26

1.5K 250 288
                                    

Lucas bisa merasakan paru-parunya seperti terbakar ketika Jihoon mendekat dan mencengkram rahang keras miliknya. Hazel omega itu memerah, kemudian meneteskan air mata.

"Pergi..." Diksi pendek bernada dingin, keluar dari bibir merah yang lebih pendek. "Aku tidak mau melihatmu lagi, tuan Wong."

Setelah mengucapkan kata-kata tajamnya, omega itu berbalik- meninggalkan Lucas yang tiba-tiba merasakan tubuhnya bereaksi aneh setelah aroma manis yang perlahan melembut. Alpha itu menggeram, sensasi semalam kembali tercipta; sialnya, subyek penyebap malah bersikap memusuhinya.

"Dengarkan penjelasanku-" Dengan sisa-sisa nalar yang berada dikepalanya, Lucas berdiri, bersyukur karena masih dapat mengendalikan naluri dominannya. ketika si pemilik mata hazel berbalik untuk menatapnya.

"Apa?"

Lucas mendekat, menarik tangan Jihoon agar jarak mereka semakin dekat. Omega itu menghela nafasnya ketika menghirup aroma musk milik Lucas. Rasa pusing yang tadi Ia rasakan berlahan hilang, tergantikan perasaan mengelitik yang kembali menggodanya.

"Aku salah, karena belum meninggalkan pacar-pacarku. Tapi, aku tidak sengaja melakukannya untuk menyakitimu."

Lucas bisa melihat kedutan di pelipis kiri Jihoon, dan geraman omega itu terdengar lirih.

"Dengarkan aku dulu, sebelum kau berniat untuk membakar rumah."

Anggukan kecil dari yang lebih pendek, membuat Lucas kembali melanjutkan ucapannya dengan sabar.

"Kau dan aku, siapa yang menduga kita akan bertemu setelah sekian lama. Kejadian semalam, tidak juga direncanakan - tapi aku serius denganmu."

"Kau membiarkan aroma-aroma-"

"Bisakah kau tenang?"

Satu dorongan tegas dari Jihoon, memutus jarak mereka lagi. "Kau bilang akan mencintaiku?"

Mendengus menahan kesal, Lucas berkata dengan suaranya yang memberat. "Kau sendiri saja tak tahu apa itu cinta." Kesan menyindir terdengar di udara. Ekspresi kalah jelas terlihat pada wajah manis didepannya. Dengan jumawa, Lucas berjalan mendekat pada Jihoon.

"Jangan mencoba melawanku."

"Kau berbohong-" Kepala yang lebih pendek menunduk, enggan menatap obsidian abu milik alpha didepannya.

"Aku tidak ingin menyakitimu." Lucas memotong kata-kata Jihoon, Ia membelai pipi milik omega itu dan menunggu hingga Jihoon mendongkak agar mereka bisa saling menatap. "Maafkan aku." Alpha itu lagi-lagi menurunkan egonya, karena sadar  Jihoon tak akan mengerti apapun yang Ia coba jelaskan tentang perasaannya pada omega itu.

"Putuskan mereka." Jihoon berkata dengan pelan tapi terkandung ultimatum disana.

"Aku membutuhkan mereka."

"Brengsek..."

"Jihoon Wong, aku tidak sesabar itu."

"Nama-ku J."

Ekspresi lembut yang sempat terlihat diwajah Jihoon, kembali dingin. Dan Lucas tahu, Ia harus keluar dari ruangan ini lebih dulu. Atau Jihoon lagi-lagi, membuatnya kehilangan harga diri sebagai alpha.

*

*

"Mereka tidak seperti pasangan yang sudah melakukan mating." Desis Samuel ketika melihat Lucas keluar dari kamar tamu, dan Jihoon melewati alpha itu begitu saja di lorong tanpa saling melihat. Seakan-akan, keduanya adalah orang asing.

"Sudah berapa hari?" Tanya Johnny.

"Tiga hari." Ten dengan santai meminum tehnya. "Mereka terlihat sangat bodoh sekarang."

🔞My Psycho Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang