"Ngapain ke sini sih?" tanya Linda ketika Raka membawanya ke sebuah taman di pusat kota.
Taman itu tidak terlalu besar, namun ramai dikunjungi orang karena banyak yang berjualan jajanan dan aksesoris di pinggir jalan dan di sekitar taman itu. Di tengah taman terdapat pohon beringin yang besar dan rindang sehingga membuat taman itu terasa sejuk. Di taman juga terdapat beberapa tempat duduk dan ada juga meja batu berukuran sedang untuk tempat duduk pengunjung. Juga ada banyak bunga yang menghiasi taman. Pantas saja banyak orang yang berkunjung. Siapa yang tidak tertarik?
"Kalem dong nanyanya."
Raka mengajak Linda berjalan menuju ke sebuah gerobak yang menjual martabak. Ia memesan satu martabak manis dengan topping cokelat keju. Ia sengaja memesan itu karena tahu bahwa teman perempuannya itu suka dengan makanan manis yang memiliki dua rasa berbeda. Ia yakin bahwa Linda tidak akan menolak kalau ia memberikannya martabak itu.
"Gue tunggu di sana aja, ya." Linda menunjuk ke arah sebuah kursi panjang di bagian kiri taman.
"Oke."
Setelah pesanan Raka siap, ia segera membayar dan menghampiri Linda yang sedang selfi dengan kamera ponselnya. Tanpa diminta, ia duduk di samping Linda dan mendekatkan wajahnya agar tertangkap kamera. Ia tersenyum dan mencubit pipi gadis di sebelahnya itu. Linda yang terkejut segera menghentikan kegiatan selfinya.
"Ikut foto boleh, tapi jangan nyubit juga kali. Sok akrab lo," cibir gadis itu.
"Kalem dong, jangan marah-marah ntar cepet tua loh." Raka tidak mau kalah.
Linda menatap layar ponselnya dan memilih foto-foto yang diambilnya tadi dan menghapus foto yang menurutnya jelek. Lalu ia membuka sosial medianya dan mengunggah beberapa foto tadi. Ia juga mengunggah satu foto dengan Raka yang tadi ikut menyumbangkan wajahnya tanpa meminta izin. Tentu saja foto itu diletakkan di bagian akhir.
Kemudian pemuda itu menyodorkan martabak manis yang telah dibelinya kepada Linda yang masih memanyunkan bibirnya yang diolesi dengan liptint berwarna pink natural. "Nih buat lo."
"Kenapa dikasih ke gue?" Gadis itu tidak langsung menerimanya.
"Gue khawatir lo kelaperan di rumah. Makannya gue beliin ini buat lo," jelas pemuda itu.
Linda sedikit heran dengan kawan kecilnya itu mengapa ia sampai khawatir jika ia kelaparan di rumah dan repot-repot membelikannya makanan untuk ia makan. Apa pemuda itu tahu bahwa ia sendirian di rumah? Atau ia memang hanya khawatir? Tetapi kekhawatirannya tidak masuk akal. Kalau Raka tidak tahu bahwa ia tinggal sendiri, temannya itu tidak akan membelikannya makanan. Namun karena hal itu terlalu membingungkan, ia segera melupakan pikiran itu dan tidak ingin menjadi pusing karenanya.
"Baik juga lo ternyata." Kemudian Linda menerima makanan manis itu dengan senang.
Ia meletakkan martabak yang diterimanya di pangkuannya dan berkata, "Makasih, ya."
"Baru nyadar kalo gue baik? Selama ini lo ke mana aja?"
Linda memasukkan ponsel yang sedari tadi ia pegang ke dalam tasnya dan berdiri sembari menggendong tasnya dan membawa sekotak martabak manis yang masih hangat.
"Pulang yuk, udah sore nih," ajaknya.
Teman laki-lakinya itu mengangguk dan berdiri. Mereka berjalan menuju ke motor merah kesayangan pemuda itu di tempat parkir. Mereka mengenakan helm dan segera meluncur di atas aspal mengarah ke jalan pulang. Tentu saja mereka menuju ke rumah Linda terlebih dahulu untuk menurunkan gadis itu dengan selamat sampai depan rumah.
...
Sesampainya di depan rumah berlantai dua, Linda turun dari motor dan mengembalikan helm yang dikenakannya kepada pemuda yang mengantarnya itu, tentu saja Raka, bukan abang ojol. Gadis itu berterima kasih karena sudah mengantarnya pulang dengan selamat sampai di depan rumah dan untuk martabak pastinya. Karena martabak itu, ia tidak usah memesan makanan cepat saji malam ini.
"Yaudah kalo gitu gue pulang dulu," pamit Raka.
"Ati-ati ngelindes semut," canda Linda sambil tertawa kecil.
"Ntar gue berhenti dulu kalo ada semut lewat. Udah ya, bye." Di balik helm full face itu ada senyuman yang tidak diketahui Linda.
Tanpa berlama-lama lagi Raka menarik gasnya dan pergi meninggalkan Linda yang masih menatap kepergiannya. Setelah tak tampak oleh mata, gadis itu masuk ke rumahnya yang sepi tanpa ada yang menyambutnya.
Rasanya aneh, ketika di sekolah ia merasa senang karena bertemu dengan teman-temannya, apalagi ketika ia sedang berlatih menari. Lalu tadi ketika pulang sekolah ia juga merasa senang karena mengobrol dengan Raka, dan ia juga diberi martabak manis oleh teman masa kecilnya itu. Namun sekarang ia merasa sepi di dalam rumahnya sendiri. Seperti semuanya menghilang tanpa meninggalkan sedikit suara. Hanya ada kesunyian dan kegelapan.
Berbicara mengenai kegelapan, ia segera menyalakan semua lampu rumahnya agar sedikit mengurangi rasa takutnya. Hari sudah mulai gelap, ia segera mandi dan berganti baju. Setelah itu ia membuka kardus martabak pemberian Raka dan memakannya karena perutnya sudah berdemo.
"Kalau begini terus gue bisa boros. Apa gue harus mulai masak sendiri?" pikirnya.
Setiap hari ia selalu membeli makanan di luar, bahkan ia sering sekali memesan makanan cepat saji. Entah mengapa baru sekarang ia merasa boros, padahal setiap bulan ia pasti dikirimi uang oleh orang tuanya.
Sebenarnya bukan itu masalahnya. Ia tidak bisa memasak. Itu masalahnya. Ia pernah melihat ibunya memasak sewaktu masih kecil dulu. Namun sekarang ia tidak tahu harus memulai dari mana.
"Gue harus belajar."
Ia membuka internet dan mencari resep masakan sederhana seraya memakan martabaknya. Banyak sekali resep yang dilihatnya mulai dari resep nasi goreng, telur dadar, sayur bening, ayam goreng, dan lain-lain. Ia bingung harus belajar yang mana terlebih dahulu.
Setelah melihat-lihat dan berpikir beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk belajar memasak nasi terlebih dahulu. Karena nasi adalah hal yang paling penting. Ia melihat di internet bagaimana cara memasak nasi. Setelah ia paham, ia menyimpan resep yang didapatnya di catatan ponselnya.
Sebuah dentingan pada ponselnya menandakan ada sebuah pesan masuk. Ia segera membuka pesan itu. Ternyata itu dari Raka.
Raka
HaiLinda
Kenapa?Raka
Gabut nihLinda
Terus?Raka
Lo lagi ngapain?Linda
Lagi liat-liat resep
Kenapa?Raka
Lo mau belajar masak?Linda
IyaRaka
Kalo gitu biar gue ajarin
Besok minggu jam 9 gue dateng ke rumah lo
Gak ada penolakanLinda
Eh
Kok tiba2
WoiSetelah itu Raka tidak membalas lagi.
Linda merasa heran dengan kawannya itu. Ia tidak merasa membutuhkan bantuan untuk belajar memasak, tetapi pemuda itu malah memutuskan tindakan secara sepihak. Ia hanya bisa menghela napas pasrah. Ia akan menunggu hari Minggu tiba.
Halo semua^^
Apa kalian suka sama bab ini?
Kalo suka jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya ya^^
Terima kasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEP ON DANCING
Teen FictionSaking cintanya terhadap tari, Kaisha rela berjuang keras untuk memenuhi perintah hatinya. Semuanya berawal dari selembar tiket yang belum tentu dapat membuatnya bahagia. #4 menari (25 Juli 2020) #4 dancing (25 Juli 2020) #7 penari (25 Juli 2020)