Bab 5

59K 3.8K 180
                                    

☘️☘️☘️  

Aisha memberikan uang pinjaman kepada ibunya. Dia lega karena akhirnya rumah mereka tidak akan disita oleh Pak Muhidin. Ini pertama kali Aisha merasa kehadirannya berguna. Lihatlah, Rasyidah. Dia kehabisan kata-kata melihat putrinya bisa menyelesaikan masalah yang wanita itu hadapi.

"Dari mana kau dapatkan uang ini, Aisha?"

Bukan bentakan lagi. Rasyidah bertanya dengan nada pelan. Dia mengambil amplop coklat berisi uang yang disodorkan putrinya. Aisha berhasil membuktikan kalau ia bisa diandalkan oleh keluarganya. Dia bukanlah gadis tak berguna.

"Aisha dapat kerjaan, Bu. Nanti malam Aisha mulai kerja. Tante Rista berani meminjamkan uang setelah beliau tahu permasalahan kita. Ibu harus ketemu wanita itu. Dia sangat baik, Bu."

Rasyidah menampakkan tatapan haru. Dia memeluk putrinya dan berbisik, "Maafkan ibu ya, Aisha. Ibu melampiaskan kemarahan kepadamu. Ibu meremehkanmu. Padahal kau adalah putri yang baik." Akhirnya Aisha dapatkan perhatian ibunya.

"Tidak masalah, Bu. Aisha paham perasaan ibu. Segera ke rumah Pak Muhidin, Bu. Kalau uangnya lama di kita nanti bisa hilang."

Ya Allah. Senangnya bisa meluluhkan hati ibunya yang keras. Aisha ingin momen ini terus terjaga. Tidak ada lagi kebencian di antara mereka.

"Iya. Ibu akan segera pergi."

Rasyidah mengangguk. Wanita itu mengambil kerudung, lalu bergegas menuju rumah Pak Muhidin. Lega sudah. Satu masalah telah selesai.
Rasyidah begitu bangga pada Aisha. Kali ini, dia menyadari bahwa ia terlalu keras memperlakukan putrinya.

Wanita itu memutuskan beli daging di pasar setelah selesai bertemu Pak Muhidin. Dia ingin putrinya terkesan padanya. Anggap saja sebagai permintaan maaf pada putrinya setelah lama ia sering menumpahkan amarah pada gadis itu. Menyalahkan Aisha atas kemiskinan yang melanda hidupnya?

Sementara Aisha memberitahu ayahnya yang masih terbaring bahwa masalah mereka telah selesai. Wajah Mahmud berseri-seri, dia kelihatan lebih bugar. Pria itu mengucapkan hamdalah. Tangannya mengusap lembut rambut hitam Aisha. Bangga sekali punya putri secantik itu.

"Bapak tidak usah kerja keras lagi. Insya Allah, Aisha akan tanggung biaya hidup bapak sama ibu. Bapak cepat sembuh ya."

Aisha berkomitmen. Dia sangat mengharapkan pekerjaan yang dijanjikan oleh Mami Rista. Gadis itu bergantung pada Mami Rista. Baiknya orang itu.... Dia sampai meminjamkan uang puluhan juta kepada Aisha.

Aisha semringah. Sekarang sudah waktunya bagi gadis itu menjadi tulang punggung keluarga, setidaknya dengan membalas jasa orang tuanya dulu. "Kamu kapan kerja, Nak? Selamat ya. Bapak senang akhirnya kamu dapatkan pekerjaan juga."

"Nanti malam, Pak. Aisha akan berusaha kerja lebih keras biar bapak tidak perlu menjadi tukang angkot."

Kasian, ayahnya yang tua harus bekerja keras sebagai supir angkot. Sekarang semua itu tak akan terjadi lagi.

"Nanti malam? Kamu kerja malam? Di mana, Nak? Siapa yang akan antar  pulang?"

Sebagai seorang ayah, Mahmud khawatir akan keselamatan putrinya. Bekerja malam terlalu berisiko untuk Aisha, yang notabene merupakan perempuan. "Tenang saja, Pak. Aisha pinjam motor, Nisa. Jangan khawatirkan Aisha. Bapak fokus pada kesembuhan bapak saja, Oke?"

"Bapak merasa ada yang tidak beres, Nak. Perasaan bapak tidak enak."

"Itu hanya firasat, Pak. Semua akan baik-baik saja. Allah bersama kita."

☘️☘️☘️

"Akhirnya aku dapat kerjaan, Nis. Setelah penantianku beberapa bulan, akhirnya Allah menunjukkan jalan terbaiknya kepadaku." Kebahagiaan Aisha mengalir ke sahabatnya, Nisa.

Nisa tahu betul perjuangan Aisha. Kini semua usaha gadis itu sudah terbayar. Ketika Annisa bertanya mengenai jenis pekerjaan sahabatnya, Aisha menjawab, "Katanya sih CS Telkom. Tapi, belum tentu juga sebab Mami Rista punya perusahaan. Enggak tahu malam ini kerjanya di Telkom atau perusahannya Mami Rista yang bergerak di bidang retail itu."

"Loh, bukannya Telkom tutup kalau malam? Mungkin Mami Rista? Oh kenapa harus panggil Mami?" kata Mami itu tedengar sebab Rista bukanlah ibu kandung Aisha. Dia hanyalah orang asing yang mendadak dipanggil Mami.

"Sepertinya kalangan sosialita," jawab Aisha.

Dia tidak mau berprasangka buruk terhadap wanita yang sudah memberinya pekerjaan.

"Enggak apa-apa kalau bukan Telkom. Yang terpenting dapat pekerjaan. Mami Rista sangat baik. Dia bahkan meminjamkan 20 juta, padahal kami baru pertama kali bertemu," lanjut Aisha.

Ada kecurigaan dalam benak Nisa. Namun, ia tak mau merusak kesenangan sahabatnya. Dia mendukung Aisha, memintanya semangat bekerja di hari pertamanya.

☘️☘️☘️

Sebelum berangkat kerja, Rasyidah menghidangkan menu yang berbeda. Ada olahan daging sapi di meja makan. Aisha terharu akan perubahan ibunya. Dia sampai menitikkan air mata kebahagiaan. Aisha berjanji tak akan kecewakan ibu dan ayahnya.

"Kenapa kita berada di hotel, Mami? Apa pekerjaannya resepsionis hotel?"

Jantung Aisha berdebar hebat. Dia merasa ada sesuatu yang salah. Dia mulai berpikiran buruk ketika Mami Rista mengajaknya pergi ke sebuah kamar bernomor 401. Aisha mencengram kuat tas berisi mukenah di tangannya. Ya Allah, pekerjaan apa ini? Semoga tak seperti yang dia bayangkan. Wanita yang ada di sampingnya ini tak akan menjual Aisha, 'kan?

Mami Rista berhenti melangkah. Dia menatap mata Aisha serius, lalu berkata, "Maafkan Mami, Aisha. Perusahaan Mami bergerak di bidang perdagangan wanita. Kamu salah satu barang jualan, Mami. Uang 20 juta itu adalah harga dari perawanmu."

Aisha membuka mulut lebar-lebar. Tas mukenah jatuh di lantai. Jantungnya terasa diremas. Dia berusaha meraih benda yang jatuh di lantai. "Aku bukan perempuan seperti itu. Aku tidak bisa menghancurkan kehormatanku. Aku harus pulang. Jangan lakukan ini, Mami Rista!"

Aisha melangkah satu langkah ingin keluar dari hotel ini.

Tangan Aisha dicekal. "Apa perawanmu itu sangat penting? Ingat orang tuamu, Aisha. Hanya dengan cara ini mereka akan bahagia."

Aisha memang akan melakukan apapun. Tapi, mengorbankan kehormatannya sebagai wanita bukanlah hal yang dia inginkan. Aisha ingin menyenangkan hati orang tuanya melalui jalan yang baik. Bukan dengan menjajakan tubuhnya.

"Aku tidak mau berikan orang tuaku uang haram. Aku berjanji akan ganti uang, Mami. Aku tidak mau seperti ini! Ini adalah perzinahan. Aku tidak bisa membohongi diriku atas sesuatu yang salah."

Aisha melangkah beberapa langkah menjauh. Kemudian dua bodyguard tiba-tiba muncul di hadapannya menghalangi jalan Aisha. Mereka memaksa Aisha masuk ke dalam kamar 401. Ya Allah, apakah Aisha harus kehilangan kehormatannya sekarang? Jangan.... Aisha tidak siap kehilangan mahkotanya sebagai wanita.

"Lepaskan aku! Aku tidak mau seperti ini."

Aisha menggedor-gedor pintu, berharap seseorang membuka pintu dari luar. Jangan. Aisha tidak menginginkan ini terjadi. Apa kata orang tuanya kalau tahu Aisha bekerja sebagai wanita malam? Tidak bisa. Ini tidak boleh terjadi. Mengapa takdir Aisha harus berakhir begini. Kenapa tidak ada setitik saja kebahagiaan untuknya. Rencana apa yang mau Allah tunjukkan padanya.

Jangan sakiti, Aisha dengan cara yang kejam seperti ini.... Aisha membatin. Cairan bening membasahi pipinya.

Instagram: Sastrabisu

Cinta untuk AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang