☘️☘️☘️
Tinggal bersama, tentu berbeda saat tinggal sendirian. Kebutuhan pokok berubah. Ya, tentu saja, bukan? Ashraf terbiasa makan di luar sehingga persediaan bahan makanan di dalam kulkas habis.
Sebenarnya ada beberapa bumbu masak, tapi kebanyakan sudah kadaluwarsa sehingga mau tak mau mesti dibuang. Siapa yang mau mati keracunan? Aisha memang punya banyak masalah. Tapi, bunuh diri bukanlah sebuah keputusan tepat. Dia masih punya tanggung jawab mengembalikan kehormatan dirinya sebagai wanita.
Aisha menaruh tumpukan bahan makanan kadaluwarsa ke dalam tempat sampah. Kulkas apartemen itu sangat kotor. Tanpa banyak pikir, Aisha langsung membersihkannya. Astaga, Ashraf benar-benar jorok. Kulkas saja tidak diperhatikan. Bagaimana dengan Aisha? Omong-omong apakah pria macam Ashraf bisa jatuh hati pada Aisha?
Tangan Aisha tak berhenti merapikan isi kulkas. Ashraf punya beberapa koleksi makanan ringan. Hm, macam anak kecil saja. Hihihi. Tak masalah, camilan itu bisa dimakan Aisha sehabis membereskan kulkas itu.
Ketika Aisha menemukan beberapa botol minuman keras dalam freezer, Aisha mematung. Ashraf suka minum minuman haram itu? Ada rasa kecewa saat mengetahui hal itu. Aisha berharap Ashraf sesuai dengan apa yang ia harapkan. Apa yang kau harapkan? Harapan hanya akan membuatmu terluka, Aisha.
"Kau mau apakan isi kulkasku?"
Seperti biasa nada tajam Ashraf akan terdengar kalau Aisha melakukan sesuatu tanpa izin. Aisha memutar kepalanya, menyaksikan Ashraf yang hanya memakai celemek putih yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Lelaki itu mengira dia siapa? Christian Hogue?
"Astagfirullah hal azhim."
Dengan cepat Aisha mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Mengapa Ashraf begitu percaya diri menampilkan tubuhnya yang seksi kepada wanita yang bukan muhrimnya? Aisha tidak biasa melihat lelaki tanpa baju.
Ashraf menyeringai. "Kau pura-pura tak senang melihatku begini. Padahal setiap kali aku sentuh dirimu, kau selalu meminta lebih. Kau ketagihan." Ashraf bergumam. Namun, masih bisa disadap oleh Aisha.
Mengabaikan kata-kata Ashraf, Aisha berkata, "Bahan makanan tidak ada. Aku tidak tahu harus membuat makanan apa untukmu."
Ashraf yang sedari tadi bersedekap, kini berjalan mendekati Aisha. Perasaan apa ini? Mengapa Aisha selalu gugup setiap kali lelaki yang telah merenggut kesuciannya itu dekat padanya. "Lalu?" Ashraf menyentuh bahan makanan yang sudah ada di tempat sampah.
"Aku ingin belanja bahan makanan. Kalau kamu tidak keberatan, tolong antar aku ke pasar sebelum bekerja." Aisha mengatakan dengan ragu-ragu. Tolong, jangan marah Ashraf. Tunjukkalah kebaikan hatimu.
Jam menunjukkan pukul 09:00 pagi. Ashraf punya kesempatan dua jam mengantar perempuan ini ke pasar. Dia baru ingat kalau dia tidak lagi tinggal sendiri. Sekarang ada wanita simpanan yang menjadi tanggung jawabnya.
"Baiklah. Aku akan pakai baju sekarang."
Baguslah. Ashraf mau mengalah. Aisha merasa lega dengan perubahan sikap Ashraf kepadanya. Perempuan itu berharap kalau sikap Ashraf selamanya bisa setenang itu padanya.
☘️☘️☘️
Saat mobil berkendara menuju pasar, Aisha ingat minuman keras di dalam kulkas. Entah kenapa dia sangat tertarik untuk membahas minuman keras itu. Aisha mengambil napas panjang kemudian berkata, "Kau lebih sehat jika tidak bergantung pada alkohol. Kau punya Umi yang baik. Jangan kecewakan beliau."
Ashraf memelotot. Cepat-cepat Aisha menambahkan, "Aku melihat alkohol dalam kulkasmu. Kupikir alkohol hanya akan merusak dirimu."
Beginilah rasanya memanggil Ashraf dengan panggilan santai, seperti teman sendiri. Memang terasa tak ada beban saat berbicara dengan nada seperti itu.
"Kau tidak perlu urusi diriku. Kau bukan istriku. Pikirkanlah dirimu sendiri. Bagaimana bayar hutangmu padaku? Apa kau akan menempel padaku selamanya?" Aisha bungkam. Kalau sudah membahas uang. Perempuan itu tak bisa berdebat panjang lebar. Ya ampun, pria ini jelas akan mencampakkan Aisha.
Ashraf memutar lagu DJ supaya suasana tegang hilang. Aisha hanya mampu mengelus dada menyaksikan perbuatan laki-laki itu. Apakah tidak ada Al-Qur'an versi MP3 yang bisa diputar?
Perjalanan ke pasar agak jauh. Mobil BMW milik Ashraf terus melaju, sampai Aisha mendadak meminta mobil dihentikan. Aisha beralasan turun ke mini market. Ashraf mengekorinya karena tidak ingin wanita itu kabur. Enak saja! Dia sudah habiskan banyak uang Ashraf.
"Kau mau beli apa?"
"Pembalut."
Hanya pembalut, Ashraf! Kau tidak mungkin mengurusi masalah perempuan, bukan?
Aisha turun dari mobil. Dia memandangi rumah orang tuanya yang tak jauh dari mini market. Dia berharap bisa melihat ibu dan ayahnya dari jarak jauh. Namun, ia tak kunjung menemukan apa yang ia cari.
Aisha masuk dalam mini market. Kemudian membeli beberapa set pembalut. Usai belanja, Aisha kembali ke dalam mobil. Saat sudah masuk ke BMW, Aisha melihat ayah dan ibunya keluar rumah. Mereka bersenda gurau. Bahagia sekali mereka seakan mereka merasa tak kehilangan akan Aisha. Apakah mereka sudah melupakan Aisha? Kenapa terlalu cepat? Aisha masih sulit menerima kenyataan itu. Apakah dia memang tak pernah dianggap di keluarganya?
"Ayo cepat masuk! Aku tidak mau habiskan waktu denganmu!"
"Baiklah. Ayo kita pergi."
Tunggu, tujuan utama mereka bukannya belanja? Kenapa tidak belanja di mini market? Sudah terlambat karena mobil mereka kembali melaju menuju pasar. Sebetulnya otak disimpan di mana?
☘️☘️☘️
"Mengapa kau mendaftar kerja di perusahaan Abi-ku waktu itu?"
Ashraf ingat saat Aisha datang ke kantornya memasukkan berkas. Dia mewawancarainya sekilas. Lalu, menolak wanita itu dengan begitu kasar. Aisha belum menjawab. Jadi, Ashraf memegang wajah wanita itu. Basah, pipi Aisha berair karena ada cairan bening membasahi pipi putih wanita itu.
"Tunggu, kau menangis? Apa yang membuatmu menangis?"
Aisha menangis karena mengingat ibu bapaknya, bukan masalah kerjaan. Dia rindu tinggal bersama ibunya. Dia ingin merasakan hangatnya kamarnya. Kapan dia bisa kembali ke rumah? Jika pun kembali, apakah orang tuanya masih mau menerima Aisha? Mereka tidak berniat memaafkan anak yang sudah tak suci lagi.
"Aku ingin bekerja. Bisakah aku dapatkan pekerjaan? Aku ingin segera lepas darimu. Kumohon, berikan aku kepastian. Jika hutangku padamu terus bertambah, bagaimana caranya aku bebas?"
'Aku ingin segera lepas darimu'
Kalimat Aisha cukup menggores hati Ashraf. Apakah Ashraf terlampau sangat buruk sampai dua orang wanita menolaknya. Razifa pergi darinya. Lalu, ada Aisha yang kini ia jadikan simpanan. Wanita itu pun menginginkan pergi darinya.
"Tidak! Kau hanya perlu tinggal bersamaku. Masalah hutangmu, itu urusanmu! Minta uang ke orang tuamu kalau kau mau bebas."
Aisha tak membalas. Dia berusaha ikhlas. "Apa kau menangis karena tidak punya pekerjaan?" Aisha mengangguk. Ashraf termenung. Apakah dia berikan saja pekerjaan ke Aisha? Dia tidak mungkin menahan Aisha karena rasa suka.
Tujuan awal Ashraf adalah merusak Aisha. Mengapa semakin lama tujuan itu terasa kabur? Ashraf mulai mempertimbangkan keinginan Aisha. Kasihan juga perempuan itu. Dia sampai menangis gara-gara tak dapat pekerjaan.
Instagram: Sastrabisu
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Aisha
General FictionAshraf pernah ditinggalkan oleh tunangannya bernama Razifa. Pengalaman pahit itu membuat Ashraf dendam. Bukan kepada Razifa melainkan gadis muslimah lain di luar sana. Aisha merupakan gadis muslimah yang baik. Ibunya selalu menyepelekan keberadaan...