5

2K 353 57
                                    

Jaemin membuka mata, samar-samar Ia bisa mendengar suara seseorang yang terisak dari tempatnya. Isakan itu terdengar putus-putus, Omega itu mendekat ke arah luar kamar- menggeser pintu lalu mengendap-endap ke arah suara yang menghubungkan antara lorong gelap di kediaman omega.

"Siapa?" Isakan itu berhenti, terganti dengan suara Jihoon yang membuatnya menahan nafas.

"Aaa-aku." Jawab Jaemin.

"Kembali ke kamarmu!" Hardik kakaknya itu.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya."

Meski tahu Jihoon berbohong, Jaemin memutuskan untuk menurut. Melangkah ke kembali ke kamarnya, baru beberapa jejak. Ia bisa mendengar suara lirih Jihoon, yang terdengar lebih tenang.

"Aku baik-baik saja, selamat malam Nana."

"Hmm, selamat malam."

Senyum terangkai sempurna di wajah cantik milik omega bungsu itu. Ia kembali ke kamarnya, dan segera menutup pintu.

Kakaknya baik-baik saja.

Dan Jaemin, tak pernah tahu jika itu terakhir kalinya Ia bisa bertemu Jihoon hingga usianya yang ke dua belas tahun.

*

*

"Ayah mengirim Jihoon ke training camp." Desis Jaebum, saat mereka tengah sarapan.

Sana, Jaemin, dan Jonghyun serentak meletakan sumpit kembali diatas meja. Menyadari ke alpaan Yuta dan Jihoon pagi ini, bukanlah sesuatu yang patut di rayakan. Berbanding terbalik pada raut wajah Jungkook, Alpha bungsu itu tersenyum lebar; Ia bahkan sudah menghabiskan semangkuk nasi tanpa peduli perasaan anggota keluarga lainnya.

"Dia omega." Jenis Sana pelan, wanita itu menunduk. Guratan sesal coba Ia sembunyikan ketika Jaemin menatapnya nanar. "Ada apa Ibu?"

Sana memaksa senyum. "Tidak apa-apa, habiskan sarapanmu." Perintahnya pada Jaemin, sebelum beralih perhatian  ke arah anak sulungnya. " Jaebum kau tahu alasan ayahmu melakukan itu?"

Jaebum mengendikan bahu. "Entahlah, usia Jihoon baru dua belas tahun, aku tidak tahu mengapa omega harus ke training camp-"

"Padahal yang dibutuhkan olehnya adalah rumah sakit jiwa." Sindir Jungkook.

"Hentikan omong kosongmu!" Hardik Jonghyun.

"Tenanglah!" Sana menghela nafas. "Katakan, dimana training camp tempat ayah kalian membawa Jihoon?"

"Apa pedulimu, Ibu? Dia bukan anak Ibu!" Protes Jungkook.

"Dia saudara kalian!" Tegas Sana. Ditatapnya ketiga keturunan Alpha di depannya itu, sebelum berkata lirih. "Ibu memang menghukum sesekali, tapi tidak membencinya. Jihoon harus di hukum untuk sedikit memperbaiki etiketnya, kalian paham itu?"

Jungkook mendelik tak terima, saat dua kakak sulungnya mengangguk setuju. Menyadari Jaemin ikut terlihat sedih, begitu menyadari kemungkinan jika Jihoon tak kembali. Karena training camp bukanlah tempat biasa- itu adalah lokasi dimana seorang Alpha di latih begitu keras, hidup dan mati hingga di nyatakan siap untuk meneruskan bisnis gelap keluarga mereka.

"Apa Jihoon akan baik-baik saja Ibu?" Tanya Jaemin lirih, Sana tidak mampu menjawab. Memang sepatutnya Ia bersyukur, karena tiga Alpha sulungnya berhasil keluar dari zona maut itu tanpa kekurangan apapun. Tapi Jihoon bukanlah Alpha, dia seorang omega. Apa yang ada di otak Yuta hingga membawa anaknya itu, ke sebuah training camp. Suaminya seperti tidak pernah puas, membuat Jihoon tersiksa.

Ia memaksa senyum, lalu mengusap kepala Jaemin yang mendongkak menatapnya penuh harap. "Jihoon akan baik-baik saja." Lirihnya.

Jaemin mengangguk, Ia meraih sumpit sedikit terpekur. Masih teringat dengan jelas bagaimana Ia dan Jihoon bertengkar beberapa hari lalu, membuat kakaknya di hukum di ruang bawah tanah hanya karena tindakan cerobohnya.

🔞My Psycho Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang