Jam pelajaran sejarah tengah berlangsung, guru di depanku sedang menjelaskan materi Kerajaan Demak sambil berpindah posisi ke sana kemari. Mataku rasanya berat, padahal aku tidur dengan baik, dan cukup.
Kuletakkan kepalaku di atas lipatan tangan, lalu tiba-tiba semuanya berubah. Aku seolah berada di dunia lain. Dunia yang antah berantah. Sangat berbeda dengan duniaku, Bumi. Entah bagaimana aku bisa sampai di sini. Tapi sepertinya, ini adalah dunia mimpiku.
Aku terus berjalan, melihat-lihat sekelilingku. Hutan belantara yang daun-daunnya rindang dan berwarna-warni, bermacam bunga dengan bentuk dan warna yang aneh.
Aku tak kenal lelah untuk terus menyusuri jalan setapak di hutan ini, yang entah akan membimbingku kemana.
Sekelebat aku melihat ada beberapa orang yang sedang bermain-main di dekat sungai, letaknya tak jauh dari hadapanku. Namun, itu hanya sekelebat. Karena tiba-tiba saja mereka menghilang, tanpa adanya jejak.Brak!
Suara gebrakan meja mengejutkanku. Aku terbangun kembali. Kulihat sekeliling, semua nyaris memperhatikanku, termasuk guruku.
Gawat! Aku akan terkena masalah. Mungkin ini karena aku tak sengaja tertidur di sekolah, saat jam pelajaran berlangsung.☆゚.*・。゚☆☆゚.*・。゚☆☆゚.*・。゚☆
Bel pulang berbunyi, menandakan semua jam pelajaran hari ini telah berakhir. Aku bergegas pergi ke ruang dance, yang letaknya tepat di bawah kelasku—lantai satu.
Baru beberapa jam aku mengikuti alunan musik, tiba-tiba saja aku mulai merasakan kantuk datang. Terduduk di lantai dance sendirian, karena teman-temanku kebetulan sedang banyak urusan, tersisalah aku sendirian.
Sekarang, aku kembali melihat beberapa orang yang sama, seperti tadi saat aku datang ke sini. Mereka yang jaraknya sangat dekat denganku, tetap saja tak bisa membuat penglihatanku jelas.
Mereka bagaikan kilat, yang lewat hanya dengan sekali kedipan mata. Mungkin kamera saja tidak bisa menangkap dengan jelas, bila ingin memotret mereka.
Namun, aku sadar akan sesuatu. Mereka memiliki warna kilat yang berbeda, dan mereka ada tujuh. Aku tak yakin apakah mereka bisa disebut sebagai manusia atau bukan.
Warna-warna itu meliputi putih, biru, merah, kuning, oranye, emas, dan hijau. Aku hafal karena warna itu sangat jelas, dan juga nyata. Otakku langsung menyimpan baik-baik apa warna-warna tadi.
Kali ini aku berharap untuk tidak dibangunkan, karena aku belum pernah masuk lebih dalam lagi. Siapa tahu ada sebuah desa atau kota di depan hutan ini. Siapa tahu saja, aku bisa tahu tentang kehidupan di sini.
Mungkin saja, aku bisa tahu siapa ketujuh pemilik kilat itu.
☆゚.*・。゚☆☆゚.*・。゚☆☆゚.*・。゚☆
Harapanku tadi sirna begitu saja, kala melihat bahwa aku sudah berada di ruangan dance. Aku mendesah kecewa, menundukkan kepala dalam-dalam, dan memejamkan mata untuk menghilangkan sejenak rasa kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream [SUDAH TERBIT]
FantasySudah terbit di Sinar Pena Amala [Fantasy-Fanfiction] [Sudah tamat] Setelah membaca buku cerita dengan ending yang menggantung, aku dihantui oleh mimpi tentang dunia lain. Aku mengira, ini semua hanya bunga tidurku. Namun, aku salah. Ternyata ini a...