Rose membopong tubuh bongsor adiknya sampai di kedai es kelapa muda. Dia harus menuntaskan rasa hausnya.
Dia juga bingung harus menyikapi keadaan ini seperti apa? Tidak mungkin kalau dia menelepon Prima, itu akan membuat keadaan semakin rumit.
Yang Rose yakini saat ini adalah berharap Nana segera sadar, gadis itu juga berusaha mencari obat penawar di Google.
"Na, sadar yok, kita pulang" Rose menepuk-nepuk pipi Nana dengan pelan.
"Na-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, Nana tiba-tiba saja memeluk Rose dari samping, karena posisi mereka berdua yang tengah duduk.
"Brengsek! Jangan ambil kakak gue dong, banci!" Gumam Nana, membuat Rose terkejut bukan main.
"Anjing! Gue gak akan maafin lo sampe lo busuk di dalem penjara!" Untuk kedua kalinya, Rose terkejut dengan kata kasar yang keluar dari mulut adiknya itu.
Ini pertama kali dalam hidup Rose mendengar adiknya mengumpat.
"Na? Kamu kenapa heh?" Rose masih mencoba menepuk-nepuk pipi Nana, tapi tak kunjung membuat remaja itu sadar.
"Aduh naaa, kakak gak tau harus ngelakuin apa biar kamu sadar" ucap Rose, frustasi.
"Oy, masih aja pelukan. Dosa!" Teriak Jeffrey, diatas motor besarnya.
Rose memilih tidak menggubris kehadiran Jeffrey yang benar-benar minta dicakar bibirnya. Kan Rose sudah setuju dengan perjanjian yang Jeffrey buat waktu itu, dimana disebutkan tidak boleh mencelakai anggota keluarganya Rose.
Tapi lagi-lagi Jeffrey mencelakai keluarga Rose, entah itu Prima ataupun Nana. Dan sudah sangat jelas, Jeffrey melanggar perjanjiannya sendiri.
"Gimana na, enak kan mabok? Besok deh gue ajak ke bar sekalian, banci amat makan seledri doang udah teler" Rose menghembuskan nafas kasar, dia benci kata-kata Jeffrey barusan.
"Oy, na. Jangan nempel ke pacar gue dong! Gue cemburu nih" seru Jeffrey, melempar sebatang rokok, tepat mengenai bibir bawah Nana.
"Tuh gue kasih, gue tau banget kok bapak lo gak sempet ngasih. Kan bapak lo sibuk ngamar sama cewek-cewek seksi" ucapan itu membuat darah Rose mendidih, beraninya dia berkata seperti itu tentang ayahnya.
"Bentar, na. Kamu nyender di meja dulu" Rose membenarkan posisi Nana sebelum berdiri dan menghampiri Jeffrey.
Plak
"HINA GUE! JANGAN AYAH, BUNDA ATAUPUN IBU GUE! LO GAK TAU APA-APA TENTANG HIDUP GUE! LO CUMAN ORANG LAIN YANG KEBETULAN KENAL SAMA GUE! LO BUKAN SESEORANG YANG TAU DAN FAHAM SAMA HIDUP YANG GUE JALANIN!" Rose berteriak di depan wajah Jeffrey, tak peduli air liurnya mencuat kesana kemari.
"Sampah!" Jeffrey mendorong tubuh Rose, hingga di cantik terjengkang ke belakang.
Dengan refleks, Nana yang sempoyongan dan mata merem melek itu berjalan cepat ke arah kakaknya. Walaupun itu sangat susah untuk dilakukan.
"Woy! Sialan lo!" Teriak Nana, antara sadar tak sadar.
Rose menjadi khawatir melihat adiknya berjalan mendekati nya, dia takut Nana terjatuh. Lihat saja kakinya yang tidak tegak lurus begitu.
"Nana udah disitu aja" titah Rose, menunjuk adiknya.
Rose berdiri, dia segera lari- tapi tidak jadi karena rambutnya ditarik oleh Jeffrey. Rose tidak merasa bagaimana-bagaimana, tapi di depannya ada Nana yang membuatnya panik dan khawatir.
Jeffrey terus menguatkan tarikan di rambut pacarnya itu, membuat Nana jengkel dibuatnya.
"Lepas!"
Jeffrey sama sekali tidak peduli dengan ucapan Nana, dia malah mengejek Nana dengan wajah menyebalkan nya.
"CIH, BRENGSEK! PERGI GAK LO?!"
Jeffrey pergi begitu melihat kedatangan Caca yang tengah membawa payung.
Jeffrey and caca, what's wrong with them?
Seneng g?
Kalo ada something yg mau disampaikan, silahkan kirim pesan aja ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
Teen FictionBuktinya yang lemah akan kalah. Jaehyun x Rose Sebelum membaca, saya ingin menekankan kalau saya tertekan, g dong. Cerita ini berdasarkan kisah realistis para muda-mudi yang sulit keluar dari lingkaran setan. Disini tidak ada unsur menye-menye, ceri...