07. About the problem

13 0 0
                                    

SMA Galuh Cendikia adalah sekolah swasta yang cukup terbilang baru, setidaknya dari 2017. Sehingga, muridnya tak cukup banyak, berbanding lurus dengan bangunannya yang tak banyak. Dari tiap angkatan, hanya ada dua kelas IPA dan satu kelas IPS. Sekolah yang cukup baru itu, ternyata sudah mendatangkan masalah dengan sekolah lain.

Sesuai dengan permintaanya, Haikal dengan bebas bisa berada di sini dengan bantuan Adrian. Dengan memakai masker dan topi yang ditarik ke bawah, Haikal berusaha menyamarkan dirinya.

Setiba di sana, sudah waktunya istirahat. Ketika melewati lapangan, Haikal menatap Aldo yang sedang bermain futsal dengan teman-temannya. Di pinggiran lapangan, dipenuhi Fans Aldo cs yang terus menyeru penuh semangat.

"Lo ada kepentingan apa, sama Aldo? Mau gue panggilin aja ya, Kal," ucap Adrian yang sudah kembali dengan dua kap milk tea yang baru saja dibelinya dari kantin.

"Gak usah," jawab Haikal sembari merebut satu kapnya dari Adrian tanpa dipersilahkan. "Duduk di sana aja yuk!"

Adrian mengikuti langkah Haikal untuk duduk di sebuah bangku besi panjang di depan sebuah kelas. Keduanya sama-sama meminum milk teanya.

Cukup lama, Haikal hanya diam dan tatapannya tak sedetik pun luput dari pergerakan Aldo. Sedangkan Adrian heran, hanya bisa memperhatikan tatapan Haikal yang sarat untuk Aldo.

"Jadi, di sini dia cassanovanya?"

Tanya Haikal dengan tenang, seakan dirinya tak merasa tegang berada di dekat Aldo. Yang bisa saja membuatnya kembali dalam masalah yang mati-matian ia jauhi.

"Iya. Btw, kenapa lo kepo sama itu orang?"

"Hmm, Aldo temen lo, kan?"

"Iya." Lagi-lagi, Adrian hanya bisa menjawab itu.

"Menurut lo... Lo tuh, lebih deket sama Aldo atau gue?"

Kening Adrian mengerut dalam, sama sekali tak mengerti dengan ucapan cowok itu.

"Ya, Aldo lah. Dia temen sebangku juga. Udahlah Kal, ada masalah ya, sama dia?"

"Ooh, emangnya gue keliatan orang yang bermasalah sekarang?"

Dulu sih, yang Adrian tahu, Haikal memang bandel. Tetapi sekarang sudah tidak. Dan kelakuan Haikal sekarang membingungkannya. Adrian berdecak kecil, Haikal sangat kekanak-kanakan dan tidak bisa bicara langsung ke intinya.

"Kalau lo, nggak mau ngomong ke intinya. Gue gak akan jawab apa pun," ucap Adrian akhirnya. Sejak tadi, hal itulah yang ingin ia sampaikan.

"Gue cuman butuh informasi tentang Aldo, dari lo, dan nggak usah tanya alasannya apa pun."

"Gue nggak mau! Maksud lo aja nggak jelas. Dipikirnya gue mau, ngelakuin hal nggak berdasar kayak begitu?"

Dari yang tadinya diam, Haikal menatap tajam Adrian. Bisa-bisanya Adrian bicara begitu?

"Iya, gue punya masalah sama Aldo," jujur Haikal membuat Adrian kembali berpikir keras.

"Lo beneran mau tobat, Kal?"

Tiba-tiba saja Haikal ingin marah, karena Aldo yang menyinggungnya dengan hal yang sangat sensitif. Tetapi Haikal harus menahan diri, tidak mungkin Haikal ingin menarik perhatian musuhnya.

"Yang dulu, belum selesai."

"Gue mediasiin lo, sama Aldo. Gak baik masalah ditinggalin, lo harus nyelesainnya."

"Lo! Mau manggil Aldo ke sini sekarang?!!"

Adrian menggeleng. "Gue, nggak sejahat itu kok. Lagian gue ngerti harus bersikap kayak gimana sama pengecut kayak lo."

Tak ada yang bisa dikatakan Haikal, ia tak bisa membantah. Adrian keras kepala dan setelah diresapi, Haikal mengakui ucapan itu benar. Mungkin, sudah saatnya untuk menyelesaikan.

---

Di kantin, Rachel sedang memakan mie ayam dengan Hana dan Mila. Sejak kejadian itu, suasana kantin tak lagi ramah. Banyak sekali fans Haikal yang menemui Rachel, bahkan hanya untuk mengatainya saja.Kenalannya pun banyak yang menjauh, karena takut dengan Kakak kelas. Sebuah peringatan jangan mendekati Rachel.

"Heh, ngaca nggak Ra-chel. Nggak terlalu cantik juga, sok kegatelan."

Rachel mengangkat wajahnya, menemukan seseorang yang dikenalnya sebagai siswi kelas duabelas sedang mengatainya, ditemani dua siswi kelas duabelas lain di belakangnya.

"Emangnya, saya kegatelan apa?" tanya Rachel tanpa minat.

"Ya, pokoknya kegatelan aja. Jijik gue sama lo," lanjut kakak kelas itu.

"Kakak kok nggak jelas, ya. Ngomong aneh-aneh aja," jawab Rachel merasa Kakak kelasnya itu mengganggu kegiatan makannya.

"Woyy! Kakak kelas tuh, lebih tua, seharusnya lebih berisi otaknya. Ganggu aja, ngerusak citra rasa enak dari mie ayam. Gak sopan banget sama yang lebih muda," ucap Hana memasang wajah suram.

"Sopan? Lebih muda?"

"Aduuh ya, Kakak kelas. Kalau ada urusan sama Haikal-Haikal itu, Rachel nggak kenal tahu!" Mila greget ingin marah, mengusir,dan mencabik wajah Kakak kelasnya dengan ganas.

"Dia emang tahu tentang Haikal!"

"Emang kalau gue kenal, mau apa?" jawab Rachel setelah menimbang-nimbang.

"Ya, enggak apa-apa. Cuman, setelah sekian lama hilang. Kenapa sih, Haikal dateng sama lo! Adik kelas sepuluh yang nggak ada power apa-apa."

"Ooh iya, gitu? Apa bagusnya Kak Haikal tuh emang?"

"Banyak!"

"Dan emang gue peduli Kak? Jangan aneh deh, nggak semua orang harus suka sama orang kayak gitu."

"Tapi waktu itu, dia kan, sama lo!"

"Ketemu nggak sengaja, di koridor. Jadi, bareng. Nggak lebih."

"Oh, ya? Jadi, lo nggak suka sama Haikal?"

Rachel mengangguk. "Dan, tolong kasih tahu sama temen lo juga ya, Kak. Berhenti deh, fanatik sama orang kayak gitu. Gue yang orang asing, jadi malah terbebani."

Memang seharusnya itu yang Rachel ucapkan, tak usah berurusan dengan tetanggamya itu. Ia pun tak berniat dekat, apalagi harus jadi serbuan fans fanatik cowok itu. Rachel sangat membenci itu.

---

Hallo, makasih sudah mau membaca.

Salam,
Thechoconov

RefrainedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang