09. New Moment

12 1 0
                                    

Syuting hari pertama yang harus Rachel jalani berada di Taman Mini. Selesai didandani, Rachel keluar dari ruang make up dengan kegugupan yang parah, dan bertemu dengan dua remaja yang akan bersamanya syuting iklan kemeja tersebut. Sebelumnya, mereka bertiga sempat bertegur sapa di grup Line, tapi Rachel tetap saja terlalu takjub dengan dua orang yang akan bersamanya melakukan syuting kali ini. Di depannya, Deva Nicolas, dan Anindya Paramittha.

Anindya Paramittha, mahasiswi tingkat tiga yang merupakan selebgram dengan tiga ratus ribu pengikut. Selain itu, ia juga merupakan salah satu anak gaul Jakarta. Anindya terkenal dengan gaya hidupnya berbau kebarat-baratan yang berada di lingkup pertemanan anak-anak yang konyol, lucu, asik, dan hits.

Deva Nicolas adalah salah satu pemeran sinetron di bawah naungan agensi RF Star. Dia saat ini merupakan salah satu actor remaja paling dicintai menurut riset yang dilakukan majalah 'Kala Remaja' karena perannya sebagai second lead di sinetron 'Satu Kesempatan' begitu mencuri perhatian, tidak kalah dari Main leadnya.

Mereka berdua tak asing di telinga Rachel, ia yang paling tidak ada pengalaman untuk sebuah iklan tampak bingung. Harus bagaimana cara supaya perpindahan ekspresi itu lembut? Tidak canggung? Padahal sudah berkali-kali Rachel berlatih di depan cermin, tapi rasanya masih sulit. Apalagi amatiran sepertinya harus beradu akting di vidio iklan ini dengan dua orang yang sudah profesional.

Dengan percaya diri, Rachel mendatangi keduanya yang sedang mengobrol tentang sebuah sebuah cafe yang mengusung tema Marvel. Di dalamnya menjual beberapa miniatur karakter dan souvenir animasi yang baru saja buka.

"Hallo, Rachel Alavda. Kak Anin, Kak Deva," sapa Rachel dengan senyum yang sopan sembari mengulurkan tangannya. Cewek itu agak kaget, baik Deva atau pun Anin, menerima uluran tangannya dengan hangat.

"Anindya Paramittha, penyuka coklat sampe nyaris fanatik. Sayangnya, karena harus diet, jadi nggak bisa banyak-banyak. Tapi, kalau lo mau ngasih coklat diet, sama sekali nggak bakalan ditolak," balas Anin dengan senyum tipisnya, raut wajahnya cerah walau dengan garis rahang yang tajam. Menurut Rachel, Anin ini kalau nggak senyum, tipe wajah yang jutek.

"Deva Nicolas, boleh panggil apa aja. Btw, wajah lo, asing ya, Chel?" jawab Deva dengan matanya yang memperhatikan penampilan Rachel dari atas sampai bawah. "Tapi, mereka ngerekrut lo, nggak salah, sih. Visualnya wajah Asia yang cantik, elegan, kayak Mbak Dian."

Wajah Rachel mendadak memerah malu. "Kak Nicol, jangan berlebihan gitu. Gue biasa aja, Kak, jauh banget visualnya sama Kakak-kakak. Eh, tadi ngomongin Marvel, ya? Kafe yang kalian omongin, emang lagi cukup viral sih, di lingkungan pecinta karya super hero itu."

Meski kurang mengerti dengan pembahasan itu, Rachel mencoba untuk mengalir mengikuti pembicaraannya. Sekali-kali ia bertanya apa yang sedang mereka bahas. Awalnya tentang Marvel, berlanjut membahas X Men, Stan Lee, dan Doctor Strange, mengikuti film-film favorit Deva. Berlanjut membicarakan bagaimana mereka ditawari Iklan ini, terus bagaimana citra yang dipunyai perusahaan yang menaungi kemeja ini, dan lain-lain.

Saat syuting dilakukan, penggagal yang sering menggagalkan take syuting ini adalah Rachel. Cewek itu merasa malu juga cemas, tapi kedua seniornya mengatakan tak apa-apa, ia sudah melakukan yang terbaik, sudah bekerja keras.

Sampai syuting terakhir di hari selanjutnya, sekitar pukul 2 siang setelah selesai syuting, mereka bertiga mengunjungi sebuah cafe yang kemarin menjadi bahan pembicaraan. Ternyata tidak terlalu jauh, hanya sekitar 7 kilometer dari Taman Mini.

Pembicarakan mereka terus berlanjut di cafe, tentang makanan, dan kopinya juga ternyata benar-benar enak, tidak hanya sekedar tema animasi yang diusung cafe ini membuatnya terkenal. Deva yang mengkonsumsi pembahasan tentang karakter Marvel ia sangat suka Iron Man. Di akhir pembahasan, ia bertanya, apakah mau menonton Doctor Strange 2? Deva bilang, ia sangat penasaran dengan Wanda.

Anin sangat antusias, matanya berkilat-kilat menunjukkan ketertarikan pada setiap kata yang Deva ucapkan. Ekspresinya seperti seorang yang mendamba, kalau Rachel tak salah kira. Anin seakan mengambil kesempatan yang ada saat bersama Deva. Tapi, bagi Rachel juga kesempatan yang baik untuk berkenalan dengan orang-orang yang ini, bisa meningkatkan pengikut instagramnya, sedikit tahu tentang hal menarik yang mereka lakukan, dan menambah wawasan tentang dunia influencer.

---

Sepulang ke rumah neneknya, Rachel membeli banyak makanan instan yang dibelinya di mini market. Terutama karena Neneknya super irit dan tidak mau ribet. Kurang sehat, Rachel tahu itu. Tapi mie instan, nugget ayam, kentang goreng, dan sosis begitu menggoda.

Saat sedang memasukkan belanjaannya ke frizeer kulkas, neneknya mendekati Rachel, berdehem-dehem, sekaligus terheran-heran.

"Dapet uang dari mana? Kan, harus irit di sini. Inget aja, Ibu kamu nggak bakalan dengan mudahnya nambahin uang bulanan," peringati Neneknya diiringi tawa kecilnya, karena terlihat jelas perubahan wajah Rachel mendadak murung.

"Achel kerja, tahu! Nenek nggak usah, deh. Ngomong yang cuman bikin mood turun drastis. Nenek tinggal ikut makan apa yang Acel beli, gitu aja, nggak perlu ribet, oke??"

"Oke? Kok, bahasa kamu ke Nenek nggak ada bedanya sama bahasa ke-seumuran? Dikiranya, Nenek tuh, temen kamu?"

"Duh, Acel capek, jangan mulai deh. Mau ke kamar aja. Dahh, Nenek!!"

"Acel kerja apa?!! Udah salat belum?!!"

Pokoknya, segesit mungkin Rachel berlari menuju kamarnya, lalu menguncinya. Sekarang, gara-gara kesalahpamahan Ibunya, ia harus tinggal di sini, nyaris membuat gila.

Memasuki kamar, yang Rachel bisa ceritakan cuman kepada kedua temannya, Hana, dan Dita. Rachel mengirim sebuah foto di lokasi iklannya dengan dua seniornya pada room chat 'Tempat Nyampah'.

Dita:
Tega banget ketemu Kak Dev, nggak bilang-bilang. Tahu gitu harusnya mintain tanda tangan. Lo tahu kan, Chel, gue fans garis kerasnya.

Hana:
Kalian bertiga, udah berhenti komunikasi dong, ya? Setelah proyek ini?

Kedua respon temannya membuat Rachel berdecak, Dita, dan Hana, adalah pribadi yang berbeda. Tapi, tak perlu ia pusingkan. Hari ini saja, ia ingin beristirahat banyak, dan berharap semuanya baik-baik saja.

---

Salam,
Thechoconov

RefrainedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang