bagian 6

10 1 0
                                    

   Perlahan aku membuka mata, pandanganou masih kabur, memicingkan mata ternyata sudah pagi.

Drrrrtt....drrrtt....

  Ku ambil ponsel diatas nakas. Ternyata dari grub chat. Mataku terbelalak, terkejut membaca isi pesan yang memberitahukan bahwa besok lusa akan ada UAS.

"UASnya cepet banget."

  Aku menelepon Max.

"Max!!" Teriakku. Mungkin saat ini Max sudah menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Apa sih? Nggak usah teriak-teriak segala"

"Hehehe ..maaf. aku cuma kaget masa' UAS udah besok lusa aja"

"Loh sebelumnya kan sudah diberitahu"

"Masa' sih? Kapan? Aku kok nggak inget"

"Kaila...kaila.. yang diingatan kamu itu pasti si cowok yang ngasih kamu minuman di perpus kan?"

"Apaan. Aku serius tahu!"

"Yasudah toh sudah diingatkan lagi. Tinggal belajar"

"Tapi kan...."

"Gini aja. Biar otak refresh. Aku ajak kamu mancing"

"Mancing?"

"Iya aku jemput satu jam lagi"

"Tapi, Max. Aku...."

Tut...tut...

"Max!! Ih..dasar anak ini.

....

  Kami sudah sampai ditempat pemancingan.

"Hiii...harus cacing ya?". Aku bergidik ngeri melihat cacing yang menggeliat di wadah.

"Iyalah"

"Max kamu saja yang pasang. Aku.. gak bisa.." (Max menyeringai)

"Kamu...takut cacing?"

"Ng...nggak bukan takut. Cuma..." Kenapa dia menatapku seperti itu?  Pasti dia merencanakan sesuatu.

"Max, jangan macam-macam ya.." Dia hanya tersenyum. Menyeramkan.. seperti psikopat dalam film-film.

"Enggak kok. Sini tangan kamu"

"(Mendengus) jangan bercanda ya..."

"(Menghela napas, seraya bersusah payah menahan tawa) aku cuma mau kasih pancing ini. Udah kupasangkan umpan. Sini.."

  Aku mengulurkan tanganku. Dia langsung menaruh cacing gendut itu ditanganku.

"Aaa.... Max!!!" Dia malah tertawa terpingkal-pingkal.

"(Kesal) aku pulang!"

  Saat berbalik, aku hampir saja tercebur kolam, untungnya Max segera menarikku. Aku berada dipelukan Max, mata kami saling pandang.

Hatiku....berdebar. Aku benar-benar gemetar. Hatiku bergetar sampai hampir meledak... Dan membuatku geram. Max

Jantungku...kenapa? Kenapa... Mikaila

Aku mendorong tubuh Max. Suasana seketika menjadi canggung.

"Duduklah. Nanti kupasangkan cacingnya." Katanya seperti orang yang salah tingkah. Aku mengangguk patuh, lalu duduk.

.
Beberapa menit kemudian..

Aku mulai gelisah karena umpannya belum dimakan ikan. Dan itu membuatku mulai jenuh. Aku menoleh kearah Max, dia malah tertidur.

"Max"

"Hmmm"

"Apa kita memilih tempat yang salah? Kita tidak menangkap ikan seekorpun. Kita mungkin kembali dengan tangan kosong"

"Kamu harus mengosongkan pikiranmu dahulu"

"Bagaimana aku bisa mengosongkan pikiranku? Besok lusa sudah mulai UAS."

"Apa yang akan kamu lakukan dengan ikan yang kamu tangkap?" Tanyanya seraya menatapku.

"Ng?"

"Kamu kan tidak bisa memasak. Kamu bahkan tidak bisa membawanya pulang"

"Kurasa itu benar, tapi aku menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk ini. Lagi pula kan ada Mama ku yang memasaknya. Aku tinggal membawanya pulang dan menunggunya matang"

"Hadeh! Kamu ini juga harus belajar masak. Sekarang berhentilah menghabiskan waktu dan tenaga. Tarik napas panjang. Aku mengajakmu kemari agar kamu mencari udara segar denganku. Senderkan kepalamu seperti ini." (Memejamkan matanya seraya menyenderkan kepalanya ke kursi)

aku pun mengikuti arahannya. Lalu kupejamkan mataku.

"Habiskan satu jam seperti ini. Jangan lakukan apapun. Jangan pikirkan apapun"

AUTHOR POV

  Max membuka matanya, ditatapnya wajah mikaila yang masih memejamkan mata.

"Kamu menyukaiku?" Tanya Mikaila dengan mata masih terpejam.

Mikaila Max (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang