Chapter 24

1K 134 35
                                    

Draco Malfoy kembali memasuki Ruang Kebutuhan dengan bantuan Goyle yang menyamar sebagai seorang anak kecil perempuan. Seperti biasa, ia bertugas menunggu di depan permadani hias selama Draco berada di dalam, serta memberikan sinyal bahaya apabila ada orang lain yang mendekat.

Pintu Lemari Pelenyap tampak terbuka. Draco baru saja memperbaiki dan mencobanya apakah sudah berfungsi dengan baik. Rupanya, usaha Draco selama ini membuahkan hasil. Sihir yang Draco gunakan untuk memperbaiki lemari itu bekerja semakin baik.

Kenyataan tersebut seharusnya membuat Draco bahagia. Inilah yang selama ini ia nanti-nanti. Namun, raut wajahnya sama sekali tidak menampakkan kebahagiaan. Justru ia tampak pucat dan takut. Ia terduduk diam hampir setengah jam. Kepalanya menunduk, menghindar untuk menatap objek di depannya.

Hatinya begitu berkecamuk. Ingin sekali rasanya menangis sangat keras, tetapi air mata seakan mengering sudah terkuras. Ia hanya melenguh, mengerang seperti manusia yang hampir kehilangan akal. Beban tugas ini terasa semakin berat di punggungnya. Semakin hari semakin sakit, terlebih setelah ia berhasil memperbaiki Lemari Pelenyap yang akan menjadi kunci utama keberhasilan tugasnya.

"Aku akan membantumu."

Kalimat yang baru saja terngiang di telinganya seolah berasal dari dua orang yang berbeda. Suara Severus Snape dan Hermione Granger. Keduanya sama-sama menawarkan bantuan kepadanya, hanya saja dengan tujuan yang berbeda.

Snape mengulurkan tangan untuk membantu pekerjaan Draco menjadi lebih mudah, bahkan hingga rela mengucap Sumpah-Tak-Terlanggar kepada Narcissa. Sedangkan Hermione, ia menawarkan untuk membantu Draco berada di pihak seberang. Pihak yang aman, katanya, dari ancama Voldemort. Pihak yang aman karena memiliki penyihir besar sekelas Dumbledore, orang yang akan ia bunuh.

Memikirkan keduanya, justru membuat pikiran Draco semakin runyam. Dalam hati terbesit rasa ingin membelot, bergandengan tangan bersama Hermione, dan akan berjuang melawan Voldemort. Tetapi tidak. Ia masih punya ibunya di pihak Voldemort. Lagipula, ia tak akan sudi berada dalam pihak yang sama dengan Harry Potter, pun sebaliknya. Ia tak ingin berada di bawah kendali Harry Potter, pemuda yang menjadi kunci utama Orde Phoenix.

Terdengar suara kerontang timbangan kuningan yang jatuh dari luar pintu. Draco tahu bahwa itu adalah sinyal dari Goyle, menandakan ada orang lain yang sedang berada di dekat Kamar Kebutuhan. Ia segera berdiri menghadap pintu masuk. Napasnya tersengal. Tangannya menggenggam erat tongkat sihir dengan siaga.

Di saat yang sama, di bagian luar Kamar Kebutuhan, Hermione sedang memperbaiki timbangan kuningan milik Goyle yang sengaja dijatuhkan menggunakan mantra Reparo. Goyle, yang sedang menyamar sebagai anak kecil perempuan, hanya menatap Hermione dan kedua kawan laki-lakinya dengan ketakutan.

"Tak apa-apa!" kata Hermione dengan ramah. "Ini..."

Goyle menerima timbangan kuningannya tanpa mengucapkan terima kasih. Ia tetap terpaku di tempat ketika tiga singa Gryffindor melewatinya dan mengawasi mereka menghilang dari pandangan.

Ron kembali menoleh melihatnya. "Heran anak-anak itu makin lama makin kecil," katanya.

Tak jauh dari tempat Goyle berdiri, Luna Lovegood berlarian bermaksud menyusul Harry dengan tas selempang yang mengepak-ngepak bak sayap burung cacat. Rambut pirang kotornya tampak terurai dan menari-nari mengikuti ritme langkah sang empunya.

"Harry! Aku mencarimu," kata Luna dengan napas tersengal.

"Oh, hai, Luna. Ada apa?"

Luna tak menjawab, tengah sibuk mencari-cari dalam tasnya. Ia menyorongkan benda-benda yang tampak seperti bawang hijau, jamur payung besar bertotol, dan onggokan sesuatu seperti kotoran kucing ke tangan Ron, sebelum akhirnya menarik keluar gulungan perkamen agak kusam yang lalu diserahkannya kepada Harry.

Draco Malfoy: The Boy Who Has No ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang