Awal Kebenaran

2.6K 359 30
                                    

Setelah kejadian di lift akhirnya Johnny dan Ten menunda makan siang mereka. Johnny akhirnya mengantarkan Ten pulang dan ia langsung bersiap siap untuk acara makan malam keluarganya dan pergi bersama Yuta dan Haechan. Ah, tentu Johnny tidak menganggap semua yang datang adalah keluarga kecuali Yuta dan Haechan. Baginya Acara makan malam keluarga ini hanya kedok Ayahnya, untuk menyatukan dirinya dan Lucas. Baginya tidak ada kata keluarga, untuk dirinya dan Lucas.

" Haechan bakal kaget ga si John?" Tanya Yuta sembari matanya terus menatap jalan.
" Ga tahu."
" Lu ga pernah bahas Lucas di depan Haechan ?" Johnny menggelengkan kepalanya.
" Gila, nanti dia kaget dan nanya nanya gimana ?"
" Dia bukan paman nya Haechan. Dia bukan adik gue. Jadi buat apa dijelasin ke Haechan ?"
" Emang, abang gue pengen di toyor Ayah terus."
" Berisik Yuta, nanti Haechan bangun. kasian dia."

Tak lama mereka sampai di restoran bergaya klasik. Johnny langsung membangunkan dan menggendong Haechan. Yuta hanya mengikuti mereka dari belakang, ia tak mau jalan bersebalahan dengan Kakak nya yang terlihat tidak sedang dalam mode kepala dingin. Mereka akhirnya masuk dan duduk di suatu ruangan, disana terlihat Ayah nya dan Lucas sedang berbincang. Pemandangan yang sangat menyebalkan bagi Johnny.

" Ah cucu kakek sudah datang." Ayah nya Johnny tersenyum dan nenghampiri Haechan.
" Anak ayah juga udah dateng." Timbal Yuta
" Ayah ga buta Yuta."
" Long time no see, Yuta & Johnny." Ucap Lucas dan Johnny hanya menganggukan kepalanya.
" Yoo Lucas, gimana di Cina ?" Tanya Yuta, Yuta memang tidak membenci Lucas sebanyak Johnny membenci Lucas.
" Ah, baik disana juga seru dan ga seperti di Korea. Disana lebih padat."
" Sama kalau gitu, di Jepang juga lebih padat ketimbang disini." Yuta dan Lucas pun berbicang santai. Sedangkan Johnny ia hanya memperhatikan Haechan yang sedang mengobrol dengan Ayah nya.

" Haechan, sudah kenal sama Uncle Lucas ?" Tanya ayah Johnny dan Haechan menggelengkan kepalanya.
" Ayo kenalan dulu, dia juga paman nya Haechan sama se.-" Johnny yang mendengarnya langsung memotong ucapan Ayah nya.
" Bukan, paman kamu cuma Yuta." Potong Johnny sembari menatap tajam ke arah Ayahnya.
" Johnny Suh."
" Aku tidak salah, memang saudara kandungku hanya Yuta." Johnny melirik Lucas dengan tatapan yang sinis.
" John, Ayah tidak mau berdebat hari ini. Ayah hanya mau makan malam tenang bersama semua anggota keluarga Ayah."
" Ayah yang memulai, Haechan tidak perlu di jelaskan atau di beritahu siapa pria yang ada di sebelah ayah, Haechan bukan bagian dari permasalahan rumit ini. Haechan anak ku, aku yang berhak memberitahu atau bahkan tidak memberitahu dia tentang apapun." Johnny mengepalkan tangannya da  menatap Ayah nya dengan sinis, ah tidak. Johnny menatap Lucas dan Ayah nya dengan sinis.

" John udah John." Ucap Yuta mencoba menenangkan kakaknya.

" Ayah udah, kalau Johnny ga mau ngenalin atau ngakuin Lucas sebagai paman atau adik nya. Itu bukan masalah besar, inget kan tujuan kita disini makan malam bersama." Ucap Lucas dan dia mencoba untuk tenang dan tidak terpancing akan tatapan Johnny yang semakin tajam dan sinis padanya, sedangkan Ayahnya hanya mengangguk dan mereka melanjutkan makan malam bersama.

Setelah perdebatan singkat, keluarga Suh hanya makan dengan tenang. Haechan pun tidak berbicara apapun, ia merasa tidak nyaman dengan suasana ini sehingga dirinya menjadi pendiam.

**

Terdengar bunyi bel apartemen nya. Ten langsung membukakan pintu apartemen nya, ia tahu pasti itu Doyoung. Ten langsung menyambut Doyoung dan anak nya yang bernama Yangyang, Ten mempersilahkan mereka duduk di sofa dan membuat minuman kesukaan Doyoung.

" Ten, ga perlu banyak basa basi sekarang jelasin dimana kamu ketemu Lucas?" Ten membulatkan matanya, Doyoung benar benar tidak berbasa basi.
" Ga ketemu sih, cuma mungkin itu anak nya. Jadi kemarin pas di supermarket ada anak kecil yang nangis dan aku bawa dia ke pusat informasi, terus pas aku tanya siapa nama orang tuanya. Dia jawab Lucas Wong."
" Hah? Bisa aja itu bukan Lucas."
" Tapi kok aku punya firasat itu Lucas."
" Mana mungkin Ten, aku akan snagat terkejut jika pecundang itu berani kembali ke Korea lagi setelah ninggalin kamu sama Hendery." Ten terdiam. Ucapan Doyoung cukup masuk akal, untuk apa Lucas datang ke Korea padahal dirinya sudah bahagia di Cina dan bahkan sudah punya keluarga baru.

" Tapi Ten, Hendery pernah tanya atau ingin tahu siapa Ayah nya?" Ten menggelengkan kepalanya.
" Kenapa ?"
" Buat apa memberitahu Hendery tentang seseorang yang bahkan ga peduli terhadap kondisi Hendery." Doyoung mengadikan bahu nya.
" Ga salah sih Ten. Tapi kamu yakin Hendery ga masalah ?"
" Sampai saat ini dia ga masalah." Lirih Ten.
" Kalau nanti Hendery nanya, jelasin ya Ten. Dia berhak tahu semuanya." Ten hanya mengangguk pasrah.

Sedangkan Hendery, Ia sedang bermain bersama Yangyang dikamarnya. Sebenernya Hendery  tidak sepenuh nya baik baik saja. Ia tidak sepenuh nya tidak tahu kebenaran tentang dirinya, Hendery pernah tidak sengaja membuka ponsel Ten dan menemukan pesan yang menjanggal. Pesan yang terulis bahwa pengirim nya 'Huang Xuxi'. Hendery ingin menanyakan siapa orang itu dan kenapa bermarga seperti dirinya, tapi ia tidak mau Papi nya merasa sedih atau bahkan kecewa.

" Kak Hendery, kok bengong?" Hendery mengerjapkan matanya.
" Ah, iya. Maaf ya Yangyang aku merasa tidak baik hari ini." Yangyang hanya mengangguk, tapi ia melihat luka di dekat lutut Hendery dan kebetulan ia menggunakan celana pendek.
" Kak kok ada luka, kakak jatuh?" Hendery menganggukan kepalanya.
" Iya, tadi pagi kakak jatuh."
" Obatin dulu kak, nanti tambah parah."
" Ga perlu yangyang, nanti juga sembuh."
" Engga boleh, kata Papa yangyang luka itu kalau dibiarin bakal bisa busuk." Yangyang menjelaskan sembari mengangkat jari telunjuknya.
" Ini ga parah kok." Elak Hendery, tapi Yangyang menggelengkan kepalanya dan langsung keluar dari kamar Hendery.

" Phi Ten, Phi Ten. Aku minta betadine dan alkohol." Ucap Yangyang dan Ten mengerinyitkan keningnya.
" Untuk apa?" Tanya Doyoung
" Kak Hendery lututnya luka." Ten langsung mengambil kotak p3k dan menghampiri Hendery.

" Kok ga bilang Papi kalau kamu luka?" Ten menghampiri Hendery yang sedang duduk.
" Engga parah pi."
" Tapi tetep Luka, sini Papi obatin." Hendery hanya pasrah.
" Kamu kenapa sering dapet luka, Papi tahu ya pas kamu luka dimana aja. Bukannya setelah kenal Haechan kamu seneng dan ceria lagi ?" Hendery hanya terdiam.
" Ada sesuatu yang kamu rahasiain?" Ten memicingkan matanya, Hendery tidak menjawab.
" Kalau ada coba cerita sama Papi. Papi kan mau tahu semua hal tentang kamu di sekolah." Hendery menghela nafasnya.
" Hendery baik baik aja." Hendery mencoba tersenyum.
" Hendery bohong ya? Papi ga mau ya Hendery senyum nya di paksa atau palsu. Papi mau Hendery janji buat ga maksa senyum." Ten mengacungkan jari kelingking nya.
" Lho Tumben pi?" Hendery menatap bingung Papinya, tidak biasanya ia mengajak pinky promise.
" Papi tadi siang bikin janji sama seseorang nah dia ngajak pinky promise. Jadi papi juga mau pinky promise sama Hendery."
" Siapa yang ngajak Pi ?"
" Pokonya ada seseorang, udah ayo janji dulu."
Hendery hanya pasrah dan mengaitkan jari kelingking mereka dan mereka terkekeh bersama.

" Drrrt." Ponsel Ten berbunyi dari ruang tengah. Doyoung yang mendengarnya langsung mengambil ponsel Ten dan hendak memberikan nya pada Ten, tapi saat ia mengambilnya nya tertulis 'Huang Xuxi.' Di layar ponsel Ten.

" Ten, dia menelfon mu." Seru Doyoung sembari memberi tatapan 'Pecundang itu' .

Ten langsung menghampiri Doyoung dan mengambil ponselnya.

" Hallo Ten, bagaimana kabar mu?"

" Baik."

" Aku ingin bertemu dengan mu."

" Aku rasa tidak perlu."

" Aku ingin menemui Huang Guanheng."

" Dia tidak mengenalmu."

" Akan kupastikan dia mengenal ku." Lucas mematikan sambungan telfon.

Lalu Ten ia menghela nafasnya dan memijit pelipisnya. Sialnya, laki laki yang bernama Huang Xuxi atau Lucas Wong itu benar benar ada di Korea dan ingin menemui Hendery.

**

Aku suka lupa ngecek pas update karena langsung ngerjain part lain jadi klo ada typo komentar aja ya:)

Terima Kasih.

Hendery & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang