16.

780 81 5
                                    

Saat terbangun keesokan harinya, V hanya ingin bertemu dengan Jakey. Taehyung dibuatnya tertidur nyaman setelah tahu dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Gerard memperlakukan mereka. V tidak ada andil dalam debatnya dengan Gerard. Sisi dirinya hening saat itu. Oleh karenanya, V membuat Taehyung nyaman jauh dan aman di tubuh mereka. Ketenangan adalah yang dibutuh Taehyung dan V memberikannya.

Jakey tersentak ke depan saat V melempar dirinya dari belakang, memeluk erat.

"Oh? Baguslah kalau kau sudah bangun. Kau tidak apa-apa sekarang?" Jakey melepas lengan di perutnya dan berpaling, mendapati sepasang mata hitam yang berbinar. "Dia baik-baik saja, 'kan?"

V mengangguk. "Terima kasih sudah memberikan pelukanmu kemarin, J." Lalu kembali memeluknya. "Kau romantis sekali. Aku semakin menyukaimu!"

"Itu bukan tindakan romantis. Taehyung kedinginan dan melamun. Jadi ...." Jakey mendapati wajah itu tengadah.

"Walau kau tidak menggendongnya masuk, tapi kau memayunginya. Seperti di film-film, tahu."

"Itu karena Taehyung menolak disentuh tuan. Jadi, aku ...."

"Sh! Jangan sebut-sebut dia! Kau mengacaukan moodku, J." Jakey memejam maklum, tapi lalu mengerjap begitu V menarik kerahnya untuk sebuah kecupan ringan. Di pipi. "Jangan minta di bibir, ya? Itu nanti saja. Sekarang rasanya lebih tepat di pipi. Ungh! Bukankah kita seperti pasangan, J?"

Jakey menegakkan kembali dirinya, membiarkan V memeluk pinggangnya. "Tidak. Kau masih di bawah umur dan aku menyesal yang kemarin itu. Demi apa, kau masih lima belas. Astaga."

"Aku tujuh belas!" V menguatkan lengannya yang hendak dilepas.

"Kau tetap belum dewasa. Ayo, sekarang kita ke aula. Pemanasan."

V mengerucutkan bibir, tapi menurut saat digandeng pergi. Baru dua langkah senyumnya kembali dan menarik pundak Jakey untuk berbisik.

"Young thight cunt, right?" Jakey mengernyit protes padanya, tapi itu terlihat lucu. "Wanna make out before start?"

"For God's sake, V." Jakey mendesah frustasi dan kembali menariknya.

"Tapi, kau bilang begitu, 'kan? Boleh sebelum atau sesudah."

"Aku memang bilang begitu, tapi bukan berarti setiap saat juga."

"Kau tidak suka? Yakin?" V menampar daging kiri bokong Jakey dan segera lari sambil tergelak.

Mereka sampai di aula kemudian dan dengan tegas Jakey menyuruh V diam di tempat, tapi cowok itu malah terkikik penuh maksud. Dan, syukurnya tetap lanjut pemanasan. Sepanjang kegiatan perenggangan itu, V sengaja mengerang. Satu dua kali tidak berhasil, sampai Jakey melotot dan menyuruhnya untuk lebih serius.

Walau sulit menyembunyikan senyum, V memang melakukan yang diminta. Begitu selesai Jakey ternyata pergi keluar aula.

"Ke mana?"

"Latihanmu bukan denganku kali ini. Aku hanya bagian pemanasan." V menelengkan kepala. Jakey mengacungkan telunjuknya. "Tunggu di sini," lalu berpaling.

V kemudian sadar dan berteriak, "Oh, i swear gonna kill'im if he comes right now!"

Jakey berpaling, merentangkan tangan dengan tidak mengerti, "Apa maksudmu?"

"THAT FUCKING OLDMAN."

Jakey menghela napas. "Bukan, bocah."

"Eh?" V ditinggalkan begitu saja setelah diminta menunggu lagi, dengan tegas, tapi rasa penasaran membuatnya menyusul dalam langkah-langkah kecil. Jakey kemudian berhenti dan berpaling. V batal maju dan kembali masuk, tapi hanya untuk menempel di bibir pintu. Kepalanya melongok, tapi ternyata Jakey masih berdiri di sana. Menaikkan dagu.

to die for | vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang