13. si Gadis Ular

6.7K 1K 311
                                    

"Pagi, Se"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi, Se"

Sapaan lembut itu mampu membuat telinga Rose bergidik ngeri. Dia adalah manusia bermuka dua yang sangat pandai berperilaku manis layaknya seorang bidadari.

Untungnya, Rose tidak tertipu dengan itu semua.

Dasar penghianat!

"Pagi" balas Rose, dengan wajah flatnya.

Sumpah demi apapun, Rose benci bertemu dengan gadis di depannya ini. Sangat muak dan benar-benar muak.

"Se, lo belum bayar duit kas selama tiga Minggu ya" Jiho memperingati Rose yang belum sempat duduk di bangkunya.

"Oh iya ya, kenapa lo gak nagih sih? Gue kan orangnya pelupa" kata Rose, menghampiri Jiho di bangku yang paling pojok.

"Ya gimana, gue gak enak lah, Se."

Rose hanya mengangguk saja, dia tahu alasan Jiho tidak menagihnya belakang ini. Apalagi kalau bukan ulah Jeffrey yang terus menyakitinya.

Membuat siapapun enggan berdekatan dengan Rose. Kalau dipikir kembali, jahat juga mereka.

Rose mengulurkan uang berwarna biru kepada Jiho, namun tangan lain ikut mengulurkan uang yang sama dengannya.

"Pake uang gue aja, Se."

Si ular rupanya, dan itu membuat Rose harus tersenyum paksa melihatnya.

"Gue mampu bayar kok, lo gak usah khawatir. Karena ayah sama bunda gue selalu ngasih apa yang harusnya mereka kasih, mending simpen uang lo buat bantu orang yang butuhin" ucap Rose, menjauhkan uang dan tangan si ular untuk tidak ikut campur urusannya.

"O-oh, oke"

Iblis yang bertopeng malaikat itu pergi meninggalkan Rose dan Jiho. Wajahnya merah karena menahan malu.

"Apa banget sih, jingan!" Kesal Jiho, menatap punggung si ular dengan sinis.

"Udahlah, ini catet dulu" Jiho hanya mengangguk mengiyakan.

"Se!"

Rose menoleh, mendapati teman satu kelasnya yang sangat menjengkelkan di ambang pintu.

"Jeffrey gak masuk, tytydnya kejepit lemari katanya"

"Apa sih, Gyu!" Kata Rose, malu.

"Ihh, dikasih tau juga" ucap Mingyu, dengan nada bicara yang sok imut itu.

Sebenarnya, Rose sangat ingin tertawa oleh lelucon yang Mingyu buat. Sayangnya ini sangat menjijikkan, membuat Rose enggan menunjukkan lengkungan di bibirnya.

Ya, Mingyu gagal lagi untuk ke empat ribu kalinya membuat Rose tertawa. Padahal niat awalnya ingin menghibur gadis itu, karena dia rindu dengan tawa seindah pelangi yang dulu selalu Rose ciptakan setiap waktu.

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang