21. Permintaan Rose

6.4K 919 185
                                    

Rose berlari kecil, menyusuri koridor sekolah yang tidak terlalu ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rose berlari kecil, menyusuri koridor sekolah yang tidak terlalu ramai. Dikedua tangannya ada sebuah kotak berwarna hitam, dirinya juga menunjukkan senyum manisnya kepada orang-orang yang dia lalui.

Harinya tampak bahagia.

Sampai di taman sekolah, dia menemukan seseorang yang daritadi dicarinya.

"Jeffrey" Rose melambaikan tangannya, saat Jeffrey menoleh.

Dengan gerakan tangan, Jeffrey menyuruh Rose duduk disampingnya. Rose dengan semangat mengiyakan.

"Nih, buat lo" Rose memberikan kotak berwarna hitam itu kepada Jeffrey.

"Buat gue?" Tanya Jeffrey, meyakinkan.

"Iya, for you" jawab Rose, sambil menganggukkan kepalanya.

Jeffrey membuka kotak itu, membuat seulas senyuman kecil tercetak dibibir Jeffrey.

Dua tiket bioskop.

"Lo mau nonton, Se?" Lagi-lagi Rose mengangguk, sudah lama rasanya mereka tidak pergi ke bioskop berdua, "tumben" lanjutnya.

Rose menyentuh tangan Jeffrey, kemudian menatap matanya penuh arti.

"Ayo buat kenangan indah, gue mau habisin waktu gue sama lo" ucap Rose, tangannya masih memegang tangan Jeffrey.

"Jangan galakin gue satu Minggu ini, gue mau relationship kita kayak orang-orang. Kali ini aja turutin kemauan gue ya, jangan toxic" mohon Rose, mengusap pelan tangan Jeffrey menggunakan jari-jarinya.

"Of course, why not?" Respon baik Jeffrey membuat senyum Rose semakin mengembang, tak menyangka jika Jeffrey mau menurutinya.

Demi apa?!

"Jeff, bolehkan seminggu ini gue manja sama lo?" Jeffrey mengangguk, dia juga ingin menjadi seseorang yang baik untuk Rose.

Dia juga tahu betul kesalahannya terlalu fatal dan tak termaafkan.

Tapi setidaknya Jeffrey mau memperbaiki, walaupun nantinya banyak yang akan kecewa kepada dirinya, termasuk seseorang yang kini sedang bersandar di bahunya.

Jeffrey menghela nafas berat, semua pasti akan terjadi dan dia belum siap akan hal itu. Rasa takut itu selalu muncul di benaknya. Rose itu segalanya untuk Jeffrey, dan Jeffrey tidak mau segalanya hilang dari dirinya.

"Lo semalem dianter Enu sampe rumah kan?" Tanya Jeffrey, tak mengusik rasa nyaman Rose di bahunya.

"Iya lah, emangnya Enu itu lo, main nurunin di jalan" jawab Rose, menusuk.

Jeffrey terdiam, kenapa dirinya sebodoh itu membiarkan pacarnya menangis di jalanan karena ulahnya?

"Maaf"

"Iya"

Di semak-semak, Enu menguping pembicaraan antara Rose dan Jeffrey. Rasa iri terus menyelimuti hatinya, kenapa kebahagiaan tidak ada untuknya? Kan seharusnya yang ada disana itu Enu, bukan Jeffrey!

Hastag #enusadboy2k20

Enu si cowok gentleman tak terasa sudah meneteskan air matanya, dia tidak ikhlas melihat keuwuan ini.

Enu secengeng  itu.

Dia juga menginginkan seseorang yang baik seperti Rose, yang perhatian seperti Rose, yang pipinya chubby seperti Rose, all about Rose deh pokoknya.

Sama halnya dengan Jeno si kucing garong, dia juga ikut menguping di semak-semak. Tapi bisa-bisanya dia tidak menyadari adanya Enu di sampingnya, padahal tarikan ingus terdengar sangat jelas.

"Heh bocah, ngapain lo?" Tanya Enu, disela tangisannya.

"Heh tua, lo juga ngapain mewek disini?" Tanya Jeno, balik.

"Ya suka-suka gue lah" jawab Enu, mengelap ingusnya menggunakan kaos rangkapnya.

"Ya berarti suka-suka gue juga lah" kata Jeno, menunjukkan wajah songongnya.

Enu dan Jeno tidak lagi melanjutkan perdebatan mereka. Karena mereka berdua kembali sibuk mengamati Rose dan Jeffrey, yang saat ini rambutnya si Rose dielus-elus Jeffrey.

"Idih sok mesra" gumam Jeno, masih terdengar oleh Enu.

"Gak usah iri lo, njing" julid Enu, menoel paha Jeno.

"Heh! Belok ya lo?!" Tuding Jeno, mendorong tubuh Enu sampai kejengkang.

"Astagfirullah, jahanam lomnte!" Seru Enu, balas mendorong tubuh Jeno.

"Gue bilangin emak gue lo, nyet!" Ancam Jeno, kemudian terdiam karena mengingat sesuatu, "oh iya, emak gue kan udah wassalam" lanjutnya.

"Dasar lobang kerud" Enu meninggalkan Jeno yang masih bergelut dengan pikirannya.

Tiba-tiba Jeno mengingat mamahnya, walaupun selama hidup di dunia mamahnya tidak pernah berperilaku baik, tapi Jeno sayang kok. Karena bagi Jeno "No matter how big your mistake is, she is still my mother and will be like that."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang