama gak nafsu makan. Mama kangen banget sama kamu"
"Kaila juga kangen sama Mama. Mama harus makan ya, maaf Kaila sibuk terus. Kaila gak mau Mama sakit. Kaila cuma punya Mama. Pas weekend nanti Kaila janji akan pulang."
"(Terkekeh) iya..iya, Mama nanti makan. Kalau kamu pulang, Mama akan masak makanan kesukaan kamu. Jangan lupa mandi"
"Hehe iya, Ma. Yasudah Kaila mandi dulu ya..bye Mama, muaacchhh"
Tut..
Kaila menatap layar ponselnya, wallpaper hpnya foto dirinya dengan sang ibu.
Orang tua ku satu-satunya setelah kepergian Papa. Aku gak mau kehilangan Mama. Aku mau Mama sehat terus. Maafkan aku ya, Ma. Kaila sibuk terus kadang suka lupa ngabarin Mama.
(Tes.. air matanya menetes ke layar hpnya)
Aku gak mau melihat Mama hidup susah. Aku gak mau Mama capek kerja. Biarkan Kaila saja yang menanggungnya. Semenjak kepergian Papa. Mama banting tulang demi Kaila. Demi masa depan Kaila. Sekarang giliran Kaila yang akan menyenangkan Mama.
Kaila menangis. Tak lama ia malah tertidur.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikaila Max (On Going)
RomanceKami sudah sampai ditempat pemancingan. "Hiii...harus cacing ya?". Aku bergidik ngeri melihat cacing yang menggeliat di wadah. "Iyalah" "Max kamu saja yang pasang. Aku.. gak bisa.." (Max menyeringai) "Kamu...takut cacing?" "Ng...nggak bukan takut...