Bab 6

58.6K 3.8K 109
                                    

☘️☘️☘️

Aisha tidak punya pilihan lain. Dia telah terkunci dalam kamar hotel. Perlahan-lahan, gadis itu menoleh ke arah lelaki yang menjadi pelanggan pertamanya. Pria itu.... Aisha ingat betul mata coklat lelaki itu. Dia adalah Ashraf, pria yang menolaknya bekerja di perusahaan lelaki itu.

Di sela jantungnya yang berkecamuk, Aisha mengelap air matanya. Semoga saja pria ini mau menolong Aisha. Semoga saja ada keajaiban. Hati Aisha masih menjerit. Mengapa takdir sangat jahat terhadapnya? Mengapa harus seperti ini?

"Tuan...!"

Suara Aisha lemah, tidak ada tenaga dalam suara itu. Hatinya menjerit untuk sekadar memohon pertolongan kepada pria itu.

"Tolong aku!"

Sebutir air mata lagi-lagi berguling di atas pipinya. Bagaimana caranya agar ia kuat menjalani ini semua? Air mata tak mau berhenti mengalir.

"Jangan lakukan apapun kepadaku. Aku bukan wanita panggilan seperti ini." Aisha menundukkan wajahnya. "Aku janji akan mengganti uang tuan."

Ini benar-benar situasi yang sangat dibenci oleh Aisha. Seumur hidupnya, tak pernah sekalipun dirinya membayangkan akan menyerahkan mahkotanya sebagai wanita kepada pria asing.

Aisha berharap pria yang ada di hadapannya memberikan sedikit simpati padanya.

"Buka pakaianmu!" perintah Ashraf.

Lelaki itu memerintah seolah tak mendengarkan permohonan Aisha. Hati Aisha berdenyut. Dia menunduk lagi. Gelengan kepala tak berhenti ia berikan. Bagaimana caranya dia bisa lari dari Ashraf? Bagaimana caranya lari dari situasi ini?

"Apa kau tuli!"

Ashraf membentak. Sejak pertama bertemu, lelaki itu memang kasar. Aisha tidak bisa bayangkan bagaimana pria ini akan memperlakukannya. Mengapa hidup Aisha harus begini?

"Jangan lakukan ini. Ingatlah saudara perempuan tuan. Tolong jangan renggut kehormatanku sebagai wanita." Ashraf tidak punya saudara perempuan. Itulah, masalahnya.

"Diam kau, Razifa!"

Pria menyebut Aisha dengan nama orang lain. Razifa? Siapa Razifa? Aisha merasa kalau pria ini mungkin sedang salah orang. "Tuan salah orang. Aku bukan Razifa. Namaku Aisha." Entah kekuatan dari mana Aisha bisa mengatakan itu.

"Tolong keluarkan aku dari tempat ini."

Ashraf memberikan satu tempeleng di pipi putih Aisha. Mengapa pria ini sepertinya sangat jahat? Bahkan Aisha sudah memohon kepada pria itu. Aisha memegangi pipinya yang terasa perih. "Kenapa tuan menampar pipiku?"

Aisha hanya ingin menjaga martabatnya. "Karena kamu tidak melayaniku dengan baik. Sekarang tanggalkan pakaianmu, Razifa!"

Kenapa selalu nama orang lain? Aisha menoleh ke belakangnya. Apakah ada orang lain di sana. Tapi, tidak ada. Apakah pria ini sedang mabuk.

Aisha masih menggeleng, menolak kemauan pria yang ada di depannya. Ashraf tidak mampu menahan gairahnya. Semakin Aisha menolak, semakin dia bersemangat menghancurkan kehormatan gadis itu.

Satu kali tarikan, rambut Aisha kini terlihat. Ashraf membuang jilbab gadis itu ke sembarang tempat. Lagi-lagi Aisha menggeleng. Dia menyembunyikan rambutnya menggunakan tangannya.

"Jangan!"

Ashraf yang sudah dikuasai nafsu mendorong tubuh Aisha ke tempat tidur, memaksa wanita muda itu melayani hasratnya. Aisha berusaha melawan. Tapi, tenaga Ashraf terlalu kuat. Tenaga seorang lelaki. Pria itu merobek pakaian Aisha, mewujudkan rencana awalnya.

Cinta untuk AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang