3.

2.9K 147 9
                                    

(( Masih ada di sini? Penasaran? Baguslah. Ini akan semakin menarik dan membingungkan. Peringatan: jika tidak suka adegan kekerasan seksual, silahkan pergi dari laman ini. Lapor pada penulis ini, jika demikian. Lainnya? Selamat membaca. ))

°
°
°
°
°

Dante menyilahkan Taehyung tetap berada di rumahnya yang besar itu, tanpa menyebut-nyebut soal kembali bekerja. Sebenarnya, memang tak perlu. Dante sepenuhnya ikhlas mengurus Taehyung dan memenuhi kebutuhan si remaja tanggung, tapi anaknya sendiri yang malah tak mau gratisan. Ia harus bekerja supaya merasa layak dan adil dengan apa yang ia peroleh. Watak yang terpuji. Jadi, sebuah rahasia umum jika remaja cowok itu bekerja sekalian satu rumah dengan bosnya adalah wajar.

Sesuatu yang tak seharusnya ia kerjakan sebagai penghuni mansion Dante yang megah sejak dirinya diselamatkan setahun lalu. Bagaimana mengatakannya? Tahu, 'kan? Seperti seharusnya kau tak perlu repot karena toh, pemiliknya sendiri sudah menganggapmu sebagai anaknya. Atau sesuatu semacam itu. Mengertilah.

Namun, dasarnya Taehyung itu rajin dan tak suka bermalas-malasan, ia tetap sigap mengenakan kemeja dan celana kain yang rapi setelah mandi dan bersiap pergi kerja.

Padahal, baru sejam lalu Dante berpamitan dan menyuruhnya istirahat saja di rumah. Kehadirannya takkan memberi dampak signifikan, tapi tetap, naluri rajinnya menuntun apik. Sudah wangi, bersih, dan rapi. Taehyung akan pergi ....

Mendadak perut Taehyung seperti ditendang kuat. Ia membungkuk rendah, mencengkeram kusen pintu kamar. Makin lama rasanya tambah melilit dan ia pun jatuh terduduk. Lengan melingkari tubuh seolah dengan begitu bisa meredakan sakit yang sinting, tapi lalu rasa aneh menjalar ke pinggul dan terus ke bawah.

Taehyung menatap horor lantai di depan hidungnya. Tidak mungkin ia kena reaksi yang sama lagi bukan?

Namun, seolah menjawab, sekujur tubuhnya memanas. Semua indra berubah peka. Gesekan dengan baju di badan saja, bisa membuatnya mendesah.

Taehyung terengah, tangan kiri mencakar muka lantai guna menahan diri ambruk. Kepala mulai pening. Sekarang ia harus apa? Bagaimana?

Di rumah sebesar itu ia sendirian. Para pelayan baru datang esok hari. Ponsel Taehyung rusak dan baru akan diberi lagi siang nanti. Dengan tubuh menggigil tiap kali merasakan lonjakan kejut rangsangan yang entah bagaimana timbul tenggelam, Taehyung memaksa diri menuju telepon rumah yang berjarak sekitar delapan meter darinya.

Berdiri ternyata pilihan yang begitu sulit. Tiap kali melangkah, selangkangannya tersengat. Lebih tepatnya penis di antaranya, yang lemas pulas dalam balutan celana, berubah keras tiap kali kakinya bergerak. Sial. Pijakan ketiga sudah membuat lutut Taehyung gemetaran dan beruntung ada punggung sofa yang dijadikan pijakan. Perut yang tadi melilit berubah kebas. Mati rasa dan berpusat ke perut bawahnya. Tepat di atas kemaluan.

Celaka.

Keringat mulai menitik di pelipis dan kening. Napas memberat. Pandangan memburam. Efek sialan yang kemarin itu dengan misterius kembali melanda dan Taehyung tak tahu harus apa sekarang selain ingin sekali melepas seluruh pakaian di badan.

Taehyung hanya berharap, tak ada tamu atau siapa pun yang datang ketika ia selesai melakukannya. Tak ada pilihan lain. Setelah telanjang, ia harus bisa memuaskan diri sendiri. Tak bisa lagi meminta bantuan Dante. Baru ingat, pria itu berpamitan ke luar kota untuk bisnis.

Jadi, begitu tersungkur perlahan di lantai dingin, Taehyung mulai melepas kemejanya. Berusaha mengendalikan desahan kotor dari mulut, dan tahu-tahu lebih memilih membebaskan bagian tubuh bawahnya. Sudah kepalang ingin meremas penis sendiri. Sungguh kotor dirinya.

to die for | vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang