His real temperament

1.1K 31 2
                                    

Satu bulan kemudian ...

"Amel mau kemana? Kok, barang-barangnya di siapin semua kayak mau pergi? Kemarin kan kamu baru aja nyampe?"tanya Ibu Amel heran. Amel hanya nyengir kuda.

"Ayo jujur sama Ibu!"bentak Ibu dengan lembut.

"Mau main kerumah temen. Boleh, ya, Bu? Tapi Amel baliknya dua hari sebelum lebaran."jawab Amel. Ibu berpikir sejenak.

"Tapi puasa kamu nggak boleh bolong, lho!"ancam Ibu.

"Iya, iya Ibuku sayang. Makannya Amel berangkatnya sebelum bulan puasa. Supaya nggak bolong."jawab Amel sambil memeluk Ibunya.

"Berarti kamu berangkat hari ini?"tanya Ibu. Amel hanya tersenyum sambil berlalu. "Tapi itu bukan rumah pacar kamu kan?"tanya Ibu lagi. Amel menggeleng. Ibu pun dapat bernapas lega.

"Boro-boro kerumah pacar. Musuh kaleee."gumam Amel dalam hati.

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Amel pun sudah siap berangkat kenegeri ginseng. Lalu ia segera berpamitan pada Ibunya. Walau pun sedikit berbohong... ^_^ Tapi mudah-mudahan saja semua berjalan dengan lancar.

Tiga jam kemudian, Amel telah sampai di bandara Soe-Tta. Ia tampak celingukan mencari sesuatu. Amel merasa agak deg-degan juga. Karena ini pertama kalinya ia keluar negeri. Mudah-mudahan saja Min Woo tak membohonginya. Mereka sempat SMS-an semalam saat Min Woo akan berangkat ke Jakarta. Dan mereka berjanji bertemu hari ini dan di tempat ini.

Satu jam kemudian, terdengar suara dering ponsel dari dalam tas Amel. Ternyata ada sebuah panggilan masuk. Dan itu dari...

"Min Woo! Kau dimana?! Aku sudah lama menunggu, nih!"teriak Amel pada ponselnya.

"Aku ada di depanmu."jawab Min Woo. Amel segera menoleh ke sumber suara. Amel menelan ludah melihat Min Woo, Jeong Min dan seorang bodyguard telah berdiri di depan kursi yang Amel duduki. Min Woo dan Jeong Min tersenyum padanya.

"Annyeong..."sapa Jeong Min sambil menggerakkan jarinya. Amel pun membalas gerakan jari itu.

Min woo segera duduk di samping Amel. "Pesawatnya berangkat satu jam lagi. Kau bukan tipe orang yang mudah muntah, kan?"

"Tidak."jawab Amel. Sementara Jeong Min yang duduk di samping Min Woo terus memandangi Amel. Amel yang sadar sedari tadi di pandangi Jeong Min segera berjalan melewati Min Woo dan duduk di samping Jeong Min."Oppa?"panggil Amel. Jeong Min terkejut dan salah tingkah.

"Mata Oppa sangat sipit. Indah... Aku suka."puji Amel.

"He he, iya. Aku juga bangga dengan mata sipitku ini."jawab Jeong Min.

"Jangan dioprasi, ya. Sayang sekali jika mata seindah itu di rubah."ucap Amel.

"Kalau kau bilang begitu, aku tidak akan mengoprasinya."jawab Jeong Min sambil tersenyum.

"Ehem, ehem." Min Woo menyela mereka. Maka mereka berdua segera menoleh kearahnya. "Museun iriya?"tanya Jeong Min.

"Kok aku tidak ikut di ajak mengobrol?"keluh Min woo pura-pura kesal.

"Mian. Aku kasihan pada Jeong min Oppa. Dari tadi dia hanya memperhatikan kita. Jadi gantian."jawab Amel.

"Bagi para penumpang garuda Indonesia tujuan Seoul Korea harap segera naik ke pesawat. Karena lima belas menit lagi pesawat akan segera berangkat. Semoga perjalanan anda aman dan nyaman. Selamat jalan."ucap seorang pramugari pada pengeras suara. Amel dan rombongannya pun segera masuk ke pesawat.

Setelah pramugari menerangkan alat-alat keselamatan seperti sabuk dan lain-lain, barulah pesawat di berangkatkan. Amel pun segera memasang headset di telinganya. Ia paling bosan jika menunggu lama dalam kendaraan. Apalagi pesawat. Hanya bisa melihat awan dari jendelanya. Tidak puas!

Pacar KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang