Selesai mengikuti seluruh pelajaran tata krama, yang kali ini mencakup perilaku di atas meja makan dan sebangsanya yang sengaja ditunjukkan oleh kepala pelayan senior Susan juga tutur perilaku berjalan dan tata berbicara dari Toddy Clarke seperti biasa, Taehyung diizinkan melakukan apa pun keinginannya di sisa hari.
Lain dengan sisi lain dirinya yang lebih digembleng fisiknya, bagian Taehyung memang mudah. Selain bisa diserap, toh V memang sudah lancar berbicara. Tinggal mengaplikasikan apa yang dipelajari Taehyung semudah mereka bertukar tempat.
Selesai makan malam, Taehyung mengayunkan kaki dengan riang. Dia duduk dengan peralatan lukis tergeletak di satu sisi. Menunggu patuh agar pintu besar Gerard menyilahkannya masuk.
"Menunggu apa, Taehyung?" tegur Jakey yang berjalan mendekati, pakaiannya serba hitam seperti biasa, kerah tinggi dan celana licin sama rapi. Rambut tersisir gel ke atas, memperlihatkan undercut yang keren. Taehyung pernah berkata ingin seperti itu, tapi belum berani. Dia masih suka meniup helaian yang jatuh menutup kening.
"Mau gambar Gery," jawabnya, mata mengikuti sosok Jakey yang terduduk di sisi sebelah.
"Ini sudah pukul tujuh. Tidak pergi istirahat saja?"
Taehyung menggeleng. "Aku kuat. Belum ngantuk. Sudah janji, mau gambar Gery."
"Baiklah kalau begitu." Jakey tersenyum. Bersyukur tata krama berbahasa yang diajarkan sedikit mengubah kalimat Taehyung jadi lebih mudah dicerna. Dulu, Jakey harus berhati-hati menafsirkan semuanya. Walau kedengaran sederhana, makna di baliknya bisa saja berbeda.
"Kamu keren, Jakey. Suka rambutnya."
"Sudah berniat ganti sekarang?"
"Um, belum. Masih." Taehyung tersenyum malu sembari menepuk-nepuk rambutnya sendiri. "Suka tiup, begini. Suka main, begini."
Jakey tersenyum lebar melihat Taehyung mempraktekkan kalimatnya. Mata bulat itu tampak gemas saat berusaha membuat poni depan yang menutup alis itu terangkat-angkat, lalu menggeleng cepat kanan kiri seperti ada salju di kepalanya.
Sungguh berbeda dari sisi satunya yang cenderung menatap tajam, kalau tidak penuh selidik lalu, berubah binal dan mendadak penuh nafsu membunuh. Yang satu itu sangat liar dan harus membuatnya waspada, sedang yang ini, sangat gemas ingin dipeluk saja.
"Jakey?"
Yang ditanya mengerjap. "Ya?"
Hari itu seperti biasa, ruangan yang benderang tampak lenggang. Kalau tidak ada Gerard, Jakey atau para pelayan, Taehyung merasa kesepian di rumah besar itu.
"Kenapa setiap malam, pintu dikunci? Orang-orang di luar, takut mereka masuk?"
"Tidak. Mereka berjaga, seperti yang sudah diberitahu. Dalam rumah juga harus dikunci. Walau kamera pengawas di mana-mana. Kewajiban."
"Kenapa?"
"Tuan Butler cukup disegani, kau tahu. Selain banyak yang suka, banyak pula yang tidak. Daerah di sini memang jauh dari keramaian, tapi pengamanan selalu yang utama. Namun, kau tidak perlu khawatir. Di dalam sini aman. Selama kau tidak keluar diam-diam."
"Untuk apa? Aku betah di sini. Bisa lakukan semua. Tidak mau pergi dari Gery." Taehyung merasa tidak perlu tahu alasannya, yang cukup dipahami adalah, tempatnya hanya di sisi Gerard.
Jakey mengangguk. "Baguslah."
"Um. Boleh tanya, lagi?"
"Tentu. Apa itu?"
Taehyung mengerjap. "Victory, membuat kamu susah?" tanyanya, setelah menimang-nimang kalimat. Secara otomatis, sekarang pilihan bahasanya lebih rapi, walau kadang suka seenaknya juga. "Kamu, susah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
to die for | vottom ✔
RomanceYang tinggal kini, hanya keinginan untuk mati, tapi ia punya sedikit harap bisa menemukan siapakah yang layak untuk itu. Seseorang yang dirasanya pantas sebagai empunya nyawa yang ia miliki. Seorang yang tulus mencintainya luar dalam. Tanpa pamrih...