20.

698 79 11
                                    

Embusan angin pagi terasa begitu sejuk. Membelai tiap jengkal kulit. Mengacak pelan helaian ash blonde yang mulai lurus kembali walau tetap mengembang lucu. Juga mempermainkan ujung kemeja putih yang dikenakan. Hari itu dia merasa sangat baik secara fisik, tapi lelah mental.

Dia hanya ingin menjaga diri juga menghindar dari kemungkinan disiksa lagi, tapi satu-satunya yang dia sayangi dan percaya justru menyambut risiko itu. Keyakinan jika semuanya masih memiliki kesempatan kedua, begitu besar pengaruhnya sampai pertama kalinya mereka bertengkar secara frontal.

Taehyung yang manis dan disayanginya sekarang berani menentang, juga lantang mengambil keputusan.

V belum bisa menerima itu.

Hela napas panjang berlalu darinya. Perlahan tengadah menatap langit yang cerah nan luas, lalu duduk dan berbaring di rerumputan. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

"V? Astaga. Kupikir kau ke mana," ucap Jakey setengah terengah. Begitu sampai di dekatnya, V menjulurkan tangan, minta ditarik berdiri. Jakey melakukannya masih dengan hati-hati. Tidak mau menganggu bahu yang baru sembuh itu.

V langsung melingkarkan lengan ke lehernya dan minta dikecup tanpa mengucap. Jakey dengan lembut melakukannya, lalu V mendaratkan kening di dadanya.

"Apa kau menyukaiku, J?"

"Menurutmu?"

V tengadah. "Apa kau akan merindukanku jika aku pergi?"

"Kau mau ke mana?"

"Entah."

"Lalu, kenapa bertanya?"

V tidak menjawabnya. Ganti merapikan kerah Jakey dan menepuk-nepuk ringan kemeja hitam dengan hiasan emas di sepanjang garis kancingnya sampai ke bawah itu.

"Hei? Kita masuk, ya? Di luar ...."

"Taehyung mau pulang." V tengadah, tersenyum, tapi ada luka di sana, "What should i do? Just think about that, ... i'm mad. But, he want it."

Jakey merapatkan pelukan. Menyadari sapaan V pada sisi satunya yang tidak biasa. Entah kenapa. Jakey menekan pelukan di pinggang V agar mereka lebih menempel. "Aku ada bersamamu. Tenang saja."

"Taehyung bersikeras ingin bersamanya. Anak satu itu belum mengerti juga kalau ...."

Jakey mengusap sayang dagu V. "Apa yang dia lakukan, sama dengan yang kau yakini untuk bersamaku."

"He used to listen to me. Not the other."

"Ya, dan sekarang kau mulai paham dengan apa yang bisa dia lakukan. Jika kau tumbuh, dia pun sama. Aku hanya membayangkan ini, tapi adik kecilmu juga punya apa yang dia yakini dan akan mengejar itu sampai dapat. Tidak jauh beda dengan yang kau lakukan, bukan? Dia cuma ingin melakukan sesuatu yang dia mau, V."

V berbisik, "Aku trauma ... tidak bisakah dia paham itu? Walau pribadi mereka beda, badannya sama."

"Berikan dia kesempatan. Yakinlah pada Gerard Butler bahwa hal yang kemarin itu tidak akan dibiarkannya terjadi lagi. Lagipula, aku selalu ada di sisimu, bukan?"

V membiarkan Jakey meraih dagu dan menggulum bibirnya. Beberapa detik berlalu, V mulai mendominasi kegiatan adu lidah itu, lalu kemudian menariknya lepas. Ganti mengecup rahang Jakey sampai berjinjit untuk mencapai telinganya, berbisik.

"Thank you for those warmest touches, J. It's fills me with joy." V tersenyum, mengusap rahang Jakey saat menarik diri. "Until next time."

Jakey mengernyit bingung, tapi diam saja begitu V menariknya berlarian di halaman luas itu. Membiarkannya mengajak berputar-putar dengan bergandengan tangan. Tawa renyah yang lepas mewarnai wajah manisnya. Menambah kadar cantik di sana.

to die for | vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang