4

13 2 0
                                    

"Iya kolab, jadi kita gabungin tuh tarian tradisional sama modern," jelas Ria.

"Emang boleh?" tanya Desi.

"Coba tanya," sambung Mita.

Ria bertanya pada kelompok sebelah tetapi mereka tidak tahu. Linda juga bertanya pada kelompok yang lain dan hasilnya nihil. Mita menepuk jidatnya. "Aduh, ya tanya Bu Christin langsung lah," gumamnya.

Tanpa menunggu lama Kaisha mengangkat tangannya dan bertanya, "Bu Christin, saya mau tanya, apa tariannya boleh buat sendiri?"

"Boleh sekali, itu malah lebih kreatif," jawab Bu Christin ramah.

"Tuh kan boleh," ujar Ria.

Kelompok lain yang mendengarkan tampak bersorak gembira, tetapi tidak membuat kelas menjadi gaduh, hanya gumaman-gumaman kecil yang terdengar. Sepertinya mereka juga ingin membuat gerakan tarian mereka sendiri agar mendapat nilai yang memuaskan. Tetapi hal itu tak dihiraukan kelompok Kaisha, ia dan kelompoknya hanya fokus terhadap diskusi mereka sendiri.

Ria menjelaskan kepada yang lainnya mengenai tarian yang akan mereka tarikan. Ia memilih salah satu tari tradisional yang memiliki tempo yang tidak terlalu lambat agar cocok dipadukan dengan tarian modern yang akan mereka buat. Kaisha dan Linda mendapatkan bagian membuat koreografi tari modern mereka, sementara Ria mendapat bagian mengajari yang lainnya menghafalkan gerakan. Desi yang pandai mengedit lagu mendapat bagian untuk memadukan musik yang akan dipakai.

Jam pelajaran hampir berakhir, mereka telah selesai memilih lagu, tarian, dan tugas masing-masing. Setelah bel istirahat berbunyi, Kaisha dan Linda tetap di tempat duduk mereka untuk membahas proyek tarian kolaborasi mereka untuk memenuhi tugas dari Bu Christin.

Mereka mendengarkan lagu yang telah ditentukan menggunakan headset. "Kayaknya aku bisa buat beberapa gerakan deh, soalnya lagunya mirip sama lagu yang pernah aku buat koreonya," ujar Kaisha, ia mendengarkan dengan saksama.

"Aku belum sempet kepikiran sih gimana gerakannya, tapi mungkin bisa coba gerakanmu dulu," ucap Linda.

"Gimana kalo nanti pulang sekolah kita coba?" lanjutnya.

"Tapi hari ini kan hari pertama aku kerja."

Linda menepuk jidatnya. "Aduh, lupa. Maaf ya, Sha." Ia tersenyum masam, sedangkan Kaisha memutar bola matanya dan menghembuskan napas.

"Gimana kalo besok minggu? Kita ajakin yang lainnya juga." Linda mengangguk.

"Boleh juga," ujarnya.

Setelah itu mereka membuka bekal yang mereka bawa dan makan bersama di bangku mereka.
....

Koridor sebelah terasa lebih ramai daripada koridor kelas Kaisha karena salah satu kelas di koridor tersebut memiliki beberapa murid yang terkenal nakal di sekolah. Terlebih lagi itu adalah kelas yang dicap sebagai kelas tergaduh seantero sekolah oleh para guru dan murid yang lainnya.

Perempuan berambut panjang terurai tengah menatap layar ponsel. Namanya Cantika, ketua tim Cheerleaders yang notabenenya adalah murid tercantik di kelasnya. Matanya memicing ketika melihat sebuah foto dari ponsel Merlyn.

"Dia ngapain ke toko itu?" tanya Cantika kepada Merlyn dan Clara dengan ketus. Yang ditanya hanya menggelengkan kepala.

"Ini mah nggak penting, paling cuma mau beli bunga," gumam Cantika.

"Tapi pas mereka keluar, mereka nggak bawa bunga tuh," tukas Clara.

"Paling nggak jadi," jawab Cantika seraya mengembalikan ponsel Merlyn.

Mengingat tentang kejadian itu, Merlyn teringat akan sesuatu yang menurutnya penting. Segera saja ia memberitahu Cantika. "Can, pas mereka keluar, ada cowok yang masuk ke toko."

"Siapa?" tanya Cantika penasaran.

"Anak dance SMA Cahaya Bangsa, si Devan." Suara Merlyn memelan, hampir seperti bisikan. Cantika terkejut mendengar pernyataan Merlyn.

"Apa?! Devan?!" Merlyn mengangguk.

"Gebetan gue?!" lanjut Cantika tanpa menghiraukan beberapa siswa yang memandangnya.

"Tapi kayaknya mereka nggak kenal deh, soalnya pas mereka papasan mereka kayak nggak saling kenal gitu," jelas Merlyn santai.

"Lo yakin? Pokoknya kalian tetep awasin cecunguk itu, jangan sampe dia kenal sama Devan. Kalo mereka kenal bisa bahaya. Pokoknya kita nggak boleh kalah sama anak dance."

Merlyn dan Clara mengangguk mantap atas perkataan ketuanya itu. Mereka akan melakukan segala cara agar tim Modern Dance hancur, terutama Kaisha yang sebentar lagi akan mengikuti kompetisi di New York. Mereka tidak akan membiarkannya pergi ke sana dan mengikuti kompetisi itu. Bagaimanapun juga mereka belum membalaskan dendam dari kakak kelas mereka dulu.

"Tapi, Can. Traktirannya jadi kan? Kita kan udah ngasih info loh," ucap Merlyn, sedangkan Clara hanya mengiyakan.

Cantika berdecak, kesal dengan janjinya yang kemarin ia buat bahwa ia akan mentraktir Merlyn dan Clara sepulang sekolah jika mereka dapat memberikan informasi mengenai Kaisha.

"Iya deh iya, kalian tenang aja," ujarnya ketus lalu berjalan malas memasuki kelas.

....

Kaisha pulang sekolah dengan gembira karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Sepanjang perjalanan senyumnya tak pernah luput dari wajahnya. Walaupun berjalan kaki, tetapi ia tak merasa lelah karena rasa lelahnya terluluhkan oleh rasa semangatnya untuk bekerja. Apalagi ia teringat oleh perkataan Bu Santi kemarin bahwa biasanya toko akan lebih ramai pada waktu sore hingga petang hari.

Tak lama kemudian ia membuka pintu toko dan memberi salam pada Bu Santi yang tengah menyiangi tanaman. "Selamat sore, Kaisha. Kamu bisa ganti baju di belakang."

"Iya, Bu Santi," jawab Kaisha dengan semangat.

Ada beberapa pengunjung yang memasuki toko untuk melihat-lihat dan membeli bunga ketika Kaisha berganti pakaian. Bu Santi dengan sigap melayani pengunjung itu sampai Kaisha selesai berganti pakaian. Untungnya gadis itu tidak lupa membawa pakaian ganti. Tidak cocok jika bekerja menggunakan seragam sekolah.

Beberapa saat kemudian Kaisha telah siap dengan kemeja putih dengan lengan yang dilipat sampai siku, rok hitam selutut, dan rambut yang digelung. "Jangan lupa pakai sarung tangan dan celemek ini," ujar Bu Santi sembari memberika sarung tangan dan celemek agar tangan dan bajunya tidak kotor.

Kaisha menerimanya dengan senang hati dan segera memakainya. "Terima kasih."

"Selamat bekerja," ujar Bu Santi.

Sementara Kaisha bekerja, Bu Santi mengambil pakaian di laundry. Tampaknya ada orang yang masuk ke toko sesaat setelah Bu Santi keluar.

"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?" ujar Kaisha.

Seketika itu ia terkejut karena yang masuk adalah pemuda kemarin yang ditemuinya sebelum keluar dari toko. Ia masih ingat perkataan Linda bahwa dia adalah siswa SMA Cahaya Bangsa.

KEEP ON DANCINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang