13.

947 92 6
                                    

Caution: Beberapa kalimat akan berubah untuk disesuaikan/dikondisikan. Karena mengumpat dalam bahasa lain itu jauh lebih memuaskan. Setuju?

Warning: sudden sexual scene, dirty talk.

.

.

Bunyi letusan senjata menggaung nyaring. Konstan, diselingi percakapan. Denting para peluru kosong pun jadi pelengkap, begitu juga dengan deru mesin sasaran yang bergerak statis. Namun, peringatan merdu jernih itu, tidak jarang menyela tegas. Seperti biasa, tentu.

"Meleset lagi. Fokus, V." Jakey mengernyit dengan lengan terlipat di dada. Tepat di belakang cowok itu. "Lemaskan lengan, jangan kaku. Itu hanya menggores. Sikumu terlalu lebar. Posisimu miring, V."

"Shut the fuck up!" makinya, Jakey malah memutar pinggangnya lebih ke kiri bersamaan mata kakinya didorong sedikit ke belakang. V nyaris melayangkan lengan defensif.

"Fokus. Tembakanmu meleset dari semua titik vital."

V mengernyit kesal, menekan pelatuk lebih agresif sampai pelurunya habis, lalu membanting pistol itu dengan keras. Jakey tepat di depannya saat berpaling.

"Segini saja? Begini hasil tuan bukan amatiran? Ke mana perginya semua kesombongan itu?"

V tengadah, jengah. "Aku tak bisa fokus, oke?"

"Karena?"

"You, smart ass."

Jakey melipat lengannya. "Aku memang harus mengoreksi dan cerewet seperti biasa karena gerakanmu payah. Sekarang kau mengeluh? Terlambat."

"Pikirmu dengan bernapas di leherku begitu dekat aku bisa konsentrasi?"

"Jangan hiperbola. Kita berjarak dua langkah."

V mendekatinya. "No, if you make me horny first."

"Alasan konyol."

V menyentuh perut keras di balik kaus hitam berjaket bomber itu. Menarik senyum senang karena empunya tidak menghentikan. Sepasang mata hijau kelabu itu tajam menyelidik, mengamati akan apa yang hendak diperbuatnya.

"Kau dan suara tegasmu, juga penolakanmu kemarin itu, membuatku penasaran sampai sekarang, y'know? Semakin kau tolak, aku semakin menginginkannya."

"Langsung saja katakan maumu."

V menggigit bibir, melarikan jemarinya lebih ke bawah, tepat ke selangkangan Jakey dan meremas.

"Let me suck it."

"Kutebak, konsentrasimu lari ke sana dari tadi?" V menelengkan kepala seraya menguatkan remasannya di selangkangan. "Kau sudah disentuh tuan kemarin. Belum cukup?"

Cowok itu terkekeh lalu berlutut tanpa melepas kontak mata mereka. "Itu lelucon, J. Juga bukan aku, c'mon." Jari V baru sampai di resleting saat Jakey mendadak mundur, duduk di kursi panjang seberang.

Pria itu masih berwajah kaku saat menatap V yang bergeming. "Setelah itu kau bisa kembali latihan dengan serius?" tanyanya, menghiraukan gerakan yang mulai merangkak mendekat karena merasa terpanggil dengan kakinya yang terbuka. Jakey belum menyilahkan, tapi V terlalu menginginkannya.

Sepasang mata hitam itu berkilat binal. Semakin kontras dengan penampilannya sekarang.

"Kutanya, kau bisa kembali fokus setelah ini? Waktu kita terbuang sia-sia."

V menyentuh kedua lutut Jakey, menekan untuk melengkungkan punggungnya agar mencapai dagu yang masih jumawa. "Tergantung."

"Maksudmu?"

to die for | vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang