Bab 4

58.9K 4K 160
                                    

☘️☘️☘️

"Terima kasih, Mami Rista."

Aisha merasa bersyukur karena wanita baik bernama Mami Rista mau mendengarkan cerita gadis itu. Tak hanya itu, Rista pun mentraktir Aisha makan di kafe. Dalam hati, Aisha senang. Akhirnya ada orang yang mau menerima dirinya.

"Sama-sama. Mami senang bicara sama kamu. Hidup kamu sangat menyedihkan. Kamu pantas dapatkan kehidupan yang lebih baik."

Mami Rista tersentuh oleh cerita Aisha. Dia mengelus punggung gadis itu, sekadar meringankan bebannya. Suasana cukup tegang sampai Mami Rista berkata, "Sebetulnya Mami punya perusahaan. Kamu bisa bekerja bersama kami kalau kamu mau."

Wajah Aisha berbinar. Lalu memudar dalam sedetik. Tunggu, apakah ada pemilik perusahaan memiliki gaya berlebihan seperti Mami Rista? Rambut pirangnya itu seperti entahlah. Aisha tidak berpikir bahwa orang berpendidikan memakai hal semacam itu.

"Kalau boleh tahu perusahaan Mami berkicimpung di dunia mana?"

Ada keraguan dalam hati Aisha. Kalau wanita ini jahat, mustahil juga 'kan beliau mentraktir Aisha makan, bahkan sampai dengarkan curhatan Aisha. "Perdagangan. Sama seperti perusahaan pada umumnya. Melayani pelanggan."

Sebenarnya melayani pelanggan dalam arti apa. "Semacam Customer Service ya, Mami. Kalau boleh tahu nama perusahaan Mami apa?"

Mami Rista menunjukkan mimik masam dengan mulut tertutup rapat. Aisha merasa tak enak hati. Bagaimana bisa ia banyak tanya,kepada orang yang bermurah hati,menawarkan pekerjaan. "Maaf, Mami. Aisha bertanya begitu. Mami tidak usah jawab."

Mami Rista mendadak mengibaskan tangan di depan mata Aisha. Wanita itu menyahut, "Ah, itu pertanyaan umum. Mami akan jawab pertanyaan kamu. Perusahaan Mami bergerak di bidang retail. Kalau kamu tidak mau bekerja dengan Mami. Ada satu perusahaan yang mungkin kamu suka."

"Sebenarnya anak Mami mengurusi bagian rekrutmen PT. Telkom. Apa kamu tidak apa-apa kalau jadi CS Telkom?"

Aisha menampakkan mimik ceria. Keberuntungan apa ini? Masuk di Telkom sangat susah. Lalu dia dapat tawaran seperti ini? Aisha tidak akan menolak sebab ia pernah melihat ada CS Telkom yang pakai hijab. "Aisha mau asalkan dibolehkan pakai hijab."

"Kami malah cari yang pakai hijab sepertimu. Kalau tidak diterima di Telkom, kerja jadi CS di perusahaan Mami saja. Gajinya lumayan besar."

Mami Rista membuka tasnya. Dia memberikan amplop berisi uang kepada Aisha. "Kamu bilang butuh uang 20 juta 'kan? Kamu pakai uang ini dulu buat bayar hutang ayahmu. Mami percaya sama kamu. Boleh Mami minta nomor ponsel dan nama akun Facebook kamu?"

Apakah Aisha harus menerima uang itu? Diterima kesannya materialis, ditolak? Aisha tidak bisa menolak sebab dia butuh uang itu. "Ambillah, Aisha. Anggap ini pinjaman. Mami kasih uang ini sebagai tanda kesepakatan kerja. Lagipula ini saling menguntungkan, bukan? Kapan lagi kamu bisa kerja jadi CS di perusahaan besar."

Aisha masih bergeming saat Mami Rista menaruh amplop di tangan Aisha. "Ambil dan berikan nomor ponselmu. Jangan lupa nama akun Facebook juga."

Aisha merasa terharu. Ternyata masih ada orang sebaik Mami Rista. "Aisha ambil uang ini. Tapi, hanya sebagai pinjaman. Aisha janji akan bayar perlahan hutang ini saat dapat gaji pertama," kata Aisha. Dia memberikan nomor ponselnya dan juga nama Facebooknya.

"Loh, Facebookmu tidak punya foto ya? Bolehkah Mami minta beberapa fotomu? Mami tidak mau dibilang penipu sama anak Mami. Ini 'kan jabatan CS. Pasti mengutamakan penampilan fisik."

Aisha mengerti. Dia merasa kurang percaya diri. "Kamu cantik kok. Sini biar Mami lihat koleksi fotomu." Aisha menyodorkan ponselnya. Mami Rista mengirim lima foto Aisha ke ponselnya. Senyum aneh tampak di bibir wanita itu. Sebenarnya apa yang Mami Rista rencanakan?

☘️☘️☘️

"Umi sempat ketemu cewek cantik loh, Ash. Dia cocok banget sama kamu. Umi mau minta nomor telepon gadis itu. Tapi, dia lebih dulu menghilang."

Riris membuka obrolan saat suami dan putranya sedang asyik menyantap hidangan makan malam. Dia tidak bisa melupakan senyum gadis yang menyapa dia dan sang suami di taman.

Ashraf tidak berkomentar saat ibunya bercerita mengenai seorang cewek. Pria itu terlanjur patah hati setelah tunangannya yang bernama Razifa membatalkan acara pernikahan mereka sebulan lalu. Sakit rasanya. Ashraf menjadi sangat benci wanita yang berhijab karena Razifa. Cewek yang kelihatan baik lebih bahaya dari wanita penghibur. Ashraf tidak suka lihat wanita yang terlihat 'sok baik hati'.

"Semoga kita segera temukan gadis itu ya, Umi. Biar muka Ashraf jadi berseri setiap kali mampir ke rumah."

Zain, ayah Ashraf imut berkomentar. Rasanya ingin menggerutu. Beruntung mereka adalah orang tua Ashraf sehingga ia tidak harus berdebat atau mungkin emosi? Ashraf sangat menyayangi orang tuanya.

Ashraf sudah punya rumah sendiri. Dia berkunjung ke rumah orang tuanya karena sesuatu mendadak. Ternyata mau dijodohkan. Ih, Ashraf sudah tidak mau lagi mengurusi yang seperti itu. Calon wanitanya pun tidak tahu siapa?

"Ashraf belum mau dijodohkan," kata Ashraf. Dia mengelap bibirnya dengan tisu. Di saat yang sama ponselnya berdering. Seseorang mengirim foto pada Ashraf. Untuk sesaat Ashraf membeku. Oh, wanita yang ada di foto itu sangat cantik. Dia memiliki kemiripan dengan Razifa. Benar-benar korban yang sempurna.

"Umi, Abi. Aku mau ke toilet sebentar."

Bukannya ke toilet. Ashraf justru masuk kamarnya yang dulu. Dia menelepon pengirim foto di ponselnya. "Bagaimana tuan Ashraf? Apa gadis ini masuk kriteria? Kali ini, Mami jamin kalau perempuan ini masih perawan. Dia sangat lugu."

Ashraf tersenyum kering. "Aku suka lihat wajah polosnya. Aku sangat bersemangat merusak gadis ini. Add siapa namanya?"

"Aisha."

"Namanya yang bagus," komentar Ashraf. Apa yang dia katakan barusan? Dia memuji nama korbannya di masa depan. Berhenti, Ashraf! Kau tidak boleh terpesona pada gadis ini walaupun dia sangat cantik.

"Aku tidak mau tahu. Pokoknya, bawa dia ke hotel besok malam. Aku tidak sabar mencicipinya." Ini semua gara-gara kamu, Razifa! Ashraf mencari pengganti dirimu untuk disiksa. Razifa telah pergi ke luar negeri melanjutkan kuliahnya. Dia memblokir Ashraf di semua akun media sosial.

"Tenang saja, tuan. Gadis ini akan segera tuan nikmati. Persiapkan saja stamina tuan."

Senyum sinis terukir di wajah Ashraf. Dia memandang ke arah cermin. Tatapan bengis yang ia lihat benar-benar membuatnya puas. Ashraf tidak suka tersenyum manis seperti yang selalu ia lakukan dulu. Kini, ia berubah menjadi pria dingin.

Ashraf melihat ulang foto yang dikirimkan oleh Mami. Dia memperhatikan setiap inci foto itu. Aisha, Ashraf bergumam. Semakin ia pandangi foto Aisha maka semakin ia ingat kejadian yang mempertemukan keduanya. Saat Ashraf beli gorengan lalu Aisha menabraknya. Lalu, saat Ashraf melakukan wawancara kepada calon karyawan, ia pun bertemu Aisha. Oh, gadis ini sudah sering bertemu dengan Ashraf.

Instagram: Sastrabisu

Cinta untuk AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang