⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟
─────────────────────
Bakugou baru usai mandi ketika ponselnya berdering. Nama ayahnya tertera di sana, ia segera menyuruh Todoroki, Midoriya, Sero, dan Shinsou berhenti menyanyi dan menggenjreng gitar. Ia segera mengangkat panggilan itu."Ha-"
Todoroki menyambar dengan keras, "Bakugou, matiin dulu rokoknya."
Ayahnya di seberang sana terdengar kaget, "H-halo, katsuki rokok-rok--"
"Ambilin bir gue dong," di sebelahnya Shinsou ikut bicara.
"Bir?!"
"Bukan Dad, buk-"
"Bajunya pake dulu, Kacchan sayang." Midoriya mengubah suaranya menyerupai suara perempuan.
"Katsuki!"
"No, Dad, ini semua te-"
"Bagi-bagi dong tontonannya." Sero menimpali.
Bakugou langsung menepak belakang kepala Sero, "Fuc--damn you, guys!" ia masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan keempat teman sialannya itu tertawa.
"Apa tadi, Katsuki?"
Bakugou naik ke dalam bath tub yang kering, "Itu Deku, Todoroki, Shinsou, sama Sero. Dad tahu sendiri mereka kalau bercanda kayak gimana." Ia duduk di dalamnya sambil meluruskan kaki.
Di ujung telepon ayahnya tertawa, "Ya, Katsuki. Dad bercanda--dulu waktu SMA Dad juga gitu."
"Tch. Jadi tadi percuma aku khawatir Dad marah."
"Yeah, gimana bisa Dad marah? Kamu terlalu sempurna, Katsuki." Masaru tertawa lagi sebentar, "Dad udah lihat hadiahnya. Thanks, son."
"Dad suka?" Bakugou menekuk lututnya, "Vanilla latte-nya enak banget, udah Dad coba?"
Bakugou mendengar Masaru berdehem, "Masih di kulkas, nanti Dad minum sambil ngetik laporan."
Beberapa detik kemudian berlalu dengan hening, Bakugou bertanya-tanya sedang apa Masaru di seberang telepon sana. Ia bisa bayangkan wajah lembut Masaru yang terkejut saat menemukan hadiah itu. Daripada melotot dan berteriak, biasanya pria itu hanya tersenyum hangat dan lebih terlihat seperti ingin menangis. Saat itu terjadi, terkadang Bakugou jadi membenci raut wajahnya sendiri yang lebih tegas seperti ibunya, bertanya pada Tuhan mengapa bukan raut wajah ayahnya yang tertera di sana.
"Kamu punya juga?"
Bakugou tersentak, "Huh? Punya apa?"
"Kausnya, kaus baseball-nya. Ada nama Dad di punggungnya, kamu juga punya?"
Bakugou terkekeh, "Punya Dad, ada namaku juga di belakangnya."
"Katsuki? Apa nama yang ada di punggugnya Katsuki?"
Bakugou diam sebentar, ia mengingat kembali nama apa yang ia sematkan di punggung kaus baseball-nya.
"Bukan, Dad." Bakugou kembali meluruskan kakinya, "Bakugou, aku pesan nama Bakugou."
"Ah, apa Katsuki kedengaran kayak Mitsuki?" suara ayahnya sedikit memelan.
Bakugou buru-buru berseru, "Bukan, bukan!" lengan kanan Bakugou memainkan kepala keran bath tub, "Soalnya Bakugou itu nama Dad, aku jadi ngerasa lebih nyaman. Lagian waktu kita berdiri sebelahan nanti jadi lucu; Bakugou Masaru, kita jadi kayak bersatu di satu nama." ia tertawa.
"Oh, begitu?" suara Masaru terdengar skepstis, "Apa Dad harus panggil kamu Bakugou juga? Tapi rasanya aneh, kayak manggil diri Dad sendiri."
"No, Dad! Tetep panggil aku Katsuki, soalnya nama Katsuki kerasa lebih hidup kalau keluarnya dari mulut Dad."
"Apa kamu lagi ngerayu?" Masaru berdehem, "Kamu lagi ingin sesuatu dari Dad?"
Bakugou tertawa, "Yeah."
Masaru jarang sekali salah kalau soal menebak kode-kodenya. Matanya beralih pada plafon kamar mandinya, memperhatikan noda-noda kekuningan yang ada di sana. Sesaat ada yang terlintas dalam pikirannya. Bagaimana kalau ia bagi saja sepalung dari kasih sayang ayahnya yang seluas lautan itu untuk Midoriya dan Todoroki?
Masaru kelihatan cocok dengan Midoriya, mereka suka bicara tentang banyak hal yang biasanya membuat Bakugou pusing--tentang sepanjang apa tangga yang harus dibuat untuk menghubungkan bumi dan bulan, misalnya.
Masaru juga akan senang menghabiskan waktu dengan sifat natural Todoroki yang penurut. Todoroki akan belajar banyak hal yang biasanya dikerjakan ayah-anak normal. Bukan latihan Taekwondo sampai patah tulang. Bakugou melebarkan jemarinya di udara, ia bisa membayangkan wajah bingung Todoroki kalau pemuda itu diberi perlakuan yang maha lembut dari Masaru. Bakugou yakin Todoroki akan setuju kalau ia bilang Masaru itu versi maskulin dari Fuyumi.
"Jadi, kamu ingin apa? Seperempat tabungan Dad cuma cukup untuk bawa kita liburan ke Eropa dua minggu."
Bakugou memekik, "What?! Dad kaya diem-diem?"
"Tapi di Eropa nanti kita tidur di taman kotanya." Masaru menghela napas, "Kenapa Dad ngerti kode-kode kamu tapi kamu enggak ngerti kode-kode Dad? Maksud Dad, jangan minta yang mahal-mahal."
Bakugou menepuk kening, "Oh--astaga, aku enggak ngerti," ia tertawa kencang, lalu menutup mulut khawatir suaranya terdengar ke luar kamar mandi.
Masaru ikut tertawa, "Jadi, kamu ingin apa?"
"Aku," Bakugou mengerutkan dahinya, "aku ingin Dad jemput aku langsung dari Yuuei nanti Minggu."
Masaru diam di ujung sana, Bakugou akhirnya bicara lagi, "Aku enggak mau naik kereta, Dad, Todoroki setiap minggu dijemput Fuyumi-nee atau Natsuo-nii. Deku dijemput tante Inko."
Ia mendengar kekehan kecil dari Masaru, "Berapa umurmu sekarang? Kamu masih iri dengan temanmu seperti begini, Katsuki?"
Bakugou hanya menggerutu.
"Ada pertandingan baseball di Tokyo nanti Minggu," Masaru bicara lagi, "Should we go there, Katsuki?"
Bakugou tersenyum, "I'd really love that, Dad. Bawa topiku sekalian!"
"Siap, Raja Katsuki." Masaru tertawa, "Jam berapa Dad harus jemput?"
"Jam delapan, ada yang harus aku laku--"
Bakugou menoleh cepat ke arah pintu kamar mandi, ia mendengar barang jatuh di luar kamar mandinya.
"Kat?" ayahnya memanggil.
"Oh, ya, Dad, jam delapan, oke? Ada yang panggil, aku tutup teleponnya, oke? Love you."
"Ya, Katsuki, love you too."
Bakugou segera keluar dari bath tub-nya. Ia menelusupkan ponsel ke saku celana pendeknya sebelum membuka pintu kamar mandi dengan tergesa. Ketika ia keluar, piala penghargaan lomba debat dari atas kabinet mejanya sudah terberai di lantai. Ada Shinsou yang tersudut pada badan kabinet, kerah kemejanya dicengkeram kuat oleh Todoroki, hampir tercekik. Sero dan Midoriya terlihat sedang berusaha menarik Todoroki supaya melepaskan cengkeramannya.
"Jawab, Shinsou!" Todoroki membentak.
Bakugou menatap pemandangan itu dengan horor. Ia belum pernah melihat Todoroki begitu marah, mengapa Todoroki bisa semarah itu? []
─────────────────────
──3 ...
KAMU SEDANG MEMBACA
[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: Suffocated
Fanfiction[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan detail yap!] Several bad things are better to left unsaid, Bakugou bisa menanganinya sendirian. Namun, ketika Todoroki menemukan alasan menga...