Setelah menghabiskan semangkuk bakso itu, Linda memutuskan untuk bertanya, "Ehm, Ka. Gue mau tanya sama lo."Suasana berisik kendaraan berlalu lalang memenuhi indra pendengaran sejumlah manusia yang tengah mengisi perutnya. Dua insan yang sudah selesai mengenyangkan perut itu mulai membuka percakapan.
Raka yang sibuk menyedot es tehnya itu menghentikan kegiatannya. "Tanya apa?"
Linda tampak ragu, namun ia tetap membulatkan tekadnya untuk bertanya pertanyaan yang menurutnya sepele itu karena merasa penasaran dan ini juga demi sahabatnya, Kaisha. Ia memang peduli dengan Kaisha karena mereka bersahabat tentunya. Ia merasa cemas ketika mereka bertemu dengan pemuda itu. Ia curiga mengenai Devan yang memasuki toko bunga dengan santai. Bisa saja ia sudah sering berkunjung ke toko. Ia takut nyawa Kaisha terancam kalau bertemu lagi dengan pemuda itu. Ini adalah langkah pertama yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Kaisha kecilnya yang malang itu.
"Lo kenal sama yang namanya Devan?"
"Kenapa lo nanya tentang Devan?" Pemuda yang memakai hoodie hitam itu mengernyit. Sedikit merasa ada yang aneh.
"Lo kenal dia?" tanya Linda lagi.
"Kenal. Dia temen gue, emang kenapa?" Raka menjawab dengan santai namun mulai timbul rasa penasaran.
"Lo suka sama dia?" lanjutnya.
Sebenarnya dari dulu ia menyukai Linda, namun sayangnya ketika mereka beranjak SMP, mereka memasuki sekolah yang berbeda dan untuk melupakan perasaannya pada gadis itu ia mencoba membuka hati untuk gadis lain. Akhirnya ia berhasil melupakan cinta pertamanya itu dan berpacaran dengan teman satu kelasnya. Namun hubungan itu putus ketika ia menginjak kelas sembilan. Pacarnya memutuskan hubungan secara sepihak dengan alasan fokus ujian. Alasan yang klise memang. Tapi mau bagaimana lagi, ia menerima pernyataan putus itu.
"Apa lo bilang? Gue suka sama dia?" Gadis bersurai hitam itu terkejut atas apa yang dilontarkan Raka. Bisa-bisanya dia berpikir bahwa Linda menyukai Devan.
"Ya nggak lah. Gue cuma mau minta tolong sama lo," lanjutnya.
Raka sedikit bingung. "Minta tolong apa?"
"Jadi gini, temen gue ada yang kerja di sebuah toko bunga. Waktu gue sama dia dateng ke toko itu buat ngelamar kerja, tiba-tiba dateng tuh cowo. Anehnya dia datengnya santai gitu kayak udah sering dateng ke toko bunga itu. Gue takut kalo temen gue ketemu lagi sama dia terus digangguin. Gue minta tolong lo buat ngasih tau gimana perilakunya." Linda takut pemuda di hadapannya itu menertawakan permintaan bodohnya itu.
"Oh, jadi gitu. Kirain lo naksir sama dia." Entah mengapa ada sedikit rasa lega di benak Raka.
Ada yang bilang bahwa cinta pertama itu sulit dilupakan. Mungkin itu yang dirasakan pemuda itu sekarang. Ia merasa rasa yang dikuburnya dalam-dalam itu kini tumbuh lagi. Apalagi setelah ia bertemu lagi dengan gadis itu. Gadis yang sedang duduk di hadapannya kini.
"Lo mau gue siram es teh?" cetus Linda kepada kawan lamanya.
"Hehe, bercanda kali." Pemuda tinggi itu terkekeh.
"Cepetan," desak Linda.
"Apa?"
"Ceritain kelakuannya si Devan gimana."
"Oh, bilang dong dari tadi."
Walaupun ia lega karena Linda tidak menyukai Devan, namun ia merasa sedikit tidak suka karena dirinya yang diminta untuk menceritakan bagaimana perilaku temannya itu. Padahal mereka baru bertemu setelah sekian lama, tetapi mengapa mereka harus membahas pria lain? Itu yang membuatnya kesal. Namun mau tidak mau ia harus menceritakan pada gadis itu.
"Lo mau gue semprot nih saos?" lontar Linda.
Raka meminum es tehnya lalu menjelaskan dengan nada malas. "Devan tuh anaknya pinter ngedance, gaul banget, tapi dia agak dingin sama cewek. Terus dia suka bolos pelajaran. Tapi dia nggak ada riwayat nakal sih, paling cuma berantem sesekali. Itu sih yang gue tahu."
"Waduh, aman nggak ya temen gue kalo sering ketemu dia?" Rasa kekhawatiran menjalar ke seluruh tubuh gadis itu.
"Dijamin aman, Si Kunyuk satu itu kalem kok sama cewek yang baru dikenal, nggak bakal main tangan."
"Yakin lo?" Ada rasa ketidakpercayaan pada perkataan Raka.
"Seribu persen yakin, percaya deh sama abang," ujar Raka seraya mengacak rambut Linda pelan.
"Idih, abang pala lu." Gadis itu mendengus kesal lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Udah yuk cabut," ajak pemuda itu.
Mereka beranjak dari tempat duduk mereka. Raka menghampiri sang penjual bakso untuk membayar, sedangkan Linda menunggu di motor seraya mengenakan helm. Raka mengeluarkan sebuah dompet berwarna hitam dari ranselnya.
"Bang, bakso dua sama es teh dua, berapa?" tanyanya.
"Tiga enam, mas." jawab pria penjual bakso itu.
"Nih, bang." Raka memberikan uang sejumlah tiga puluh enam ribu rupiah kepada sang penjual lalu memasukkan kembali dompetnya ke tempat semula.
"Pas ya, mas." Raka hanya mengangguk dan berjalan ke sepeda motor kesayangannya itu.
Setelah memakai helm dan menyalakan motornya, ia menyuruh Linda untuk naik lalu kuda besi itu melesat kencang di sepanjang jalan. Kedua anak manusia itu tak berkata-kata, sibuk dengan perasaan masing-masing. Raka dengan jantungnya yang berdegup kencang, dan Linda yang masih sedikit memikirkan tentang Devan.
Tidak lama kemudian mereka sampai di sebuah rumah berlantai dua dengan sebuah taman kecil di depan. Itu adalah rumah Linda. Setelah motor berhenti, gadis itu turun dan melepaskan helm yang dikenakannya. Lalu ia mengembalikan helm itu pada sang empu.
"Makasih ya, udah nganterin," ujar Linda merasa senang.
"Yoi," jawab Raka santai.
"Yaudah pergi sana cepet."
"Etdah ngusir. Nggak mau ngajak gue masuk dulu gitu, dibikinin minum kek," canda pemuda itu.
Raka sudah lama merindukan candaan kecil dengan gadis itu. Ia senang karena hari ini ia bisa merasakan momen itu kembali dengan gadis yang ia rindukan.
"Udah bagus gue bilang makasih. Dah lah, gue masuk dulu. Tiati." Linda merasa sedikit kesal dengan candaan temannya itu yang nenurutnya tidak bermutu.
"Besok pagi gue jemput ya! Gak ada penolakan!" Setelah mengatakan itu Raka segera tancap gas meninggalkan rumah itu. Ia yakin Linda akan memukulnya kalau ia tidak segera pergi.
Ia sangat berterima kasih kepada Tuhan karena hari ini ia dipertemukan lagi oleh cinta pertamanya. Kali ini ia akan berusaha mengejar cintanya. Ia tidak akan berlaku bodoh seperti dulu. Ia bukan pengecut. Ia pasti akan mendapatkan apa yang ia mau.
Mungkin mulai besok hari-harinya akan menjadi lebih berwarna karena ia akan sering bertemu dengan Linda. Gadis berambut panjang itu cepat atau lambat akan menyadari perasaannya. Dan semoga hari bahagia itu segera datang.
Halo semua^^
Maaf kalo sekarang aku lama update, karena tugas banyak banget gak ketolong:'(
Aku emang sengaja bikin part ini dan dua part sebelumnya selang-seling, tapi semoga kalian gak bingung^^
Semoga kalian suka dengan cerita ini yah:)
Jangan lupa komen yang banyak, dan vote juga^^
Terima kasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEP ON DANCING
Teen FictionSaking cintanya terhadap tari, Kaisha rela berjuang keras untuk memenuhi perintah hatinya. Semuanya berawal dari selembar tiket yang belum tentu dapat membuatnya bahagia. #4 menari (25 Juli 2020) #4 dancing (25 Juli 2020) #7 penari (25 Juli 2020)