Awalnya

8.8K 710 121
                                    

" AKU BENCI PAPI."

Teriak Hendery sembari menutup pintu kamarnya dengan kencang.

Lalu Ten ia hanya terduduk di sofa lalu menghela nafasnya dengan kasar. Sudah hampir satu bulan Hendery selalu pulang dengan keadaan yang menyedihkan, ia tampak muram dan sedih. Bahkan ia pernah pulang dengan tas yang kotor dan seragam yang jauh dari kata bersih, Ten pernah bertanya pada Hendery, tapi anak itu hanya menjawab 'aku di jauhi oleh teman-teman ku' lalu ia menangis sesegukan di pelukan Ten.

Hati orang tua mana yang tidak sedih melihat anak satu satunya menangis, di pelukan nya hampir setiap hari. Ten selalu berusaha memberikan saran saran kecil seperti, coba berikan teman mu makanan, coba kau berikan lelucon lucu, dan coba bertanya pelan pelan pada mereka.

Namun hasil nya nihil, teman teman nya tetap saja tidak mau berteman lagi dengan Hendery. Ah, tentu Ten pernah bertanya pada guru di sekolah, tapi mereka bilang tidak ada yang salah dan semua akan baik baik saja.

" Hendery, ayo buka pintu kamarmu nak. Papi ingin kita berbicara."

Ten mengetuk pintu kamar anak nya dan hanya terdengar suara isakan isakan dari dalam.

" Nak, jika kamu ingin menangis lebih baik di pelukan papi. Papi tidak mau mendengar mu menangis sendirian sayang."

Ten mengetuk lagi. Hendery tetap tidak ingin membuka pintu kamarnya ia memang keras kepala persis seperti Ten.

" Hendery, ayo buka. Papi mohon, jika tidak dibuka papi akan menangis sendirian disini, karena kau juga menangis sendirian." Ucap Ten

Dan benar, Ten ikut menangis. Ia tidak mau anak nya menangis sendiri di dalam, ia mau anak nya menangis disini bersamanya di pelukan nya, bukan nya di kamar sendirian.

Hendery yang mendengar isakan dari Papinya pun membuka pintu kamarnya. Ia berlari keluar dan langsung menghampiri Ten yang menangis.

" Papi jangan menangis seperti Hendery." Lirih Hendery

" Nanti kalau papi menangis, siapa yang akan memeluk Hendery nanti." Hendery menghapus air mata Ten.

Ten tersenyum.

" Papi tidak akan menangis jikau kau berjanji untuk menangis di pelukan papi, bukan menangis sendirian nak."

" Iya papi Hendery janji."

Hendery menganggukan kepalanya. Ten menarik Hendery perlahan dan memeluknya, ah rasanya hari ini melelahkan bagi dirinya dan Hendery.

***

Besoknya seperti biasa Ten menyiapkan bekal untuk Hendery dan sarapan bersamanya lalu bersiap siap mengatar Hendery ke sekolah.

" Aku sudah siap Papi." Seru Hendery yang sudah mengenakan pakaian nya dengan rapih dan membawa ransel merah kesayangan nya.

" Ah anak papi sangat tampan, nanti ingat ya apapun yang dilakukan teman teman mu usahakan tidak membalas kecuali jika mereka menyakitimu duluan."

Ten mengelus surai hitam dan lembut Hendery dan mengecup puncak kepala anaknya. Untuk ukuran anak kelas 3 sekolah dasar Hendery cukup manis dan tinggi.

Hendery menganggukan kepalanya dan tersenyum manis.

Ten merasa sangat hangat ketika melihat anak sematawayang nya tersenyum.

**

Hari itu di sekolah Hendery hanya makan dan istirahat sendirian. Ia tidak bermain sepak bola dan voli seperti teman teman nya yang lain, ia hanya duduk di bangku taman sekolah nya sembari menggambar.

Hendery & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang