⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟
─────────────────────
Ayahnya baru pulang sekitar pukul enam sore, menghabiskan waktu lima belas menit untuk mandi dan langsung menghampiri Bakugou di dapur. Ia menyodorkan sekantung telur pesanan Bakugou, lalu kembali ke kamarnya. Saat Bakugou memasukkan satu per satu telur ke dalam kulkas, ekor matanya bisa menangkap sosok ayahnya tengah membawa sekeranjang pakaian untuk dicuci. Bakugou berani bertaruh sebagian besar di dalamnya adalah pakaian ibunya."Kenapa Dad kerja hari ini?"
Ayahnya di ruang tengah berhenti menarik taplak meja sebentar, "Darurat, investor memaksa ingin secepatnya rapat pengesahan saham, sedangkan bos perusahaan Dad sedang di luar distrik." ia kembali menarik taplak meja, "Jadi Dad datang sebagai penggantinya."
"Sampe kapan sih Dad mau bertahan di posisi yang sekarang? Kenapa enggak minta naik jabatan?" Bakugou mulai menyalakan kompor, mengupas dua butir telur setelah minyak yang ia siapkan memanas.
Ia mendapati ayahnya sudah berdiri di ambang pintu dapur, "Kalau Dad minta naik jabatan, Dad harus pindah ke kantor pusat di Yokohama. Gimana caranya Dad bisa jauh dari kamu?" ia tertawa kecil sambil segera pergi ke ruang cuci saat Bakugou melemparkan kulit telur ke arahnya.
Bakugou memahami maksudnya, pria di awalan empat puluh itu tidak bisa meninggalkan Bakugou sendiri dengan istrinya. Bakugou juga paham, seberapa sulit Masaru harus menebalkan telinga setiap kali Mitsuki membicarakan pangkatnya yang rendah di kantor. Mengeluh bahwa semua biaya sekolah Bakugou hanya keluar dari kantongnya.
Satu atau dua kali dalam sehari ketika ia tidak disibukkan dengan kegiatan Yuuei, Bakugou akan bertanya pada dirinya sendiri tentang apa yang mesti ia berikan untuk ayahnya sebagai tebusan atas kebaikannya. Waktu kecil, Bakugou pernah berpikir untuk menjodohkan ayahnya dengan ibunya Midoriya, kemudian meninggalkan ibunya sendirian, dan mengecat rambut jadi hitam bersemu hijau seperti milik Midoriya. Tanpa sadar, Bakugou tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya.
"Ibumu enggak pulang sampai hari Rabu," Masaru berseru, "Dad bisa antar kamu kembali ke Yuuei nanti Senin pagi."
"Oh, Mom enggak akan pulang?" Bakugou membalik telur orak-ariknya perlahan ketika ia dengar ayahnya mulai membuka pintu mesin cuci di ruangan sebelah.
"Yes, Katsuki." suara tombol mesin cuci yang dipijit terdengar, "Dad bawa pulang DVD pinjaman mau nonton nanti malam?"
Bakugou mengerjap, "Fuc-sure! Habis makan malem, Dad!" ia bisa mendengar mesin cuci itu mulai berputar.
"Oke, makan apa kita malam ini, Chef Katsuki?" di antara deru mesin cuci ayahnya bertanya.
"Donburi, Oyako Donburi!"
Ayahnya kedengaran tertawa sebentar, "Cocok, Dad lagi lapar banget!"
Bakugou tersenyum kecil. Ia yakin ayahnya sekarang sudah mulai menyetrika pakaian hari kemarin. Bakugou segera mengambil ayam yang sudah ia siapkan, menambahkan bawang bombai dan menumisnya. Bakugou tidak lupa mengecek nasinya di rice cooker, ia tahu ayahnya pasti belum makan siang. Oyako donburi bisa jadi solusi yang tidak begitu berlebihan.
Dua puluh menit setelahnya Bakugou melihat ayahnya berjalan ke arah dapur, mencuci tangan sebelum bergabung dengannya di meja makan. Ia bisa melihat ayahnya makan dengan lahap. Kapan terakhir kali ibunya memasakkan sesuatu untuk pria ini? Bakugou bertanya-tanya dengan sedikit merasa sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: Suffocated
Fanfiction[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan detail yap!] Several bad things are better to left unsaid, Bakugou bisa menanganinya sendirian. Namun, ketika Todoroki menemukan alasan menga...