Bab 14:

48K 3.3K 33
                                    

☘️☘️☘️

Perjanjian kontrak menciptakan kepastian bagi Aisha. Jika Ashraf membayarnya lima juta per bulan maka ia bisa meninggalkan pria itu setelah tiga tahun lamanya bersama. Apakah setelah itu, Aisha bisa hidup tenang di luar sana? Faktanya, orang tua, kakak, bahkan sahabat baik Aisha tidak mau lagi berkomunikasi wanita itu.

Aisha menekuni pekerjaan barunya. Tak apa hanya menjadi asisten rumah tangga. Yang penting gajinya sama besar dari seorang "Teller Bank". Lagipula bersih-bersih rumah bukanlah sesuatu yang sulit ia kerjakan.

Di apartemen, Aisha mencuci pakaian dengan menggunakan mesin cuci. Selesai mencuci, ia masuk ke kamar Ashraf, hendak merapikan pakaian pria itu. Mata Aisha terpaku pada foto yang ada di meja tempat lampu tidur Ashraf berada.

Ada foto seorang gadis berjilbab bersama Ashraf yang terpampang di nakas itu. Apakah gadis itu adalah Razifa? Sepertinya iya, sebab Ashraf merupakan anak tunggal. Pria itu punya kakak tiri dan juga sepupu. Namun, keduanya merupakan seorang pria.

"Cantiknya wanita ini."

Tak sadar bibir Aisha memuji foto yang diduga sebagai Razifa itu. Ah, selera Ashraf benar-benar menakjubkan. Memang Aisha belum tahu kisah lengkap Razifa dan Ashraf. Dia hanya menebak kalau dua orang itu dulunya saking menyukai. Lalu, entah mengapa bayangan Razifa tak pernah lepas dari kepala Ashraf. Sungguh cinta sejati yang terhalang oleh waktu.

Kalau Razifa terlihat begitu menawan. Apakah Ashraf bisa membuka hati kepada orang lain. Jika Aisha menjadi Ashraf, dia akan mempertahankan Razifa sampai akhir. Apakah ada pria yang mampu menolak keinginan wanita yang secantik Razifa?

Pekerjaan menyetrika yang akan dilakukan oleh Aisha sempat terkendala gara-gara membayangkan tentang mantan pacar Ashraf. Bagaimana caranya dia bisa mengetahui kisah lengkap antara Razifa dan Ashraf? Jangan pikirkan itu, fokus bekerja!

☘️☘️☘️

Rayyan memiliki perusahaan sendiri. Namun, nyaris setiap hari, ia mampir ke kantor milik sepupunya, Ashraf. Pria itu sangat senang, untuk sekadar mengobrol dengan sang sepupu. Biasanya Rayyan akan curhat mengenai Zoya atau membahas tentang pekerjaan.

"Ada berita heboh siang ini, Ash!"

Rayyan berseru sambil membaca artikel melalui layar I-phone miliknya. Ashraf menoleh dan mengamati mimik sepupunya. Wah, serius sekali tampang Rayyan. Apakah berita itu sangat serius? Ashraf membatin.

"Tentang apa?"

Tangan Ashraf masih membaca sesuatu di layar laptop. Ada salinan pengajuan kontrak yang harus ia tanda tangani. Tapi, sebelum itu Ashraf harus mengecek file-nya. Apakah poin yang tertera dalam perjanjian itu menguntungkan perusahaan atau tidak.

"Gadis Malaysia dibunuh oleh pria tua tak dikenal saat kakak gadis itu meninggalkannya sendirian di apartemen. Kasihan, Ash. Kisahnya sadis."

"Mungkin hoaks?"

Ashraf sampai berhenti membaca file di layar komputernya, hanya untuk mendengarkan sepupunya menjelaskan sebuah berita. Dia jadi was-was membiarkan Aisha tinggal sendirian. "Tidak," sahut Rayyan, mengelak bahwa berita yang ia baca bisa jadi hoaks. Berita itu muncul di pemberitaan resmi.

"Apa kau serius mengenai apa yang kaubaca barusan?"

Apa ini? Mengapa Ashraf jadi ingat Aisha. Perasaan itu mungkin hanyalah sebuah kecemasan telah meninggalkan sang perempuan simpanan sendirian.

"Iya. Aku serius!"

"Coba kulihat beritanya?"

Ashraf mengambil ponsel yang disodorkan sepupunya. Dia mulai membaca artikel tentang pembunuhan sadis gadis Malaysia. Ashraf merasa ngeri sendiri saat membacanya. Itu pembunuhan kejam. Bagaimana bisa seseorang membunuh gadis tak bersalah.

Tok... Tok... Tok

Bacaan Ashraf berhenti saat ketukan di pintu terdengar. Ashraf menyilakan orang itu masuk sehingga muncul wanita dengan paras aduhai dari balik pintu. Dia adalah Tiara, sekretaris pribadi Ashraf.

"Ada bapak Zain menunggu Anda di ruangannya."

Meskipun Ashraf adalah seorang bos di perusahaan, Zain sebagai ayahnya masih punya ruangan sendiri di perusahaan. Pria itu datang beberapa kali seminggu untuk mengecek situasi kantor.

"Baiklah. Silakan keluar."

Buat apa ayahnya datang hari ini? Apakah Ashraf sedang melakukan kesalahan? Atau mungkin sesuatu yang buruk telah terjadi. Setahu Ashraf penjualan perusahaan bulan ini sama seperti biasanya. Ashraf pamit ke sepupunya. Dia memberikan ponsel Rayyan, kemudian bergegas masuk ke ruangan ayahnya.

"Ada apa, Abi?"

Ashraf bertanya saat ia sudah sampai di hadapan ayahnya. Sepertinya ada kabar kurang sedap sebab wajah ayahnya kelihatan mengerut, seperti sedang terbebani oleh sesuatu.

"Kenapa sekretarismu tak pakai hijab, Ash? Bukannya Abi minta kau tugaskan sekretaris berhijab?"

Ashraf baru ingat. Dia memang sengaja memilih gadis tak berhijab. Alasannya sederhana, ia tidak ingin mengingat Razifa. Gadis berhijab mengingatkan Ashraf mengenai wanita itu.

"Tiara bukan orang Islam, Bi."

Jawaban yang paling tepat. Zain mengerutkan dahi. Bagaimana bisa begitu. Bukankah persyaratan rekrutmen harus pakai hijab? Lalu mengapa menerima gadis non-muslim. Bukan karena non-muslim tidak kompeten. Zain hanya berpikir bahwa pekerja yang se-iman mungkin lebih baik.

"Seharusnya kamu rekrut wanita muslimah dulu, Ash. Apa tidak ada wanita muslimah yang mendaftar?"

"Tidak ada, Bi. Aku pun tak mau pecat Tiara. Kerjaannya bagus. Kita harus profesional, Bi."

Zain tidak membalas. Dia tampak merenung begitu lama. Apa yang tengah dipikirkan ayahnya? Ashraf bertanya, "Apakah Abi datang hanya untuk mengatakan kalau sekretarisku tidak pakai hijab?" Apakah segenting itu permasalahan hijab tersebut?

"Bukan, Ash. Ada sesuatu yang mau Abi bicarakan. Jadi, ada kenalan Abi di perusahaan besar mau melakukan kerja sama. Hanya saja, pertemuan di adakan di Jayapura."

Mendengar Jayapura, itu berarti Ashraf harus menginap di provinsi lain selama beberapa hari. Bagaimana nasib Aisha kalah ditinggal sendirian. Mana Ashraf barusan baca artikel tentang gadis yang tinggal sendirian di sebuah hotel kemudian dibunuh pria tak dikenal.

"Itu artinya, aku harus tinggal beberapa hari di Jayapura?"

"Benar, Ash. Abi berpikir kalau kesempatan ini tak akan datang dua kali. Kita harus terima kontraknya bagaimana pun caranya."

Zain sungguh-sungguh. Ashraf tidak akan menolak perintah itu. Dia sepakat meskipun hati bilang untuk tidak pergi. Ashraf masih duduk di hadapan ayahnya ketika pesan masuk ke dalam nomornya. Dari Aisha. Akhirnya wanita itu menghubungi Ashraf.

Dari: Aisha
Untuk: Ashraf

Pulanglah sekarang, Ashraf. Aku sangat takut.

Pesan Aisha mengingatkan Ashraf akan berita yang baru saja ia baca. Aisha ketakutan. Ada apa gerangan? Apakah seseorang berusaha mengintai kehidupan Aisha? Buat apa? Ashraf sudah bayar mahal agar Kami Rista membebaskan Aisha. Apakah wanita itu masih mengincar Aisha? Seharusnya sudah tidak.

Ashraf percaya pada Mami Rista. Selama ini, Mami tidak pernah ingkar janji. Lalu siapa yang membikin Aisha ketakutan. "Pesan dari siapa, Ash? Apakah sesuatu yang buruk terjadi?"

"Tidak, Abi. Ini hanya pesan konyol dari Rayyan. Aku pergi dulu, Bi."

Ashraf mencium tangan ayahnya. Kemudian berlalu. Dia segera menaiki BMW miliknya, meluncur ke apartemen untuk mengetahui apa yang terjadi pada Aisha. Semoga tak ada kejadian buruk.

Instagram: Sastrabisu

Cinta untuk AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang