"Aku udah tahu semuanya," ujar Kaisha menghentikan niat Linda yang ingin pergi ke kantin.
"Apa?"
"Kamu bener, ternyata Cantika yang ngirim chat itu," jelas Kaisha.
Mereka masih duduk di kursi masing-masing, melupakan niat yang semula ingin mengisi perut mereka. Linda yang telah merapikan buku dan alat tulisnya mengubah posisi duduknya menghadap teman sebangkunya itu.
"Mulai sekarang kamu jauhin dia. Oke?" Kaisha mengangguk.
"Maaf kalo awalnya aku nggak percaya sama kamu," ujar Kaisha menundukkan kepalanya.
Linda tertawa sembari menepuk pelan paha temannya itu. Ia tidak mempermasalahkan hal kecil seperti itu. Ia tidak akan memasukkannya ke dalam hati.
"Satai aja kali, Sha. Haha." Ia berusaha mencairkan suasana di antara mereka.
"Oh iya, ternyata yang neror aku itu bukan Cantika. Aku salah udah nuduh dia, ternyata Clara, temen SMP aku. Dia cuma cemburu aku lebih deket sama kamu daripada dia. Tapi masalahnya udah beres sih. Aku udah minta maaf sama dia, nggak tahu tuh dia maafin aku apa nggak," lanjutnya.
Kaisha membesarkan matanya setelah mendengar penjelasan gadis di hadapannya itu. Seketika ia merasa bersalah telah menjauhkan dua sahabat tanpa sadar. Ia merutuki dirinya sendiri.
"Aku jadi tambah bersalah nih sama kamu," ucapnya menyesal.
Linda memegang tangan Kaisha. "Nggak papa, Sha."
"Terus soal tiket itu kamu udah tahu?" tanyanya.
"Kenapa sama tiket itu?" Kaisha menjadi penasaran.
Linda menelan ludahnya. Ia tidak tega memberitahukan kebenaran tentang tiket palsu itu. Ia takut Kaisha menjadi sedih dan putus asa. Ia tahu gadis itu berharap besar ingin mengikuti kompetisi itu sampai rela bekerja untuk mengumpulkan uang saku.
Namun ia tetap harus memberitahu Kaisha sebelum gadis itu sakit lebih dalam. "Tiket itu palsu. Dari awal Cantika emang mau ngerjain kamu."
"Oh, nggak papa deh."
Sungguh, jawaban yang tidak terduga dari mulut Kaisha. Linda tidak berekspektasi bahwa gadis itu akan menjawab dengan tenang seperti itu. Atau itu hanya luarnya? Bagaimana dengan di dalam hatinya?
"Aku tahu kamu pasti bakal sedih denger ini, tapi kamu harus tahu sebelum terlambat."
"Iya, makasih, Lin," jawab Kaisha dengan senyum simpul.
"Terus kamu mau berhenti kerja apa terus aja?"
"Aku tetep kerja, buat tambah-tambah aja kalo ada lomba lagi."
Linda mencoba berpikir topik apa yang bisa mengubah suasana menjadi hidup. Ia tidak tega melihat temannya itu terus bersedih dengan topik yang tidak enak untuk dibahas.
"Bagus deh. Oh iya kalo diliat-liat nih, kamu kayaknya deket banget sama Devan. Kalian ada hubungan apa?" Akhirnya ia mendapat sebuah ide.
Kaisha tampak sedikit terkejut. "Nggak ada apa-apa kok. Kita cuma temen biasa."
"Ah masa sih," goda Linda sembari mengangkat alisnya.
"Iya. Udah ah ke kantin yuk keburu bel," ajak Kaisha yang tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEP ON DANCING
Teen FictionSaking cintanya terhadap tari, Kaisha rela berjuang keras untuk memenuhi perintah hatinya. Semuanya berawal dari selembar tiket yang belum tentu dapat membuatnya bahagia. #4 menari (25 Juli 2020) #4 dancing (25 Juli 2020) #7 penari (25 Juli 2020)