⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟
─────────────────────Lo enggak bakal bisa bayangin kalau Aizawa Sensei itu ternyata tipikal orang tua yang protektif adalah penilaian pribadi Bakugou. Shinsou Hitoshi--atau yang sejak setahun lalu sebenarnya resmi jadi Aizawa Hitoshi--baru kembali tidur di kamar asrama (di sebelah milik Bakugou) setelah seminggu penuh Aizawa memintanya tinggal di rumah mereka karena Shinsou demam.
"Menurut bokap gue, ini semua salah sistem sekolah Yuuei yang selesai jam sebelas malem dan kita harus mandi selarut itu sebelum tidur. Pakai air dingin." Shinsou mengedikkan bahu, di depannya Midoriya dan Bakugou saling melirik.
"Padahal lo demam karena kita bertiga ikutan ice buck challenge." Bakugou menyimpan telapak tangan kirinya di dagu.
Midoriya mengacungkan empat jarinya, "Berempat, Kacchan. Sama Todoroki-kun."
"Yeah," Bakugou mengangkat alisnya, "Todoroki literally cuma bertugas ngasih ember isi es buat kita."
Shinsou tertawa, "Lo lupa, Bak? Si Todoroki nyemplung ke bak isi sisa es!"
"Oh, bener gue lupa. Syaraf kulitnya udah enggak berfungsi, anjir!" Bakugou menepuk kening.
"Gue heran kenapa kalian seneng banget ngerumpi." suara Todoroki tiba-tiba terdengar.
Mereka bertiga menoleh ke arah sumber suara, mendapati Todoroki dan Sero sudah memajang seringai sambil menepuk-nepuk perut mereka yang sebuncit wanita hamil enam bulan. Bakugou berbalik memamerkan giginya, mengganti penyanggah dagu dengan tangan kanannya.
"Kalian berhasil bawa apa dari sana?" Shinsou mengarahkan pandangan pada sesuatu di balik sweater Todoroki dan Sero.
Sero menepuk apa yang Shinsou maksud, "Banyak, dude." ia lantas segera mengunci pintu kamar Shinsou, menyusul Todoroki yang lebih dulu bergabung dengan ketiga pemuda yang tengah duduk melingkar.
"Hee--Rokok? Mereka beneran nyusupin rokok ke pesta kali ini? Holy shit." Midoriya terkesiap saat melihat Todoroki mengeluarkan semua barang dari balik sweaternya.
"Lo tahu, Midoriya," Todoroki tersenyum miring, "Mina sama Kendo punya banyak 'cabang' buat masukin barang sepele semacam rokok atau bir ke area Yuuei."
Sero menyikut lengan Midoriya ketika ia duduk, "Camie dari Shiketsu, misalnya." Bakugou bisa melihat Midoriya di sebelah Sero tertawa kecil.
"Lo bawa apaan, Muka Rata?" Bakugou menunjuk sesuatu di balik sweater Sero.
"Oh, makanan. Lo tahu, bagian BBB itu urusan Todoroki, gue ambil barang aman. Gue bawa Sprite sama Coca-Cola kalengan anyway." Sero segera mengeluarkan apa yang ia bawa di balik sweater.
"BBB?" Midoriya mengernyit.
"Barang Berbahaya dan Berisiko." Shinsou menjawab di sela-sela kegiatannya menilik satu bungkus rokok, "Kalian ngerokok?" ia melirik satu per satu pemuda yang ada di dalam kamarnya itu.
Di sebelahnya Bakugou menggeleng, lalu gelengan-gelengan lain menyusul. Shinsou tertawa sebentar, "Terus ngapain kalian bawa banyak banget, anjir!"
"Money." Todoroki mengambil satu bungkus, "Monoma and the gangs suka banget sama yang satu ini, mereka pasti mau beli berapa pun harganya. Gue udah minta bagian ke Camie, secara personal, biar gue dapat jatah tiga sampai lima bungkus gratis."
"Lucunya," Sero menggaruk kepala, "Camie ngasih jatah selusin."
Bakugou menekuk alisnya bingung, "Lo simpenannya si Camie apa gimana?" pertanyaan Bakugou membuat Todoroki mengernyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book I: Suffocated
Fanfiction[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan detail yap!] Several bad things are better to left unsaid, Bakugou bisa menanganinya sendirian. Namun, ketika Todoroki menemukan alasan menga...