04. Savior

9K 1.2K 240
                                    

"Oh, lo baik-baik aja" gumam Jeffrey, dibalik jendela kelas Rose

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, lo baik-baik aja" gumam Jeffrey, dibalik jendela kelas Rose. Dirinya sangat penasaran dan khawatir tentang keadaan pacarnya itu, padahal dirinya lah yang membuat Rose dalam celaka.

"Jeffrey, ngapain kamu berdiri disitu? Bolos?" Tanya Bu Seulgi, guru yang saat ini mengajar dikelas Rose.

Mendengar nama 'Jeffrey' disebutkan, Rose beserta para sahabatnya langsung menoleh kala itu juga. Dan benar saja, disana ada Jeffrey dengan muka flatnya.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Jeffrey berlalu meninggalkan kelas Rose. Memang manusia satu itu tidak memiliki sopan santun.

"Kenapa sih dia?" Rose bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, Jeffrey terlalu aneh untuk dimengerti.

Oh iya, Rose semalam langsung diperbolehkan pulang dari ruang inap. Sebenarnya belum diperbolehkan, tapi dia memaksa, takut bunda dan prima mencemaskannya dirumah.

Rose juga diantar oleh ibu Jisoo sampai ke rumah, dan beralasan mereka pergi bersama sepulangnya Rose dari sekolah.

"Se, Jeffrey tuh punya penyakit jiwa gak sih? Aneh banget tau gak sikapnya" bisik Lisa, takut ketahuan Bu Seulgi.

Rose menggeleng, dia juga tak tahu Jeffrey ini kenapa? Tapi tak bisa dipungkiri, Rose juga curiga akan hal yang satu itu.

Apa jangan-jangan selama ini Jeffrey terguncang jiwanya? Tapi itu tidak mungkin, secara cowok itu masih bersikap normal-normal saja kepada teman-temannya.

Tteeett.. tteeett..

Bell istirahat berbunyi, tanda Bu Seulgi meninggalkan kelas ini. Murid-murid berbondong-bondong pergi ke kantin, rela berdesak-desakan demi mengisi perut yang kosong.

Rose tak bergeming dari tempat duduknya, padahal Lisa sudah mengajak dirinya untuk pergi ke kantin bersama yang lainnya. Tapi, Rose menolak, katanya dia mengantuk dan akan tidur sejenak. Dan Lisa mengiyakannya.

Padahal itu sebuah kebohongan, dimana badannya sakit untuk digerakkan. Rose hanya bisa menangis dalam diam, sambil meratapi nasibnya yang buruk ini.

Kenapa harus dia? Apa kedua orangtuanya mempunyai dosa dimasa lalu, sehingga dirinya lah yang harus menanggung?

Entahlah.

"Ayo!" Tiba-tiba saja Jeffrey datang dan langsung menarik tangan Rose dengan kuat, sehingga gadis itu harus terseret-seret karena kaget.

Rose sama sekali tidak mengetahui Jeffrey akan datang dan menarik tangannya seperti ini.

"Jeff, lepas" kata Rose, berusaha melepaskan tangan Jeffrey yang bertengger dipergelangan tangannya.

Jeffrey tak bergeming, dia terus berjalan tanpa memperdulikan Rose yang memohon untuk dilepaskan tangannya.

Ternyata Jeffrey membawa Rose ke kantin, dimana pasangan toxic ini sekarang menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Mereka selalu menjadi penonton setia antara Jeffrey dan Rose ketika bertengkar.

"Duduk!" Jeffrey mendorong Rose disalah satu kursi yang ada disitu, membuat Rose harus menahan malunya karena diperlakukan seperti ini didepan banyak orang.

Bahkan dari kelas X sampai kelas XII memperhatikannya sejak dirinya datang.

Tak lama Jeffrey datang membawa nampan berisi bubur ayam dan teh manis, yang kemudian dia sodorkan begitu saja dihadapan Rose.

"Makan!" Suruh Jeffrey, menatap tajam Rose.

Rose menggeleng, dia sedang tidak berselera memakan bubur ayam siang ini.

"Makan! Gue bilang makan ya makan!" Ucap Jeffrey, penuh penekanan disetiap katanya. Belum lagi kakinya yang besar menginjak kaki Rose dibawah sana.

"I-iya" dengan paksa, Rose memakan bubur ayam yang sudah Jeffrey belikan untuknya. Sambil menangis, Rose terus menguapkan bubur itu hingga tak tersisa.

Rasanya mual sekali ketika makan makanan yang dipaksakan.

"Nih, ambil"

Rose menoleh, menemukan Jeno yang sedang menyodorkan air mineral untuknya. Karena tak kunjung diterima oleh Rose, Jeno segera membukakan tutup botolnya untuk langsung Rose minum.

Hal itu dilihat oleh Jeffrey secara jelas, bagaimana bisa adiknya mencoba menikung sewaktu ada dirinya? Terlalu nekat.

"Minum, Se."

"Lo buta apa gimana?! Jelas-jelas gue udah beliin dia teh manis!" Jeffrey yang tak terima akhirnya berdiri dan menggebrak meja, membuat orang-orang lagi-lagi harus mengalihkan perhatiannya.

"Lah, mana gue tau" jawab Jeno, santai.

"Ck. MATI AJA LO SANA! GAK GUNA!" Teriak Jeffrey, sedikit mendorong tubuh Jeno.

"Kalo gue mati, terus siapa yang jagain Rose dari-" Jeno menjeda kalimatnya, menatap Jeffrey dari atas sampai bawah, "orang brengsek kayak lo" lanjutnya.

Bugh

Jeno tersungkur, Jeffrey membogem pipinya dengan kuat.

Rose panik melihat sudut bibir Jeno yang mengeluarkan darah, dia pernah diposisi itu, jadi dia tahu betul bagaimana rasa sakitnya.

Jeno berdiri, kemudian mengusap dengan kasar darah yang keluar dari sudut bibirnya. Cowok itu berfikir "oh, ini yang Rose rasain."

Bugh

Jeno membalas bogeman diwajah Jeffrey, persis seperti apa yang kakaknya lakukan tadi. Biar si brengsek itu merasakan apa yang pernah dia lakukan.

"Enak? Tuh tulang pipi lo keluar darahnya" tunjuk Jeno, menggunakan dagunya.

"Lo gak mau ikutan, se? Pukul tuh orang yang selama ini nyakitin lo, mumpung lagi letoy" Jeno tertawa remeh.

Rose? Dia tidak bereaksi apa-apa selain menangis, kakak beradik ini bertengkar karena dirinya. Rose tidak bisa melihat antar saudara kandung yang saling membenci, apalagi itu demi membelanya.

Rose tidak membutuhkan pembelaan jika ujung-ujungnya ada yang terluka. Dia lebih suka diperlakukan seperti biasanya, karena tidak akan ada korban lain didalamnya.

"Bacot lo, kntl!" Jeno menaikkan alisnya, "kenapa kntl gue? Mau liat?" Tanyanya.

Orang-orang disana menahan tawanya, sampai ada yang merah wajahnya, karena takut kalau mau tertawa.

"Apa lo" Jeffrey melirik tajam ke siapa saja yang berusaha menahan tawanya.

"Apa lo" Jeffrey melirik tajam ke siapa saja yang berusaha menahan tawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang