38

1.3K 233 356
                                    

Hongkong - Hongkong.

Sulaman demi sulaman terajut sempurna. Satu sepatu kecil mulai terbentuk, menyerupai pasangannya yang sudah diletakan disisi ranjang. Nakamoto Jihoon - memandang hasil karyanya lagi, kemudian tersenyum tipis - tidak sia-sia upayanya untuk diam-diam belajar merajut saat mengalami sulit tidur. Tindakan yang menurutnya, mampu menenangkan pikiran kacau meskipun tak berdampak besar dibandingkan mengayukan pisau ataupun menembak musuh.

"Jihoon." Suara Ten menyentakan omega itu, Ia langsung menoleh ke arah Ten yang memasuki ruang baca sambil membawa segelas susu dan buah untuknya. Sebelum duduk di kursi sebelah Jihoon, dan mengangsurkan cemilan sehat itu pada yang lebih muda. "Kau ingin makan sesuatu?"

"Tidak Pi, terimakasih." Balasnya, sebelum kembali menekuri benang wol kualitas terbaik membentuk karyanya lagi.

Manik madu Ten menoleh pada satu sepatu yang terlihat begitu mungil di tangan omega itu, ditatapnya lagi Jihoon dengan pandangan tak terbaca sebelum berkata. "Kau belum mengatakan pada Lucas, tentang kehamilanmu..." Desisnya.

"Dia sibuk."

"Kau tidak menelfonnya, sudah sebulan ini Lucas tidak kembali ke Hongkong. Kau tidak cemas?"

Menggeleng, Jihoon meletakan rajutannya untuk menatap Ten yang menunggu balasnya. "Apa aku punya hak untuk mencemaskannya?"

Mendengar kata Jihoon, Ten menggeram. Menahan rasa gemas untuk tidak mencubit pipi yang mulai membulat itu atau mendapatkan pilihan lain - memukul kepala Lucas karena selalu membuat tekanan darahnya naik. "Kau matenya. Dan Demi Tuhan... Kau bahkan sedang mengandung anaknya!!"

Netra hazel itu perlahan sayu, Jihoon menunduk - menatap bump di perut yang belum terlihat - kemudian mengusapnya lembut. "Aku dan Lucas..." Omega Jepang itu mengantung ucapannya, perasaan aneh itu kembali menjalar tapi wajah minim ekspresi itu terlihat sangat datar ketika mengucapkan. "Kami tidak terikat Pi'Ten."

"Aku dan Lucas, kami tidak seperti kau dan Johnny hyung." Desisnya.

Mendengar kata-kata itu, Ten menggigit bibir bawah. Ia juga pernah mendengarnya dari Johnny, jika Lucas mengatakan Ia sama sekali tidak merasa terikat dengan Jihoon. Bahkan feromon mereka tak bersatu - selayaknya sepasang alpha dan omega yang sudah melakukan mating. Satu-satunya hal yang meyakini seorang Lucas Wong untuk bertahan adalah, Ia sudah jatuh cinta pada sosok Nakamoto Jihoon.

"Lucas akan menepati janjinya bukan?"

Mengangguk, Ten mengulas senyum terbaiknya. "Setahuku, memegang ucapan adalah harga mati dari keluarga Wong."

Tidak ada jawaban dari Jihoon, selain kosongnya tatapan omega itu dan arah mata Ten berpindah pada  cincin yang tersemat di jemari Jihoon sejak pertama kali bertemu. Rasa penasaran yang tak terbendung, membuat Ten tak bisa menahan dirinya lagi untuk bertanya. "Jihoon, apa aku boleh bertanya?"

"Ya."

"Aku penasaran dengan cincin di jarimu, apakah itu cincin ke-"

Kepala mungil itu menggeleng konstan, manik hazel itu semakin sayu saat jemari di tangan satunya mengusap cincin tersebut.

"Cincin-"

Ten menyunggingkan sebuah senyum tulus, Sebelum tangannya merogoh  sesuatu dari kantung kemeja dan menggeser benda itu di hadapan Jihoon.

"Dia, Alpha yang akan ditunangkan denganmu. Bukan?"

 Bukan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🔞My Psycho Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang