Bab 10:

57K 3.5K 110
                                    

☘️☘️☘️

"Aku siap layani tuan."

Aisha sudah memutuskan. Dalam hati ia merasa begitu murung. Dia berusaha tidak mengeluh. Mungkin dia memang bukan perempuan yang baik. Dia bukanlah contoh bagi perempuan di luar sana.

Aisha sudah menyerah pada takdir. Jika memang dia ditakdirkan menjadi wanita simpanan pria muda bernama Ashraf. Tak apa. Yang paling penting, dia bebas dari Mami Rista.

Ashraf menampilkan senyum kemenangan. Akhirnya perempuan ini bisa ia kendalikan. Dengan dia tinggal bersama Aisha, sama artinya bila ia menghentikan usaha ibunya untuk menjodohkan Ashraf dengan wanita itu. Ashraf berhasil menyembunyikannya.

"Baiklah. Ayo ikut aku!"

Ashraf menarik tangan Aisha masuk ke dalam BMW miliknya. Ketika mereka sudah berada di dalam mobil, perut Aisha berbunyi. Dia lapar. Dia memegang perut dengan muka lesu, Ashraf memahami keadaan perempuan ini.

Jika diperhatikan, mengapa Aisha ini sangat imut? Ashraf senyum-senyum sendiri. Mungkin kamu sedang jatuh hati terhadap dia, Ashraf!

"Kita akan mampir ke kedai makan."

Ashraf berujar datar. Pandangan pria itu masih fokus ke depan. Aisha menoleh ke arahnya dengan senyum tercetak di wajahnya. Kau melewatkan senyum yang indah, Ashraf. Seharusnya kau menyaksikan senyum itu.

"Terima kasih untuk semuanya," kata Aisha tulus.

Ashraf mencibir. Dia membalas, "Aku tidak sedang membantumu. Apa kau tidak sadar telah masuk ke lubang harimau?"

Ashraf terkekeh. Aisha tidak menyela ucapan pria itu. Dia merasa bahwa Ashraf tidak seburuk yang dia bayangkan. Jika memang Ashraf adalah pria yang tidak baik, lelaki itu tentu membiarkan Aisha disentuh pria tua tadi bukannya menolong dirinya.

☘️☘️☘️

Aisha makan dengan lahap. Mami Rista tidak memberinya makan jika ia tidak melayani pengusaha batu bara yang menyewanya dengan harga fantastis. Wanita itu tak peduli lagi bagaimana pandangan Ashraf terhadapnya ketika melihat dirinya makan.

Ashraf dan Aisha makan di apartemen. Kenapa? Aisha tak ingin makan di kedai makan dalam keadaan berpakaian seksi. Meskipun sudah tidak suci lagi, ia tetap mencoba menghindari lebih banyak dosa.

"Pelan-pelan."

Aisha tersedak. Dia tidak menyangka kalau Ashraf akan menegurnya seperti itu. Di saat bersamaan, Ashraf memberikan segelas air. Wah, baik sekali Ashraf ini.

Segera Aisha mengambil air yang disodorkan oleh Ashraf. Debaran jantung seketika menyebar dalam diri Aisha. Kau tidak mungkin menyukai pria ini 'kan, Aisha? Lelaki itu tidak mencintaimu. Dia hanya ingin menjadikan dirimu sebagai tempat pelampiasan nafsu. Apa kau tidak sadar? Hmm...

"Kau makan seperti gelandangan yang tiga hari tidak makan," ungkap Ashraf.

Lagi-lagi, Aisha tidak bicara. Dia belum terbiasa berbicara santai kepada lelaki yang sudah membelinya dengan harga ratusan juta rupiah itu. Bagaimana caranya Aisha membayar hutangnya pada Ashraf. Seratus juta terlalu banyak. Dia tak punya pekerjaan.

Apakah dia harus berzina sampai akhir dengan lelaki itu? Malangnya nasibmu, Aisha. Seumur hidup mungkin kau tidak akan dapatkan kehormatanmu sebagai wanita lagi. Rasanya ingin menangis lagi.

"Maaf sudah merepotkan dirimu, Tuan. Aku janji akan melayani tuan dengan baik."

Sudah terlanjur. Inilah takdirnya. Dia tidak bisa menolak apa yang sudah ditetapkan kepadanya. Tuhan maha tahu. Aisha melakukan semua keburukan ini karena terpaksa. Dia sama sekali tidak menginginkan takdir buruk ini terjadi dalam hidupnya.

"Bagus kalau begitu. Habiskan makananmu karena aku mau menyantap dirimu malam ini." Kata-kata Ashraf menimbulkan perasaan gamang dalam diri Aisha.

☘️☘️☘️

Aisha bangun setelah melayani Ashraf. Dia membersihkan diri. Kemudian mencari-cari pakaian yang bisa ia kenakan. Ada mukenah di ruang tamu. Beruntungnya ada benda itu. Dia sholat malam di ruang tamu. Seperti biasa, ia meminta ampunan pada Allah. Meskipun, mungkin ia tak pantas dapatkan hal itu.

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi, Ya Allah. Orang tua, kakak, dan juga sahabatku. Semuanya membenci diriku. Hanya pria ini yang mau menawarkan tempat tinggal. Aku tak punya pilihan selain menerima tawarannya."

Aisha mengelap pipinya yang basah. Dia mengambil mushaf yang ada di nakas. Wanita itu mulai membaca ayat suci Al-Qur'an. Dia sengaja melakukan itu di kamar tamu supaya Ashraf tidak bangun saat karena perbuatannya.

☘️☘️☘️

Ashraf menahan tawa saat menyaksikan penampilan Aisha pagi ini. Wanita itu menggunakan kemeja serta celana kain panjang milik Ashraf. Belum lagi, Aisha kukuh menutup rambutnya. Bukan dengan kerudung melainkan dengan handuk.

"Tidak usaha berpakaian seperti itu. Aku sudah pernah lihat kau tanpa busana."

Benar. Ashraf memang mengatakan sebuah kebenaran. Tapi, Aisha tetap pada pendiriannya. Bagaimanapun juga, Ashraf bukan suaminya. Dia akan tetap mengikuti perintah Allah mengenai menutup aurat.

"Menutup aurat adalah sebuah perintah."

Aisha berujar dengan bisikan. Lagipula, pria ini tak akan mengerti dengan semua perkataan Aisha, bukan? Percuma juga berdebat. Aisha duduk di hadapan Ashraf.

"Jangan ceramahi aku. Buatkan aku kopi cepat."

Aisha mengangguk patuh. Perempuan itu sangat baik. Apakah memiliki istri rasanya meneduhkan seperti ini? Mendadak Ashraf mendambakan sebuah pernikahan.

Tidak! Ingat apa yang terjadi padamu dulu! Razifa meninggalkan dirimu. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bagus. Ego Ashraf berbisik, mengalahkan semuanya.

☘️☘️☘️

Aisha muncul dengan segelas kopi. Dia menunduk. Ada apa ini? Ashraf tidak suka dengan tindakan Aisha yang seperti itu. Seakan Ashraf buruk rupa. Pria itu tak tahan sehingga berseru, "Tatap mataku!" Aisha ingin menjaga pandangannya. Dia bingung apakah harus menuruti pria ini atau tidak.

"Aku bilang, tatap aku!" ulang Ashraf dengan bentakan.

Aisha mendongakkan wajahnya untuk melihat mata coklat indah milik Ashraf. Seandainya saja pria itu adalah suami Aisha. Sayangnya mereka hanya partner sementara yang entah sampai kapan akan berakhir.

Terima saja, Aisha. Kamu sudah berusaha menjaga diri. Namun, pada akhirnya dunia terlalu jahat untuk orang sebaik dirimu. Mungkin sudah saatnya kamu berhenti berusaha.

"Maaf, Tuan." Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Aisha.

"Kalau kau tidak mau aku murka. Kau harus turuti kemauanku!"

Ashraf tidak ingin marah. Dia benci setiap kali Aisha tidak mau patuh pada perintahnya. Seperti Razifa yang mengkhianati dirinya. "Ba.... baik, Tuan." Aisha berbicara dengan suara bergetar. Ashraf sudah menggertaknya. Lalu, pria itu mengamati mimik muka Aisha.

"Kalau kau berniat pergi dariku, maka kau harus mengganti 150 juta-ku. Kau harus tahu bahwa aku sudah bayar Mami Rista untuk membebaskanmu."

Aisha terkesiap mendengarnya. Tambah 50 juta lagi. Tubuh Aisha lemas seketika. 'semakin susah bayarnya' batin Aisha. Tak apalah. Mungkin sudah takdirnya digariskan seperti ini. Berjuang pun rasanya sia-sia. Tak ada yang mau menerima Aisha dengan baik. Dia pun tak bisa dapatkan kerja. Jalani saja apa yang sudah terjadi ini.

Instagram: Sastrabisu

Cinta untuk AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang