6.

1.6K 115 3
                                    

Bosan.

Satu kata yang berulang-ulang tergiang di benaknya dan tergambar jelas di wajahnya sambil bertopang dagu. Puluhan tahun berada dalam dunia perdagangan gelap, hanya sesekali dia merasakan terhibur dan cukup untuk menghamburkan uang yang tak pernah absen mengalir. Hanya untuk sebuah barang yang dipamerkan. Di sana. Di tengah ruangan berdinding kaca hitam satu arah yang menggelilingi sekitar.

"Hanya ini?" gumamnya pada pria di sisi kiri yang tegap berdiri, yang lalu merendahkan diri dengan sopan untuk menjawab.

"Setelah ini, tuan. Glass house mengatakan bahwa barangnya langka."

"Maksudnya?"

"Mereka cukup sombong untuk melabelinya 'racun manis dari malaikat' bahkan dalam sekali lihat."

"Hm." Pria bercukuran janggut dan kumis yang rapi itu mengusap dagu. Sekilas melirik jam tangan mengilap di tangan. "Kalau cuma omongan, beri mereka pajak sepuluh kali lipat lebih besar karena sudah membuang waktuku. Dari tadi hanya kulihat pelacur dan itu sudah membuatku muak. Kesabaranku menipis, Jakey."

"Tuan besar ingin ...."

Tangan sang majikan terangkat tepat begitu satu sosok digiring masuk oleh gigolo bertopeng tanpa mulut dan hidung yang mengenakan setelan kemeja tanpa kaus dalam itu. Dia memegang rantai mengilat dengan ujungnya terikat pada leher barang pameran. Beda dengan sebelumnya. Sekali lihat, siapa pun tahu sosoknya istimewa. Dia mengenakan kemeja satin longgar yang hanya dikancing pada perut, mempertontonkan leher jenjang sampai dadanya yang bertahta rantai perhiasan indah berlian, cocok sekali dengan kalung emas yang juga penuh berlian yang mencekik dan tersambung dengan rantai dipegangan gigolo besar. Pergelangan tangannya menyatu dalam borgol yang sama mengilap. Tanpa celana, hanya dalaman putih berenda yang seksi sebagai penutup kemaluan. Kulit sewarna madu yang menggoda. Rambut hitam legam yang jatuh lemas. Dan, semua lekuk tubuh yang mengintip malu-malu dengan tungkai-tungkainya yang kecil.

Gigolo bertubuh besar itu menarik lepas kemeja satin di tubuh barang pameran sampai jatuh ke siku, kepala yang sesekali terkulai teler diangkat, tubuhnya lalu diputar sampai memperlihatkan belakang dan si gigolo menarik naik kemeja satin untuk mempertontonkan dua bongkah sintal polos yang ditengahnya terselip g-string putih yang terhubung ke renda indah di pinggulnya. Hanya pasrah disentuh-sentuh, empunya mengerang pelan begitu didudukkan. Berhubung masih pamer belakang, pipi bokongnya ditarik dan diuleni beberapa saat, lalu dia dibalik sampai menghadap depan lagi. Kaki jenjang sewarna madu itu sengaja dibuka, lalu kepala yang kesekian kalinya tertunduk, ditarik tengadah.

Tidak bisa dipungkiri memang. Semua mata yang memandangnya pasti memiliki fantasi kotor yang membakar selangkangan.

Pembawa acara mulai mengumandangkan harga pembuka. Ada tawaran tinggi. Pengajuan banding. Tawaran lebih tinggi lagi, dan begitu seterusnya. Tidak seperti sesaat lalu yang cenderung pelan, suara denting dan angka-angka yang disebut meningkat drastis dari setiap sisi kursi penonton.

"Jakey. Kau benar. Kita ambil malaikat malang itu dan segera pergi," ujarnya, mata tak beranjak bahkan berkedip, hanya tertuju pada sosok sakau di tengah sana yang menatap balik tak fokus. Ada sengatan dalam dadanya begitu melihat wajah teler di sana. "Sekarang."

Jakey menekan tombol pada tawaran harga terakhir. Paling tinggi. Sekelilingnya bahkan hening, begitu nilai yang ada dinaikkan lima kali lipat karena pembawa acara termanggu.

"Yep! Kita ambil dan pulang sekarang. Bagaimana menurutmu, Jakey? Sedikit basa-basi ke Glass?"

"Itu brilian, tuanku." Pria ramping itu menunduk begitu majikannya berdiri dan terkekeh puas, bahagia. Mengekorinya pergi.

to die for | vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang