Chapter 2. Locker and A Cockroach

1K 146 6
                                    

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟
─────────────────────

Kelas terakhir selesai lebih cepat dua puluh menit. Itu cukup untuk siswa-siswa perempuan bercepat-cepat kembali ke kamar mereka; ada konser live sebuah band kenamaan pada salah satu channel TV nasional.

Bakugou rasanya susah sekali menahan tawa saat ia melihat Todoroki ditinggal Yaoyoruzu--Maaf Shouto, Scare Crows band lebih penting, kata Yaoyoruzu. Sebenarnya Todoroki malah kelihatan lebih rileks, Bakugou tahu terkadang Todoroki tertekan setiap jam harus ke mana-mana dengan Yaoyoruzu. Anggap ini hari libur pacaran.

"Midoriya ke mana?" Todoroki bertanya saat mereka berjalan menuju loker.

"Sama Uraraka, ikut nonton band apalah itu." Bakugou lalu mengedikkan bahu saat Todoroki meresposnya dengan 'Oh, semacam fanboy?'

Bakugou lebih menaruh fokusnya pada jejeran loker siswa Yuuei daripada pertanyaan Todoroki. Tidak ada yang tahu kalau diam-diam Bakugou menyenangi susunan loker yang simetris di depan sana. Kerapian loker-loker yang berjejer itu menggelitik bagian kecil hati Bakugou. Warna-warna yang jadi cat di loker itu seimbang, tentu saja warna oranye pada lokernya sendiri yang paling ia favoritkan. Satu yang membuat Bakugou sering mendadak kesal, sebuah loker berwarna ungu di ujung lorong. Bakugou biasa bilang itu Loker Sakit Mata, karena warna loker-loker sebelumnya semua hijau rumput dan loker ungu itu membuatnya sakit mata. Inikah efek OCD?

Loker Bakugou ada di paling kanan, berseberangan dengan lokernya adalah milik Todoroki. Bakugou ingat waktu pertama kali Todoroki tahu jika lokernya berwarna merah, lelaki itu murung seminggu penuh. Warna merah mengingatkan Todoroki pada rambut sang Ayah yang sangat ia benci. Seminggu setelahnya, Todoroki tidak pernah menggunakan lokernya.

Bakugou kemudian mengajak Yaoyoruzu untuk memberi 'sentuhan tambahan' pada loker malang itu. Bakugou--dibantu Sero--memberi sapuan cat dengan model gradasi supaya loker Todoroki tidak sepenuhnya merah. Selain memberi bantuan berupa cat, Yaoyoruzu menempelkan beberapa stiker bintang dan kucing di sana. Lucunya, itu berhasil membuat Todoroki kembali menggunakan loker.

"Menurut lo jam segini mesen katsudon bisa enggak, sih?" Bakugou mengunci lokernya, menoleh pada Todoroki yang tidak menjawab.

"Tod, Todoroki?" Bakugou yang tidak direspons terus akhirnya menepuk bahu Todoroki, itu berhasil membuat Todoroki menoleh pada Bakugou.

Bakugou baru kembali akan bertanya, tetapi Todoroki malah menatap Bakugou dengan tajam. Todoroki sama sekali tidak bicara apa-apa, ia malah berpindah ke belakang Bakugou dan mencengkeram bahunya dengan erat.

"W-woy apaan, sih, anjir?!" Bakugou protes saat tiba-tiba ia didorong ke arah loker milik Todoroki.

"Kecoak." Suara datar Todoroki terdengar.

Todoroki kemudian mendorong Bakugou lebih dekat ke arah lokernya, "Bunuh. Bak. Please."

Bakugou harusnya tertawa, putra Enji Todoroki takut kecoak. Ya, harusnya Bakugou tertawa, benar, tetapi siapa yang tidak ikut panik jika ternyata kecoak itu menatap dengan intens. Bakugou--dan Todoroki--menerka-nerka apa yang akan kecoak itu lakukan. Alih-alih segera menepuknya dengan barang terdekat, kecoak itu malah lebih dulu terbang ke arah Bakugou dan Todoroki. Dengan santai singgah pada bahu Bakugou.

"Fuck!" Bakugou lebih kaget karena Todoroki tanpa basa-basi memukul keras bahunya, sialnya kecoak itu malah terbang dan hinggap pada lutut Todoroki.

Bakugou lantas menendangnya sampai Todoroki jatuh. Todoroki yang refleks menarik lengan Bakugou membuatnya ikut terjerembab karena hilang keseimbangan.

"Shit!" Todoroki balik mengumpat. Hal positifnya, kecoak itu berhasil pergi, terbang ke arah loker lain dan masuk ke dalam salah satu sela-selanya.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: SuffocatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang