Chapter 32 [The End]

3.6K 197 62
                                    

Setelah melihat dengan jelas—sekadar memastikan jika yang ditangkap penglihatannya tidak salah—bahwa Dumbledore telah tewas dengan terjatuh dari Menara Astronomi, Hermione pingsan. Tidak, lebih tepatnya ia masih sadar, tetapi kedua pelupuk matanya tertutup. Berat rasanya menerima segala hal dalam satu waktu. Yang ia ingat setelah terjatuh di samping Harry yang sedang meratap, ia digendong oleh Hagrid ke Hospital Wing.

Sayup-sayup terdengar suara Harry sedang berbicara. Hermione mencoba untuk membuka mata, tetapi tidak bisa. Otaknya menolak, segalanya menolak. Ia hanya ingin terpejam dalam damai, persis seperti jasad Dumbledore yang terakhir ia lihat. Rasa bersalahnya membuat hatinya mati. Air mata tak dapat lagi keluar. Semua sudah terkuras dalam satu malam yang tragis. Yang tersisa di dalam hatinya kini hanya perih.

Kepalanya yang bocor dan robek telah dibebat oleh Madam Pomfrey. Tak ada darah yang menetes, hanya menyisakan rasa sakit yang berdenyut. Jika ia berusaha menggerakkan kepala sekadar menoleh, rasa pusing akan langsung terasa luar biasa. Maka dari itu Madam Pomfrey memintanya untuk tetap diam. Kepalanya disangga oleh bantal empuk yang sangat nyaman.

Suara Harry kembali muncul tidak jauh dari tempatnya. Pemuda itu terdengar memohon dan frustrasi, "Tak bisakah Anda menyembuhkannya dengan mantra atau apa pun? Atau ramuan?"

Suara Madam Pomfrey menyahut, "Tidak ada mantra atau ramuan apa pun yang manjur untuk luka-luka ini. Aku sudah berusaha semampuku, tetapi tidak ada obat untuk luka-luka gigitan manusia serigala."

Jantung Hermione berpacu cepat kembali. Luka-luka gigitan manusia serigala? Adakah yang terluka karenanya? Bagaimana bisa? Siapa? Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benaknya.

"Tetapi Bill tidak digigit ketika bulan purnama. Greyback tidak sedang bertransformasi," kata suara Ron. "Seharusnya Bill tidak bisa berubah menjadi makhluk semacam itu, kan?" Ia melirik Remus yang menegang di tempatnya.

Remus menjawab, "Aku tidak yakin. Seharusnya begitu. Tetapi bukan berarti tidak ada kontaminasi. Itu luka-luka kutukan. Besar kemungkinan sejak saat ini Bill akan punya beberapa karakter serigala."

Dada Hermione terasa sesak mendengar percakapan itu. Tanpa sadar ia mencengkeram ujung piyamanya yang masih terasa berlumpur. Ia ingin menangis sekarang juga, tetapi pikirannya masih menolak. Ia tetap diam berusaha mendengar percakapan selanjutnya yang mungkin akan lebih mengejutkannya.

Suara Ron kembali terdengar, "Dumbledore pasti tahu solusi terbaiknya," katanya. "Di mana dia? Bill telah melawan Pelahap Maut atas perintahnya. Dumbledore tidak akan tinggal diam melihat Bill dalam keadaan—"

"Dumbledore sudah meninggal," kata Harry.

Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Meskipun Hermione dalam keadaan terpejam tidak bisa melihat sekitar, tetapi ia tahu apa yang sedang terjadi. Suasana berubah menjadi lebih tegang dan kaku. Rasa sedih, takut, dan segalanya beradu menjadi satu.

"TIDAK!" raung Remus.

Pria itu berdiri kemudian duduk kembali di kursi sebelah tempat tidur Bill. Tangannya meremas wajah. Mereka yang berada di ruangan itu belum pernah melihat Remus Lupin kehilangan kontrol seperti itu.

"Bagaimana ia meninggal?" ujar suara Tonks, yang kini sedang meremas lembut bahu Remus, berusaha menenangkan.

"Snape membunuhnya," kata Harry.

DEG! Hermione merasa pendengarannya sudah mulai menipu. Harry menyebut nama Snape sebagai tersangka, alih-alih Draco. Mengapa demikian? Apakah Harry mulai ngelantur tanpa kontrol? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Aku ada di sana. Aku melihatnya. Kami—aku dan Dumbledore—baru saja tiba di Menara Astronomi ketika melihat Tanda Kegelapan berada di atas kastil. Dumbledore dalam keadaan sakit, lemah, rapuh. Kemudian kami mendengar langkah-langkah berlarian menaiki tangga. Dumbledore membuatku tak bisa bergerak menggunakan Mantra Beku tepat saat Malfoy masuk dan melucuti tongkat sihirnya menggunakan Mantra Pelepas Senjata."

Draco Malfoy: The Boy Who Has No ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang