35

1.2K 233 143
                                    

Seoul, South Korea

Dua tahun kemudian, semua terasa begitu cepat. Musim dingin membuat tubuh-tubuh yang berlalu lalang menggigil. Lee Jaehyun dan adik sepupunya - Lee Jeno, menatap barisan anak buah Dragon Blood yang sedang mensortir satu- persatu senjata dan satu kontainer besar lainnya berisi LSD yang baru saja tiba dari Amerika.

Jeno yang sudah menyelesaikan pendidikannya di Swiss, terlihat jauh berubah dibandingkan saat alpha muda itu remaja - terlihat begitu tenang, nyaris membuat Jaehyun tertipu hingga beberapa hari lalu Ia melihat Jeno mengeksekusi tahanan organisasi mereka dengan cara yang mengerikan dan tidak manusiawi.

"Kenapa aku juga harus disini?" Tanya Jeno, Ia menoleh ke arah alpha yang baru saja merayakan ulang tahun ke dua puluhnya itu.

"Aku membutuhkanmu, Jeno." Jaehyun menatap peti-peti berisi senjata yang di periksa, satu persatu. Mengabaikan gerutuan Jeno, beranjak dari senjata ke arah lautan yang gelap di sebrang mereka. Dini hari, di saat suhu berada di bawah nol mereka harus bertahan menggunakan selembar mantel dan tetap mengenakan setelan mewah - untuk menjaga martabat sebagai pewaris Lee. Sebuah tatanan konyol, yang wajib dilakukan, padahal siapa yang peduli dengan penampilan disaat pagi buta seperti ini.

"Kita bisa flu, mereka juga..." Keluh Jeno lagi.

"Sebab itu kita mendapatkan pelatihan Jeno, agar siap dalam keadaan seperti ini."

Jeno mengangguk samar.

"Pemimpin Lee sedang mengantar Haechan-"

"Pam- maksudku, pemimpin Lee mengirim Haechan keluar negeri lagi?" Tanya Jeno tak percaya.

"Ya."

"Kemana?"

"Berlin."

Jeno berdecak, sebenarnya  Ia mengharapkan jika sepupu omeganya itu bisa bersekolah di Kanada agar Haechan lebih mudah untuk mendekati Mark yang menetap dan kuliah disana.

"Mark akan pindah kesini, bulan depan." Ucap Jaehyun, seperti bisa membaca isi kepala alpha yang lebih muda. Membuat Jeno menatap kakak sepupunya itu dengan ekspresi penasaran.

"Bukankah kau seharusnya ke Jepang, menerima paket pengantin-"

"Wakil pemimpin Lee, mewakili Ayahku untuk pergi ke Jepang. Aku tidak mungkin meninggalkan tugas ini padamu Jeno, bukan aku tidak percaya dengan kemampuanmu. Terlalu beresiko, membiarkan kau sendirian setelah ancaman kudeta dari kelompok yang mulai berkhianat."

"Kau tidak seharusnya mengkhawatirkanku." Sahut Jeno, Ia bersedekap dan tersenyum tipis - jumawa.

"Aku tidak khawatir padamu, aku tidak mau anak buahku mati konyol karena bertarung untuk hal-hal bodoh."

Mendengar ucapan Jaehyun, Jeno menggerutkan alisnya. Alpha yang lebih muda memutuskan untuk berpindah mengawasi perpindahan kontainer berisi LSD di sudut kiri pelabuhan.

Sebelum yang lebih muda menjauh, satu pertanyaan terlontar dan mampu membuat seorang Lee Jaehyun merasakan kelumpuhan indera selama beberapa detik.

"Hyung, kenapa kau membiarkan Ayahku ikut campur dalam perjodohanmu?"

Tubuh tinggi itu membeku, lidah kelu tak bisa mengucapkan satu alinea pun hingga sosok yang lebih muda berlalu. Membuyarkan konsentrasi Jaehyun, yang langsung merogoh ponsel di saku mantelnya - dan satu-satunya nama muncul, membuatnya implusif menekan nomor yang tak pernah di hubunginya selama ini.

'Nakamoto Jungkook'

Butuh waktu puluhan detik, hingga panggilannya tersambung dengan bungsu alpha keluarga Nakamoto itu.

"Moshi-"

"Aku tidak ada waktu bersikap ramah Jungkook."

"Lee Jaehyun? -"

"Lee Sehun akan datang menemui Ayahmu, awasi pria tua itu. Dan aku menginginkan adikmu." Ucapnya, tanpa basa-basi.

Tawa parau terdengar dari Jungkook yang seperti mengejeknya, tapi Jaehyun tidak peduli.

"Adikku? Yang mana? Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Jaemin-"

"Jihoon. Dia omega-ku."

Tawa Jungkook seketika lenyap, berganti dengan suara yang berubah serius.

"Ayahku tidak semudah itu menyerahkan bocah gila itu."

"Aku tidak peduli, dia yang ku inginkan."

"Sepertinya bukan Jihoon, ayahku menyebut nama Jaemin-"

Menggeram kesal, Jaehyun nyaris menendang sebuah peti berisi granat - tapi ucapan Jungkook selanjutnya menahan tindakan bodoh alpha Lee itu.

"Benar, Jaemin - adik bungsuku yang akan di jodohkan denganmu." Bisik Jungkook lagi.

"Berikan saja dia pada keluarga Wong."

"Enak saja kau! Nana itu sangat berharga bodoh, dia terlalu bagus untuk maniak sepertimu. Apalagi keluarga Wong, rupa pewarisnya saja tidak ada yang tahu!" 

Meremas rambut tebalnya sebagai pelempiasan, Jaehyun mengumpat dan menarik perhatian anak buahnya.

"Pastikan aku mendapatkan Jihoon, atau aku sendiri yang akan mendatangi kediamanan Nakamoto-"

"Tunggu-" Jungkook terdengar seperti sedang berbisik dengan seseorang, sebelum berkata "Ayahmu- meminta Jihoon..." yang membuat Lee Jaehyun menghembuskan nafas lega. "Ayah dan anak, seleranya aneh sekali." Sindir Jungkook selanjutnya.

"Awasi Lee Sehun, ku mohon..." Sebuah permintaan tak terduga keluar dari bilah bibir alpha muda Lee - ucapan yang sejatinya tabu bagi seorang calon pemimpin; permohonan.

Jungkook yang berdiri di depan pintu ruangan pertemuan keluarga, merasakan bulu kuduknya meremang mendengar perkataan Jaehyun dari sebrang sana.

"Jika kau tidak berhasil membuatnya menjadi milikku, daripada aku berjodoh dengan omega lain. Aku akan membuatmu terbangun di neraka dan kau tahu akulah pelakunya."

×××××

🔞My Psycho Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang