Bab 8

55.7K 3.6K 85
                                    

☘️☘️☘️
 
Ashraf tidak terima seorang perempuan menolak dirinya. Apalagi wanita itu adalah wanita berjilbab. Lelaki itu mengejar Aisha. Wanita itu sudah kotor. Apa pantas dia jual mahal seperti itu? Ashraf mencekal tangan Aisha memegang kuat tangan itu.

"Apa yang kamu lakukan dengan wanita itu, Ash?"

Seseorang menghentikan Ashraf. Pria itu menoleh, mendapati ibunya memergoki dia berduaan dengan Aisha? Secepat kilat pria itu melepas pegangan pada Aisha. "Umi?" Bagaimana bisa ibunya menemukan dia? Bagaimana cara menjelaskan siapa Aisha ini? Tamatlah riwayatmu, Ashraf.

Riris memandangi Aisha dengan mata berbinar.

"Sebentar.... Kamu gadis yang tante cari, 'kan? Kamu yang jual gorengan waktu itu?" Akhirnya Riris menemukan wanita yang ia cari. Aisha adalah tipe menantu idamannya. Seorang perempuan muda yang membuatnya terkesan sejak pertama kali bertemu di taman.

Butuh satu menit bagi Aisha untuk mencerna perkataan wanita berkerudung panjang di hadapannya ini. Penjual gorengan? Aisha mengingat momen saat ia menjual pisang goreng. Kala itu, ia sempat bertemu pasangan paruh baya yang romantis. Benar, wanita ini memang adalah orang yang beli pisang goreng Aisha tempo hari.

"Benar. Aku, Aisha. Tante mencarimu? Tante apa kabar?" Aisha menyegih. Riris memberikan pelukan kepada perempuan itu. Mereka sempat banyak mengobrol saat berada di taman. Sehingga ketika mereka bertemu kedua kali, mereka seperti orang yang sangat akrab.

"Ada apa ini, Umi? Apakah Aisha adalah perempuan yang mau Umi cari?"

Ashraf bingung. Riris mengangguk atas pertanyaan putranya. Kacau, jadi Ashraf mau dijodohkan dengan wanita berjilbab ini? Perawan pertama yang pernah menginap di hotel dengan pria itu? Oh tidak. Bagaimana Ashraf bisa dijodohkan dengan perempuan yang telah ia rusak? Ini tidak boleh terjadi. Ashraf tidak berniat menikahi wanita itu.

"Apa kau kenal Aisha?"

"Sebenarnya kami pernah--."

Ucapan Ashraf terpotong sebab Aisha berujar, "Maaf, Tante. Aisha harus pergi sekarang. Orang tua Aisha menunggu. Assalamu Alaikum." Aisha tidak mau mendengarkan kalimat Ashraf, takut pria itu mempermalukan dirinya di hadapan Riris. Aisha ingin melupakan momen di hotel semalam.

"Wa alaikum salam."

Riris masih ingin bicara. Tapi--, Aisha tampak buru-buru.

Aisha mencium tangan Riris sebelum menghilang dari pandangan Ashraf dan ibunya. Sementara Ashraf harus mendapatkan pertanyaan tajam dari ibunya. "Di mana kamu bertemu Aisha sebelumnya?"

Ashraf menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Aisha adalah adik kelasku di SMA, Umi. Dia sangat tergila-gila padaku. Tapi, aku tidak menyukainya." Benar-benar percaya diri! Riris menaikkan sebelah alisnya. Betulkah putranya berkata jujur? Atau justru sedang mengarang.

Ashraf berkata kalau dia benci Aisha. Lalu bertingkah seolah-olah Aisha menyukainya? Sadarlah, Ashraf! Aisha berbeda dari perempuan-perempuan lain, yang pernah hangatkan tempat tidurmu.

"Aku pun belum siap menikah. Tolonglah, Umi. Jangan jodohkan Ashraf seperti ini. Ash tidak mau menikah dalam waktu dekat ini. Apalagi kita tidak terlalu kenal perempuan ini! Dia bisa saja datang dari keluarga penipu."

☘️☘️☘️

"Aku mau jujur sama kamu, Nis."

Aisha tidak mau menyembunyikan apa yang sudah menimpa dirinya dua hari lalu. Oleh karena itu, dia memilih untuk bicara jujur pada sahabatnya. Biasanya Annisa selalu punya solusi. Bagaimana reaksi Annisa? Aisha akan jujur ke ibunya saat mengetahui seperti apa reaksi sahabatnya.

Cinta untuk AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang