Bagian 4

14 1 0
                                    

   Max juga bilang dia sering dibully sejak masih Sd. Dia disebut sebagai anak haram. Tentunya membuat Max dan ibunya sedih. Setiap hari tak lepas dari bullyan teman-temannya. Ia sangat kesal hingga memukul temannya itu. Max dihukum guru sampai di skors. Itu atas permintaan wali murid atau bisa dibilang orang tua teman Max.

   Max sudah menjelaskan bahwa dia tidak bersalah, semua berawal dari temannya itu yang sudah mencela ibu Max.

"Waktu itu, Bu Guru sampai datang kerumah dan meminta maaf padaku dan ibuku. Beliau tidak bisa berbuat banyak. Wali murid itu mengancam akan menutup sekolah itu. Karena berdiri ditanah mereka. Mau tidak mau aku harus menerima hukuman. Sampai sekarang orang itu terus membully ku"

"Sebenarnya aku sudah tidak mau melanjutkan sekolah dan memilih membantu Ibuku. Tapi, Ibuku mau aku tetap melanjutkannya. Ibuku punya keinginan kalau aku bisa sampai kuliah dan mendapat pekerjaan yang bagus. Makannya demi meringankan beban Ibuku, aku giat belajar dan mengikuti program beasiswa"

"(Manggut-manggut) Max, aku mau berteman denganmu bukan karena aku merasa kasihan, aku berharap kamu jangan salah paham"

"Hahaha... Tidak Mikaila. Aku sangat senang kamu mau berteman denganku. Bahkan saat Doni mengejekku kamu selalu membantu. Aku sangat berterima kasih"

  Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Doni, dia adalah anak laki-laki yang Max ceritakan tadi, dia adalah pembuli Max saat itu. Sikap Doni dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Max tidak pernah membalasnya.

  Hingga waktu lulusan, kami sekarang menginjak bangku SMA. Aku dan Max masuk ke sekolah yang sama. Sekolah itu termasuk sekolah favorit.

"Max, aku senang banget kita bisa sekolah bareng lagi"

"(Senyum) iya Mik. Aku bersyukur banget bisa keterima disekolah ini dan bareng kamu lagi."

"Gue juga dong" sahut seseorang.

Doni

"Hai cantik, kita satu sekolah lagi" aku tak menggubrisnya.

"Ayo Max kita pulang"

"Eits.. (menahan tanganku) ayo dong kita makan-makan dulu"

"(Meronta) apaan sih. Lepasin. Aku mau pulang."

"Ayolah" (menarik)

"Aw... Sakit Doni"

"Lepasin!" Max melepaskan tanganku dari cengkraman Doni.

"Kenapa lo ikut campur? Gue cuma mau ajak dia makan bareng"

"Dia nggak mau. Jangan dipaksa."

"(Mendengus, lalu mencengkram kerah Max) anak miskin belagu banget!"

"(Mendorong Doni) udahlah! Kenapa sih kamu selalu datang dan mencari masalah sama kita? Ayo Max" aku menarik Max.

...

PERTENGAHAN SMA

  Tidak terasa kami memasuki kelas 11 SMA. Doni, akhir-akhir ini sudah tidak mengganggu Max. Entahlah, tumben sekali dia. Bahkan beberapa hari ini aku tidak melihatnya bersama gengnya.

   Sejak berteman dengan Max, aku jarang dekat dengan teman perempuan. Awalnya mereka menjauhiku, tapi lama-lama tidak. Bahkan pernah bergabung denganku dan Max saat di Kantin.

   Pagi ini adalah hari Sabtu. Ya sekolah Full day dan libur 2 hari. Aku berkunjung kerumah Max. Disana ada syukuran untuk pembukaan Toko Roti milik Ibu Max. Tak lupa sebelum berangkat aku membeli bunga. Tak lama aku sampai disana.

"Pak Man, langsung pulang saja. Nanti aku lama disini"

"Baik, non"

...

"Nak Mikaila" sambut hangat Ibu Max.

"Ini untuk Tente. Selamat ya Tante, sekarang sudah punya Toko sendiri."

"Terima kasih nak, ini semua juga berkat kamu dan orang tua kamu. Kalian sudah banyak membantu keluarga kami"

"(Senyum) itu juga atas kerja keras Tante dan Max. Oh ya, Max kemana Tante?"

"Dia masih di kamar. Masuk yuk, kamu langsung saja ke kamar Max."

....

Aku mengetuk pintu kamar Max, karena tak ada sahutan aku pun masuk. Ternyata tidak dikunci.

"Max...." (Celingak-celinguk)

"Apa?" Sahutnya. Aku menoleh. Aku terkejut melihat Max yang telanjang dada seraya menguap. Bahkan, dia punya roti sobek. Sejak kapan dia punya itu?

Astaga sadar Mikaila.

"(Teriak) aaaa.....Max! (Lari keluar)"

"Teriaknya telat woi...ck!" (Max terkekeh)

....

"Ada apa nak? Kok teriak begitu?"

"Heheh... Itu si Max..."

Oh, Ibunya Max kan jualan Roti, makanya dia punya roti sobek diperut. Eh!!!! Ngapain juga masih kepikiran itu astaga...

"Kaila.. kok bengong sih? Max kenapa? Dia jahili kamu?"

"Ha?! Ti..tidak Tante...Tante, ada yang bisa Kaila bantu?"

"Oh, tidak ada. Tante punya resep kue baru. Kamu harus coba. Nanti bawa pulang juga untuk orang tua kamu. Bentar ya, Tante mau kedapur dulu"

.....

  Max bekerja sambilan dibengkel dengan giat, bahkan dia sambil belajar juga. Toko kue Ibunya sedikit demi sedikit memiliki pelanggan.

  Uang hasil kerja sambilan Max dikumpulkan, bisa membeli scooter butut dan sebagian lagi diberikan kepada Ibunya. Hari berganti bulan, bulan menjadi tahun, kami lulus dengan nilai yang memuaskan. Aku melanjutkan kuliah namun Max, tidak. Dia memilih langsung mencari pekerjaan demi membantu Ibunya.

"Sebenarnya aku sedih sih kamu nggak lanjut kuliah. Tapi kan Max, ada beasiswa. Kamu kan juga pandai anaknya kenapa nggak dicoba saja?"

"Iya tapi..."

"Ibumu juga menginginkan kamu sampai jenjang kuliah kan?"

"Aku kasihan pada Ibuku. Kurasa memang sudah cukup sampai disini" (senyum)

"(Menghela napas) iya sudah Max, kalau itu memang keputusan kamu"

"(Memegang bahu Kaila) jangan sedih dong. Ayo aku traktir ice cream."

"Aku lagi nggak mood Max"

"Ayolah..." Paksa Max.

Mikaila Max (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang