Seusai perjalanan singkatnya dari Toko Perabot Borgin and Burkes yang berada di Knockturn Alley, Draco kembali bersama ibunya. Narcissa terlihat panik dan hampir menangis setelah mendapati Draco yang menghilang dari pengawasannya. Namun pemuda itu tampak tak banyak bicara, hanya jawaban singkat dan tak sesuai realita yang didapat Narcissa dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.
Aku sudah besar, batin Draco. Merasa marah akan perlakuan orang sekitarnya yang selalu berusaha ikut campur. Ia tak ingin dibantu, ia hanya ingin bergerak sendiri. Itulah yang diperintahkan Lord Voldemort kepadanya.
"Kau melakukan sesuatu yang riskan, Draco."
Ketika memutar knop pintu kamarnya, Draco melonjak kaget. Ia mendengar suara berat dan dingin berbicara kepadanya. Manik matanya langsung menangkap sosok Severus Snape tengah berdiri tegap layaknya patung di tengah ruangan.
"Aku tahu apa yang kau inginkan dari si tua Borgin. Dan izinkan aku menebaknya—"
"Tak perlu!" ucap Draco dengan keras. "Saya bisa menangani ini semua sendiri. Saya lah yang diutus Pangeran Kegelapan, Sir. Saya tak ingin Anda ikut campur mengenai rencana ini."
"Ah, begitu! Kau menolak mentah-mentah bantuanku, sedangkan dengan merendahkan diri kau berani meminta bantuan Hermione Granger?" ejek Snape.
"Bukan urusan Anda! Saya memiliki pilihan tersendiri—"
"Dan sayangnya pilihan itu membuatmu berhadapan dengan masalah lebih besar. Dengar, Draco," Snape melangkah maju. Ia merendahkan volume suaranya, "jika saja hasil persidangan itu memutuskan kau untuk dikeluarkan dari Hogwarts, kau tak akan punya kesempatan lagi. Cobalah berpikir jernih sebelum bertindak."
Draco hanya terdiam. Pandangannya lurus ke arah jendela yang menampilkan hamparan rumput hijau dengan sedikit bunga warna-warni di belakang Manor. Sinar matahari menyorot cerah ke dalam ruangan membentuk tirai-tirai lembut cahaya. Bayangan gadis bersurai coklat mengembang itu kembali terlintas di pikirannya.
"Aku yakin, saat ini Miss Granger sedang mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu kepada teman-temannya, Harry Potter dan Ron Weasley. Atau bahkan mengatakannya kepada seluruh anggota Orde?" ejek Snape. Bibirnya membentuk sudut seringai yang bengis. "Wah wah, kujamin kau tak akan aman."
"Tidak, ia tidak akan melakukannya," jawab Draco tenang.
"Ah, begitu?" seringai Snape semakin tajam. "Bagaimana kau bisa lebih tahu?"
Draco menatap manik hitam milik Snape dengan tajam.
"Karena saya bisa mempercayainya."
Di latar tempat lain, Hermione menengadah menatap langit cerah musim panas. Ia sedang duduk di sekitar hamparan ilalang belakang The Burrow yang penuh jembalang kebun. Sayup-sayup terdengar suara bising dari Harry, Ginny, dan Ron yang sedang sibuk bermain Quidditch, namun ia tak terlalu memerhatikan. Bahkan buku rune kuno yang dipegangnya pun turut diabaikan. Pikirannya penuh dengan sosok Draco Malfoy.
Hermione penasaran dengan apa yang diinginkan Draco di Toko Perabot Borgin. Tak mungkin ia membeli perlengkapan sekolah untuk semester depan di tempat itu. Semua orang di dunia sihir tahu bahwa orang-orang yang berada di Knockturn Alley sangat misterius dan cenderung tertarik dengan segala hal berbau sihir hitam, tak terkecuali toko milik Borgin and Burkes. Menurut penuturan Harry, di dalam toko tersebut terdapat barang-barang kuno yang sangat aneh. Dimulai dari Tangan Kemuliaan, Kalung Opal, Lemari berisi Mumi Asli, sampai barang yang memiliki aura paling jahat pun ada.
Mengenai ancaman Draco, Hermione masih yakin bahwa ia menunjukkan Tanda Kegelapan yang berada di tangan kirinya kepada Borgin sebagai ancaman. Anehnya, mengapa di persidangan justeru dikatakan bahwa Draco Malfoy tidak memiliki tanda itu seperti yang Hermione paparkan. Hermione tidak ingin menyebut semua yang berada di ruangan sidang itu adalah orang-orang bodoh, hanya saja bagaimana bisa mereka tertipu dengan trik licik Draco. Hal ini semakin memperjelas keberadaan Pelahap Maut yang menyusup di dalam Kementerian. Tugas mereka menyabotase segala hal yang berhubungan dengan Pelahap Maut dan Lord Voldemort.
KAMU SEDANG MEMBACA
Draco Malfoy: The Boy Who Has No Choice
Fanfiction[COMPLETED] "Aku ingin kau membantuku," ucap Draco pada akhirnya. Draco menyingkap lengan kemeja sebelah kiri. Betapa terkejutnya Hermione mendapati tanda berbentuk tengkorak dengan ular yang terjulur keluar dari mulutnya terukir jelas di lengan pem...